SAMARINDA – Rusmina (64), seorang penjual peyek yang dikenal dengan sapaan “Mbah Peyek” di Samarinda, kini hanya bisa terbaring lemah di bangsalannya setelah terserang stroke sejak akhir Juni 2024.
Sebagai perantau dari Jepara, Jawa Tengah, Rusmina hidup sebatang kara dan bergantung pada kebaikan hati tetangga-tetangganya. Meski dahulu gigih berkeliling menjajakan peyeknya, kini yang tersisa hanyalah harapan sederhana untuk bisa pulang ke kampung halamannya di Jepara, tempat di mana anak dan menantunya tinggal.
Sepeninggal suaminya pada tahun 2012, Rusmina yang saat itu tinggal di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, memberanikan diri merantau ke Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, untuk bekerja di sebuah warung makan di belakang perkantoran KPC.
Namun, pekerjaan di Sangatta tidak bertahan lama. Sekitar tahun 2014, Rusmina hijrah ke Samarinda untuk mencoba mandiri dengan usaha membuat peyek yang ia jajakan keliling di wilayah Kebon Agung, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara.
Dengan usaha peyeknya, Rusmina mampu membiayai hidupnya, tinggal di sebuah bangsalan kecil yang juga berfungsi sebagai dapur untuk menggoreng peyek dan tempat istirahat.
Sayangnya, sejak akhir Juni 2024, Rusmina tak lagi bisa berjualan akibat serangan stroke yang membuatnya hanya bisa terbaring lemah di atas kasur tipis di bangsalan berukuran 3×5 meter itu.
Abdul Karim, Ketua RT 02 Kelurahan Lempake, mengingatkan betapa lezatnya peyek buatan Rusmina. “Peyek buatan Ibu Rusmina paling enak, makanya di sini dia dikenal sebagai Mbah Peyek. Sehari-hari setelah membuat peyek, dia berkeliling menjajakannya. Selain itu, ada juga yang dititipkan di warung-warung, tetapi lebih banyak dijual langsung keliling. Banyak pelanggannya,” ujar Karim saat mengunjungi Rusmina di bangsalan, Sabtu (3/8/2024).
Namun, lanjut Karim, sejak Juni lalu warga tak lagi bisa menikmati renyahnya peyek buatan Rusmina. “Kami kehilangan peyek yang renyah. Mbah Peyek dulu saat jualan badannya berisi, tapi sekarang sejak sakit kelihatan kurus,” tambah Karim.
Firmawari, seorang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Kelurahan Lempake, mengungkapkan bahwa selama sakit, Rusmina belum pernah dirawat di rumah sakit. “Kami baru mendapat laporan seminggu ini bahwa ada warga yang terkena stroke. Selama sakit, dia tidak pernah dibawa ke rumah sakit karena tidak memiliki BPJS. Kendala kami untuk membawa ke rumah sakit adalah karena tidak ada BPJS, dan saya sudah berkoordinasi dengan Ketua PSM Kota Samarinda,” jelas Firma.
Dharma, seorang tetangga Rusmina, menambahkan bahwa selama sakit, Rusmina dirawat secara bergantian oleh tetangganya. “Ibu Rusmina kami kenal sebagai Mbah Peyek. Sejak saya masih sekolah, beliau sudah tinggal di sini, dan selama sakit, tetangga yang merawat karena dia tidak punya siapa-siapa di Samarinda,” jelas Dharma.
Dharma juga menyampaikan bahwa selama sakit, Rusmina tidak memiliki penghasilan, bahkan untuk makan pun dibantu oleh tetangga. “Sering kali saat kami menjenguk, Mbah Peyek meminta agar diusahakan untuk dipulangkan ke kampung halamannya di Jepara,” tambah Dharma, yang juga merupakan Relawan Ambulans Icare Kalimantan Timur.
Saat ditemui di kediamannya, Sabtu (03/8/2024), dengan terbata-bata Rusmina mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke kampung kelahirannya. “Saya mohon bisa dibantu dibawa pulang ke kampung halaman saya di Bangsri, Kabupaten Jepara,” ucap Rusmina, yang masih tampak jelas tutur katanya.
Di Jepara, lanjut Rusmina, ia memiliki anak dan menantu yang bisa merawatnya. “Kalau di sini, tetangga yang merawat dan memberi makan, tapi kalau di Jepara saya bisa berkumpul dengan anak, menantu, dan cucu,” ucapnya dengan penuh harap. (mn)
Editor: Agus S