Kaltim satu-satunya provinsi yang menyatakan siap untuk Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) belajar 100 persen. Satu-satunya provinsi yang membuat kurikulum muatan lokal berbasis implementasi kemerdekaan belajar dengan dual track. Dilaunching beberapa waktu lalu di SMAN 2 Sebulu, Kutai Kartanegara (Kukar). Dalam implementasinya, kurikulum berbasis kemerdekaan belajar dengan dual track ini, siswa dibekali punya pengayaan, keterampilan, dilatih untuk mandiri. Berdasarkan minat dan bakat siswa yang ditonjolkan, memfasilitasinya berdasarkan minat dan bakatnya, guru memandu sesuai minat dan bakat siswa.
Konten dari kurikulum muatan lokal SMA Kaltim memuat tentang sumber daya alam, seni budaya dan bahasa daerah (bahasa daerah: Kutai, Berau, Paser, dan Dayak). Sehingga ke depannya para generasi muda di Kalimantan Timur tidak kehilangan jati diri sebagai pewaris sekaligus penerus bangsa yang memiliki kebanggaan terhadap daerahnya, yakni Kalimantan Timur.
Kepala Dinas Pendidikandan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim, M Kurniawan menyebutkan, mengapa dipilih SMAN 2 Sebulu? Karena di sana sudah ada embrionya. Ini apresiasi Dinas Pendidikan terhadap murid dan kepala sekolahnya.
“Kita menjaga supaya yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya, punya pengayaan, keterampilan. Anak-anak kita latih untuk mandiri. Kenapa di SMA 2 sebulu, karena disana sudah ada embrionya, Di kurikulum merdeka ini, anak bisa menampilkan minat dan bakatnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan, penerapan Kurikukum Double Track sebagai kesiapan dunia pendidikan Kaltim dalam menghadapi babak baru pendidikan bagi pelajar SMA, SMK, dan SLB. Kurikukum ini merupakan inovasi penyelenggaraan pembelajaran reguler. Dalam implementasi kurikulum merdeka (IKM).
Utamanya, bagi siswa yang tidak ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Sehingga, membentuk generasi tangguh, berkarakter terpuji, dan memiliki kemandirian.
Mengawali masa awal penerapan kurikulum ini, Disdikbud telah menunjuk 20 SMA piloting. Tentu saja, sebelum resmi menetapkan kurikulum tersebut, guru-guru yang akan mengajar telah mengikuti focus group discussion (FDG) atau diskusi dan bimbingan teknis.
Ada 20 sekolah piloting yang mengawali implementasi Kurikulum Dual Track. Yang sebelumnya telah mengikuti bimtek, “Tapi ini bukan artinya meng-SMK kan SMA. Kalau SMK memang awalnya vokasi, siap untuk bekerja, berwirausaha atau melanjutkan ke perguruan tinggi. Tapi kalau SMA artinya siap melanjutkan ke perguruan tinggi.
SMK memang di didik untuk bekerja, sehingga pada saat mereka lulus sudah siap untuk bekerja atau mereka ingin berwirausaha, hanya ditambahkan softskill nya kita beri kekuatan dan pengayaan ilmu akademik, sehingga dia tidak kalah bersaing dengan anak-anak SMA jika ingin masuk perguruan tinggi. “Nah, di Implementasi kurikulum merdeka kita memfasilitasi minat bakat siswa, di SMA juga ada proyek perubahan namanya tetap kuat,” jelasnya.
Dalam proyek perubahan ini, siswa-siswi SMA tidak melulu belajar, tapi dibekali dengan keterampilan. Mereka sejak kelas dua sudah didata, kalau memang tidak minat melanjutkan ke perguruan tinggi, sudah dibekali dengan keterampilan.
“Kalau dihubungkan dengan dual track ada dua fenomena, anak SMA banyak yang tidak kuliah, anak SMK banyak yang kuliah. Ini yang dideteksi sejak dini, sehingga proses belajar mengajar beriringan dengan keterampilan,” pungkasnya. (ozi/adv/diskominfokaltim)