Catatan Rizal Effendi
LAGU Rhoma Irama berjudul “Terajana” masih menggaung di Bank Indonesia (BI). Setidaknya lima tahun lagi. Maklum penyuka lagu itu, Perry Warjiyo ditetapkan kembali sebagai gubernur Bank Indonesia masa bakti 2023-2028 dalam Sidang Paripurna DPR RI ke-19 Masa Persidangan IV Tahun Sidang 2022-2023, Selasa (21/3) lalu.
“Puji syukur saya pribadi kepada Allah SWT dan Bapak Presiden yang berkenan mengusulkan saya untuk periode kedua. Serta DPR. Saya siap mengawal perekonomian nasional terutama menjaga stabilitas sistem keuangan,” katanya kepada wartawan.
Perry menjadi orang pertama yang memimpin BI selama dua periode pasca-era reformasi. “Ini pertama kali satu orang menjabat dua periode khususnya setelah masa reformasi. Berarti beliau memang punya keistimewaan yang sangat luar biasa,” kata Founder & Chairman CT Corp Chairul Tanjung dalam acara Economic Outlook 2023 beberapa waktu lalu.
Masa jabatan pertama Perry akan berakhir 24 Mei nanti. Sebelumnya beredar beberapa nama penggantinya, di antaranya Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LSP) Purbaya Yudhi Sadewa, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dan mantan ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad.
Selain itu juga mencuat nama mantan menteri keuangan Bambang Brodjonegoro dan bahkan menteri keuangan saat ini Sri Mulyani. Tapi dalam keterangan kepada wartawan di lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN), Kamis (23/2), Presiden Jokowi mengungkapkan dia hanya mengirim satu nama ke DPR, yakni Perry Warjiyo.
“Dalam situasi kegentingan global seperti ini, kita tidak ingin menambah risiko. Fiskal, moneter itu menjadi sangat-sangat penting. Perry Warjiyo, orang yang sangat tepat karena memiliki pengalaman dan jam terbang yang tinggi,” ujar Jokowi.
Pandangan Presiden diamini oleh sejumlah ekonom dan kalangan perbankan. “Saya kira sudah tepat. Pak Jokowi tampaknya mengapresiasi kinerja Pak Perry dalam memimpin BI terutama dalam periode badai pandemi,” ujar Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam kepada Kompas.com.
“Beliau sudah melakukan yang terbaik. Kurs terkendali, inflasi terkendali, dan juga likuiditas diatur dengan baik. Saya kira beliau memang pantas meneruskan jabatan sebagai gubernur BI,” kata Presdir PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja.
Hal yang berbeda diutarakan Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira. “Sebenarnya kurang tepat Pak Perry. BI butuh penyegaran, jadi harusnya ada sosok yang lebih fresh dan memiliki visi moneter progresif lagi,” tandasnya kepada Kompas.com juga.
Sesuai ketentuan sebelum dilantik Presiden, Perry harus mendapat persetujuan DPR. Hasil uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang dilakukan Komisi XI, Perry dinyatakan lulus. Karena itu rapat paripurna yang dipimpin Puan Maharani dengan mulus mengetuk palu sebagai pernyataan terpilihnya kembali Perry Warjiyo menjadi gubernur BI periode kedua.
PERNAH GAGAL
Jalan Perry menjadi orang nomor satu di bank sentral tidak semuanya dilalui dengan mulus. Ia pernah gagal berkali-kali dalam seleksi pemilihan deputi gubernur. Tapi akhirnya dia lolos di jabatan tersebut pada tahun 2013. Dia juga pernah menjadi direktur eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI.
Sebelum berkarier di BI, Perry pernah menjadi dosen Pasca-Sarjana Universitas Indonesia di bidang ekonomi moneter dan ekonomi keuangan internasional. Sama seperti Sri Mulyani, dia juga pernah menjabat sebagai direktur eksekutif International Monetary Fund (IMF) mewakili 13 negara anggota yang tergabung dalam South-East Asia Voting Group pada 2007-2009.
Dari situs resmi Bank Indonesia, Perry lahir di Sukohardjo, Jateng pada 1959. Tepatnya 25 Februari 1959. Dia anak seorang petani, yang hidup sederhana tapi punya semangat maju. “Saya orang desa, orang petani dari keluarga miskin. Ibu saya tak lulus SD,” katanya jujur.
Dia juga dari keluarga religius. “Saya sering katakan segala sesuatu itu adalah kekuasaan dari Allah. Kalau kita dekat dengan Allah, insyaallah ikhtiar kita akan disempurnakan,” katanya merendah.
Setelah menamatkan kuliah di “Kampus Biru” UGM, Fakultas Ekonomi pada 1982, dia mengambil magisternya di Iowa State University, Amerika Serikat. Dan tahun 1991 dia berhasil meraih gelar Ph.D.
Hasil jerih payahnya bekerja di berbagai tempat, dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) per 11 Maret 2022, Perry memiliki harta Rp 45,25 miliar. Di situ disebutkan dia tidak mempunyai utang sama sekali. Harta Perry lebih kecil dibanding harta Menkeu Sri Mulyani, yang tercatat Rp58,04 miliar.
Harta Perry terdiri dari beberapa bidang tanah dan bangunan, surat berharga, alat transportasi dan logam mulia. Dari beberapa sumber menyebutkan, gaji jabatan gubernur BI mencapai Rp 200 juta per bulan.
Selain menjadi gubernur BI, Perry juga didapuk menjadi ketua Keluarga Alumni Fakultas Ekonomi UGM (KAFEGAMA) dan ketua umum Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Pusat periode kedua masa bakti 2021-2024. Perry terpilih kembali dalam Kongres ISEI di Makassar, awal September 2021.
Seluruh keluarga besar ISEI di Tanah Air mengaku bangga terpilihnya Perry Warjiyo sebagai gubernur BI masa bakti kedua. “Kepemimpinan Pak Perry di ISEI juga sangat bermakna. Nama ISEI sangat disegani dan kita bangga,” kata Ketua ISEI Kaltim Dr Aji Sofyan Efendi.
Para Ketua ISEI mengaku rindu digelarnya pertemuan ISEI setelah Sidang Pleno XXII di Semarang tahun lalu. “Kita kangen dengar suara Pak Perry menyanyikan Terajana. Bisa mengalahkan sang penciptanya Si Raja Dangdut,” kata mereka. Selamat dan sukses buat Pak Perry. (*)
*) Rizal Effendi – Wartawan Senior Kalimantan Timur; Wali Kota Balikpapan dua periode (2011-2021); Ketua ISEI Balikpapan.