BONTANG – Adanya stigma negatif dari sejumlah masyarakat terhadap beberapa fasilitas kesehatan (faskes), turut berdampak pada berkurangnya jumlah pasien yang datang ke faskes. Hal ini terjadi lantaran munculnya informasi tak bertanggung jawab yang menyebut masyarakat yang datang ke faskes atau puskesmas, justru akan di “covid” kan oleh para tenaga kesehatan (nakes).
Hal ini pun ditepis pihak Puskesmas. Penanggung Jawab UKP Puskesmas Bontang Utara 1, Ibnu Ludi Nugroho mengatakan, stigma ini terjadi bermula dari munculnya video-video yang menyebut Covid-19 ini adalah konspirasi. Sehingga masyarakat pun ikut termakan dengan isu tersebut. “Padahal niat kami tidak pernah ke arah sana. Kami murni ingin mengobati masyarakat,” tuturnya, Kamis (19/11/2020).
Ludi menerangkan, pelayanan di Puskesmas Bontang Utara 1 turut menerapkan protokol kesehatan. Di mana pasien yang datang berobat, terlebih dahulu dilakukan pengecekan suhu tubuh. Apabila ditemukan demam, batuk, ataupun pilek, maka pasien diarahkan ke Poli Infeksius. “Di ruangan poli infeksius juga diatur masuknya satu-satu. Jadi tidak ada kerumunan,” terangnya.
Pasien akan ditanya oleh petugas, apakah pernah melakukan kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19 ataukah tidak. Lalu pasien juga apakah indra penciuman dan pengecap mengalami penurunan fungsi. Jika mengarah pada tanda-tanda Covid-19, maka akan dilakukan swab tes. Dan apabila hasil negatif, maka akan disampaikan negatif, tidak sebaliknya. Begitu pun jika pasien mengarah pada tanda-tanda demam berdarah (DBD). Maka uskesmas juga akan melakukan pengecekan darah. “Jadi tidak perlu takut dan khawatir datang ke puskesmas. Justru jika telat diperiksa, ditakutkan kondisinya sudah semakin parah,” jelasnya. (bms)