Beranda RIZAL EFFENDI “Telur Inflasi” dari Samarinda

“Telur Inflasi” dari Samarinda

0
Dirut Perumda Varia Niaga Samarinda bersama Telur S, yang mau dipasarkan ke seluruh daerah.

Catatan Rizal Effendi

ADA inovasi baru dari Perumda Varia Niaga Samarinda.  Mereka memproduksi dan memasarkan telur sehat atau lebih dikenal sebagai “Telur S.” Saya belum pernah mengonsumsinya. Tapi menurut sang dirut, Syamsuddin Hamade, permintaan telur S terus meningkat. “Tahun depan kita bisa kejar program produksi 3 juta butir telur,” jelasnya.

Yang memberi nama Telur S adalah Wali Kota Samarinda, Andi Harun. “S” bisa diartikan sehat, bisa juga Samarinda. “He he bisa juga Syamsuddin,” kata Syamsuddin seraya terkekeh. “Kalau Balikpapan mau pesan, kami siap melayani. Sebab jargon kami, telur S untuk Indonesia,” katanya lagi.

Dia memastikan telur S memang telur sehat. Karena pengelolaan ayam petelurnya menggunakan teknologi probiotik. Telur ayam probiotik mempunyai kandungan yang berbeda dengan telur ayam biasa karena kaya  protein dan menyehatkan.

Telur S selain memberikan pilihan kepada masyarakat untuk mengonsumsi telur yang lebih sehat, juga dimaksudkan Varia Niaga dalam rangka pengendalian inflasi di kota Samarinda. Harga telur yang kerap fluktuatif karena sebagian didatangkan dari luar daerah, bisa dikendalikan dari segi stok dan harga dengan kehadiran Telur S, yang diproduksi di daerah sendiri.

Program ini juga mendapat sambutan masyarakat. Sebab produksi telurnya dikerjakan oleh warga kampung. Yang sudah dicoba di kawasan Loa Bakung dan Sambutan. Terus ditularkan ke kampung lain dan RT-RT, menjadi sumber pendapatan dan lapangan kerja baru seiring dengan program Bebaya, yang dicanangkan Wali Kota Samarinda.

Promosi Telur S itu disampaikan Syamsuddin ketika menjadi narasumber capacity building bertema “Mendorong Peran Perumda dalam Manajemen Stok,” yang dilaksanakan Bank Indonesia Balikpapan, Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Balikpapan, Rabu (23/11) lalu.

Menurut Syamsuddin, Varia Niaga juga lagi menyiapkan pembangunan pabrik pakan ternak. “Biar harga telurnya makin bisa dijaga karena pakannya produksi sendiri,” kata Dirut yang awalnya PNS Kementerian Perhubungan ini.

Selain Syamsudin, acara yang diikuti Dirut Perumda Balikpapan, Paser, dan Penajam Paser Utara berikut anggota ISEI Balikpapan itu, juga mendapat pencerahan dari Prof Dr Muhammad Firdaus dari IPB Bogor dan Anugrah Esa, Direktur Perkulakan dan Retail PD Pasar Jaya Jakarta.

“Acara ini bagian dari aksi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, yang menggaungkan langkah-langkah pengendalian inflasi dari sisi suplai yang lebih integratif, masif dan berdampak nasional,” kata Bambang Setyo Pambudi, kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan.

Dia sengaja mengundang Perumda Varia Niaga dan Pasar Jaya yang sudah melaksanakan program ini untuk menginspirasi perumda-perumda lainnya terutama di Balikpapan, Paser, dan PPU dalam bidang ketahanan pangan. “Juga kita hadirkan Prof Firdaus yang terlibat dalam pengkajian masalah pangan dan inflasi,” kata Bambang.

Guru besar Departemen Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB itu mengingatkan daerah agar punya Neraca Pangan, sehingga bisa menghitung dengan cermat kebutuhan dan persediaan pangan di daerah. Sehingga bisa diambil langkah dan solusi untuk mencegah kelangkaan stok.

Dia juga menyarankan BUMD Pangan melakukan kerjasama antardaerah (KAD) untuk menjaga pemenuhan stok pangan dan pengendalian harga. “Kerjasama sangat penting apalagi seperti Balikpapan, yang suplainya dari luar. Lebih-lebih dalam mengantisipasi pertambahan penduduk dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN),” katanya.

Firdaus juga mengucapkan selamat kepada TPID Kaltim karena berhasil menjadi juara penanganan inflasi tahun 2021. “Kebetulan saya salah satu anggota tim juri,” kata guru besar, yang sekarang juga menjabat Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Kuala Lumpur.

EMPAT MASALAH

Menurut Anugrah Esa tidak gampang Perumda Pasar Jaya dalam melaksanakan salah satu tugasnya membantu tersedianya pasokan, stabilitas dan keterjangkauan harga barang kebutuhan pokok di daerah DKI. Apalagi penduduk Ibu Kota ini jumlahnya sudah 11 juta lebih.

Seperti dialami beberapa daerah lain, setidaknya ada empat masalah berkaitan dengan pangan dan distribusi. Yaitu belum efektifnya rantai pasokan dari hulu ke hilir, 98 persen  pasokan pangan dari daerah lain, keterbatasnya daya dukung lahan pertanian, peternakan dan lingkungan serta peningkatan jumlah penduduk.

Sehubungan dengan itu, Perumda Pasar Jaya melaksanakan berbagai program untuk menjaga inflasi pangan, di antaranya program subsidi pangan murah, operasi pasar,  membuka Jakgrosir sebagai “kapal induk” dari semua program, grosir kecil DC Pasar Jaya, sampai menerapkan program cold storage dan CAS (Controlled Atmosphere Storage) untuk penyimpanan sejumlah sayur mayur dan daging.

CAS adalah kombinasi antara teknologi pendingin (refrigerator) dengan teknologi pengondisian udara yang mengontrol kadar kelembapan. Fungsinya untuk menahan laju pematangan atau pembusukan komoditas hortikultura yang disimpan di tempat tersebut.

Seperti disarankan Prof Firdaus, Anugrah mengakui kerjasama antardaerah sangat penting untuk menjaga ketahanan pangan di daerah kita. Selain juga harus benar-benar melaksanakan program pengendalian distribusi pangan secara sistemik.

Pasokan pangan kota-kota di Kaltim selama ini banyak yang datang dari Jawa Timur, Sulawesi Barat,  Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tengah. Ada juga dari daerah tetangga seperti Kalsel dan Kalteng. Bahkan yang datang dari Kalsel itu, kata Perumda Paser, ada yang produksi dari daerahnya. Dibawa dulu ke Kalsel dan kembali dipasarkan ke Kaltim.

Fenomena ini kata Prof Firdaus memang terjadi di beberapa daerah. Dia juga mengingatkan banyak produksi pangan kita dijual ke negara tetangga seperti dari Kalimantan Utara ke Sabah, Malaysia Timur. Termasuk beras Krayan, yang sangat terkenal. “Karena itu KAD sangat penting diterapkan,” katanya.

Acara capacity building kemarin ditutup dengan makan soto. Saya jadi teringat rilis Kepala BI Balikpapan kalau  soto ikut berkontribusi terhadap inflasi di kota ini bulan September lalu. Beberapa minggu ini saya jadi sering makan soto singkong dengan lauknya daging kikil, jadi tidak menggunakan beras, ayam dan telur. Kecuali kalau ada Telur S yang dikirim gratis dari Pak Syamsuddin.(*)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version