Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) VII sudah di depan mata. Berbagai persiapan terus dilakukan Komite Olahraga Nasional Indonesia Kutai Kartanegara (KONI Kukar). Tidak memikirkan gengsi daerah semata, atlet muda kini jadi prioritas. Kukar memutuskan untuk mengharamkan praktik mutasi atlet. Local pride, istilahnya.
Oleh: Muhammad Rafi’i
Tang, ting, tang, ting, suara pedang besi beradu. Dua sosok berjaket putih metalik dengan jahitan benang dari serabut penghantar listrik, tampak saling menyerang dan menghindar di atas landasan tanding berukuran 2×14 meter. Di belakang mereka, terjuntai kabel panjang puluhan meter tersambung ke alat berbentuk kotak dekat landasan tanding tadi.
Terlihat isyarat lampu otomatis menyala, saat salah satu diantara petarung itu berhasil mengenai tubuh lawannya. Teriakan yeaaaah! Langsung terdengar. Teriakan yang memunculkan optimisme bagi yang menyerang, sebaliknya perasaan terintimidasi bagi lawannya.
Dua sosok tadi menjadi bagian dari 19 atlet yang kini disiapkan Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (IKASI) Kukar. Mereka akan unjuk gigi di Porprov VII Kaltim di Berau, yang dijadwalkan berlangsung pada 12-21 November 2022. Training Center (TC) mandiri dilakukan jauh hari, sambil menunggu jadwal resmi dari KONI Kukar.
Total ada 3 kelas pedang, putra dan putri yang sedang fokus menajamkan teknik serta fisiknya. Memadukan atlet junior dengan senior. Ibarat memadukan darah muda penuh semangat dan pengalaman akan jam terbang dari atlet senior. Yang terpenting, semua atlet yang akan bertarung membawa panji Kukar merupakan putra asli daerah. Bukan atlet mutasi atau cabutan. Local pride!
“Alhamdulillah semua atlet binaan kita asli putra daerah,” ujar pelatih kelas pedang floret putra-putri, Decky Asmara. Decky mengaku sangat senang begitu mendengar KONI Kukar melarang mutasi atlet pada Porprov VII tahun ini. Baginya, ini bukti nyata pembinaan olahraga Kukar berjalan, agar cabor berkembang dengan baik.
Dengan artian, cabor terus mencari bibit atlet untuk dipoles. Stok atlet tetap ada untuk pembinaan jangka pendek maupun jangka panjang. Tidak perlu lagi berharap atau mendatangkan atlet dari luar daerah. Terutama di cabor anggar, meski diakuinya membina atlet tidak bisa secara instan. “Malahan atlet daerah sendiri (pembinaan) mempersembahkan prestasi tertinggi,” ungkap Decky.
Dibuktikan, beberapa atlet anggar asli binaan Kukar mampu menembus jajaran pemain top nasional hingga diperhitungkan daerah lain. Bukti konkretnya, pada Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 Papua 2021, sebanyak 4 atlet anggar Kukar masuk dalam kontingen Kaltim. Tiga diantaranya bahkan berhasil mempersembahkan 4 medali. Masing-masing 1 emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Menurut Decky, ini menjadi prestasi terbesar cabor yang mulai aktif di Kukar pada tahun 1997 itu. Padahal jumlah atletnya pas-pasan dikisaran 30-40 orang, dengan peralatan latihan tanding seadanya. Tak hanya berhasil mengirim 4 atlet untuk membela Kaltim, dua atlet binaan Kukar yang masih junior dilirik kontingen Papua. Dikontrak secara profesional, dan mewakili Papua pada event yang sama, yakni PON ke-20 Papua 2021.
Belum lagi, satu atlet kelas pedang sabel putri, Ima Safitri, berulangkali dipanggil Pelatihan Nasional (Pelatnas) memperkuat skuad Timnas Indonesia. Terakhir, Ima membela panji Indonesia di ajang SEA Games 2021 di Vietnam, dan berhasil finis di babak 8 besar. “Artinya atlet binaan asli Kukar bisa tembus ke ajang internasional,” ungkap Decky.
Walau sudah menorehkan prestasi dunia, demi terus mencetak atlet muda nan potensial, pembinaan akan terus dilakukan IKASI Kukar. Segala keterbatasan yang ada, seperti berlatih di lapangan outdoor padahal anggar merupakan olahraga indoor, tak membuat atlet yang ada manja atau tak mampu menunjukkan prestasi terbaiknya.
“Meski fasilitas tempat latihan minim, tapi perjuangan atlet untuk membela daerahnya semakin tinggi. Punya kebanggaan tersendiri dan tetap mempersembahkan prestasi untuk Kukar dan Kaltim bahkan Indonesia,” kata Decky bangga.
Pendapat serupa, muncul dari Syarif Hidayat, Ketua Pengurus Cabang (Pengcab) IKASI Kukar. Dia memastikan lebih memilih mengorbitkan atlet binaan sendiri, dibanding membeli atlet “langsung jadi”. Anggaran yang ada mending digunakan untuk proses regenerasi atlet. Syarif ingin IKASI Kukar lebih mementingkan putra daerah, dalam rangka pembinaan jangka pendek dan panjang. Apalagi Kukar memiliki wilayah yang luas, terbagi dalam 18 kecamatan. Diyakini ada mutiara tersembunyi yang bertebaran, siap untuk dipoles menjadi atlet potensial.
“Regenerasi (atlet putra daerah) ada terus, tinggal membina, dan di-support KONI dan pemkab,” jelas Syarif. Dia menegaskan, ketimbang mendatangkan atlet mutasi dari luar daerah. Anggaran yang ada lebih baik digunakan untuk melakukan try out ke luar daerah. Menambah jam terbang dan pengalaman tanding. Ini akan berdampak ke teknik dan mental atlet yang terus terasah dan terbentuk. “Atlet muda daerah (Kukar), juga sudah berani berbicara di nasional dan internasional,” jelasnya.
100 % Atlet Lokal
Sementara itu, keinginan Ketua KONI Kukar Rahman, untuk menggunakan 100% atlet lokal sudah jauh hari disampaikannya. Karena mantan atlet basket Kukar ini beranggapan, atlet lokal tidak kalah kualitasnya dibanding atlet daerah lain.
Diuntungkan dengan wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang banyak, barang tentu pasti ada atlet potensial yang bisa diorbitkan. Tidak melulu terfokus di Tenggarong saja, dipastikannya kecamatan lainnya punya potensi atlet di cabor tertentu.
Tak hanya itu, satu prinsip yang dipegangnya saat ini. Olahraga itu bukan dibeli, namun diciptakan. Karena seyogianya seorang juara itu tidak instan. Ada proses berat untuk menjadi juara. Mulai dari melakukan regenerasi atlet, menambah jam terbang, mengasah skill dan mentalnya hingga menjadi seorang juara.
“Seorang juara itu tidak instan, perlu proses. Ketika ingin prestasi banyak faktornya, sering latihan dan bertanding akan menjadi langkah menuju juara,” tegas Rahman.
“KONI Kukar tidak menginginkan lagi atlet mutasi. Ada kesempatan membesarkan bahwa anak asli Kukar itu bisa. Peningkatan SDM (sumber daya manusia) dengan penataran wasit dan pelatih, sehingga kita bisa membina atlet lokal. Ada juga yang sudah ke internasional,” tambahnya.
Tidak ada keinginan tanpa usaha. Memastikan atlet lokal yang membela kontingen Kukar di Porprov VII Kaltim nanti adalah yang terbaik, KONI Kukar menyaring atlet lokal melalui Komite Olahraga Kecamatan (KOK). KOK inilah yang menjadi perpanjangan tangan KONI Kukar di masing-masing kecamatan. Dengan jumlah saat ini sebanyak 18 KOK.
“KOK ini kepanjangan KONI untuk membina dan mengembangkan olahraga di kecamatan,” beber Rahman. Tiap KOK diguyur Rp 10 juta tiap tahun untuk melakukan pembinaan. Salah satunya dengan mengadakan event, melihat atlet lokal mana yang bisa direkrut dan dibina untuk menjadi bagian dari KONI Kukar. “Untuk Porprov tahun ini, dipastikan atlet yang membela Kukar berasal dari 18 kecamatan,” katanya.
Dukungan serupa datang dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar. Wakil Bupati Rendi Solihin mengatakan, keinginan besar KONI patut diacungi jempol. Bagaimana semangat mengembangkan atlet lokal asli Kukar, dibanding “membeli” atlet dari daerah lain.
“Local pride langkah yang baik sekali, ketika sinergi dengan menjalankan pembinaan hingga ke tingkat desa,” ujar Rendi belum lama ini. Langkah KONI Kukar dengan membentuk KOK di 18 kecamatan, dikatakannya merupakan upaya konkret. Bagaimana membina dan mencari atlet potensial hingga tingkat bawah. Untuk dibina, dilatih dan diawasi hingga berprestasi. “Sangat baik dan mendukung langkah ini. Menjadi semangat tersendiri bagi atlet lokal kita,” pungkas Rendi. (***)