Beranda COVID UBAHLAKU Sulitnya Mendapat Plasma Konvalesen, Dari 30 Penyintas Covid19 Hanya Satu Bisa Didonorkan

Sulitnya Mendapat Plasma Konvalesen, Dari 30 Penyintas Covid19 Hanya Satu Bisa Didonorkan

0
Plasma konvaselen.

SAMARINDA – Kasus positif Covid-19 yang meningkat dua pekan terakhir menyebabkan persediaan plasma konvalesen di Kaltim kosong. Palang Merah Indonesia mengaku, kesulitan menambah persediaan plasma konvalesen karena jumlah donor yang terbatas. Sementara itu, makin banyak pasien Covid-19 di rumah sakit yang memerlukan terapi plasma untuk melawan virus tersebut.

Kepada kaltimkece.id, jaringan mediakaltim.com, Kepala Bagian Pengelolaan Darah PMI Samarinda, Nurul Hidayat, menyebutkan  stok plasma habis untuk semua golongan darah pada Rabu (7/7/2021). Permintaan plasma paling banyak adalah golongan darah A yakni delapan orang. Adapun plasma konvalesen untuk golongan darah O diminta dua orang, B empat orang, dan AB satu orang. “Pada waktu yang sama, kami masih mengambil sampel,” terang Nurul.

PMI Samarinda sebenarnya telah menjalin kerja sama dengan sejumlah instansi untuk mencari pendonor plasma. Sebagai contoh, salah satu perusahaan daerah Samarinda yang diketahui memiliki 30 penyintas Covid-19. Setelah diseleksi pada April 2021, hanya delapan orang yang bisa diambil sampelnya. “Yang lolos untuk donor plasma cuma satu orang,” kata Nurul.

Pendonor plasma konvalesen sukar diperoleh karena persyaratan yang lebih banyak dibanding donor darah biasa. Orang yang bisa mendonor plasma harus penyintas Covid-19. Penyintas tersebut mesti sehat dan bebas gejala selama 14 hari setelah sembuh. Selain itu, memiliki berat badan ideal dan berusia 18-60 tahun. Jenis kelamin laki-laki lebih disarankan. Penyintas juga sebaiknya belum melewati masa tiga bulan sejak terinfeksi. Jumlah antibodi (titer) pada penyintas yang sudah melewati tiga bulan dari infeksi biasanya tidak mencukupi untuk keperluan transfer plasma konvalesen.

Transfer plasma sebenarnya metode kuno yang dipakai ketika wabah merebak. Pada Perang Dunia II, terapi plasma digunakan kepada prajurit Amerika Serikat yang terserang campak dan hepatitis. Selanjutnya pada 1988, antibodi tikus yang sudah disesuaikan bagi manusia diperkenalkan untuk melawan infeksi Respiratory Syncytial Virus. Virus menular ini menyerang sistem pernapasan bayi (Covid-19, Passive Transfer of Antibodies: Too Often Forgotten, jurnal, 2020, hlm 2).

Transfer plasma adalah memindahkan antibodi melalui plasma dari penyintas kepada orang yang terserang virus. Metode ini juga dipakai saat dunia melawan wabah influenza, H1N1 atau flu Spanyol, SARS, hingga MERS. Tingkat keberhasilannya disebut tidak konsisten akan tetapi para ahli sepakat perawatan berbasis plasma bisa dipilih pasien Covid-19.

Metode transfer plasma konvalesen relatif sederhana. Transfer plasma pada dasarnya adalah konsep kekebalan pasif. Penyintas Covid-19 memiliki plasma yang mengandung antibodi yang mampu merespons virus. Antibodi baru ini sudah “cerdas” karena mampu menyingkirkan virus SARS-CoV-2 secara selektif. Plasma berisi antibodi “cerdas” inilah yang kemudian ditransfer kepada orang yang masih berjuang melawan infeksi virus. Plasma itu kemudian ditransfer menggunakan selang infus.

Nurul Hidayat dari PMI Samarinda mengatakan, permintaan plasma konvalesen mulai meningkat dua pekan terakhir. Sebelum itu, permintaan plasma tidak terlalu banyak. PMI Samarinda, kata Nurul, akhirnya kewalahan memenuhi permintaan.

Menurut catatan Satuan Tugas Covid-19 Kaltim, perkembangan kasus memang meningkat sebulan terakhir. Pada pekan pertama Juni 2021, penambahan kasus harian masih di bawah 100 orang. Kurva pademi mulai curam pada pekan ketiga Juni 2021 dengan penambahan kasus harian di atas 100 jiwa.

Puncaknya pada pekan keempat, penambahan kasus mencapai 428 jiwa pada 26 Juni. Sampai 3 Juli 2021, tercatat 622 orang terkonfirmasi positif se-Kaltim dalam sehari. Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, Padilah Mante Runa, mengatakan, donor plasma bergantung dari pendonor. Maksudnya, berkaitan dengan keikhlasan seseorang. Dinkes hanya memfasilitasi lewat imbauan. “Para penyintas mau atau tidak mendonorkan? Tidak semua orang sama,” kata Padilah.

Lagi pula, kata Padilah, plasma tidak diperjualbelikan dan lebih bersifat sumbangan. Donor plasma makin sukar ditemukan karena tidak semua penyintas Covid-19 bisa menyumbangkan plasma karena kriteria yang begitu banyak tadi. (kk)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version