Catatan Rizal Effendi
TIADA hari tanpa vaksinasi, termasuk dalam bulan Ramadan ini. Itu yang dilakukan Pemerintah saat ini di seluruh pelosok Tanah Air, termasuk di Kaltim dan Balikpapan. Apalagi Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa yang menegaskan bahwa menjalani vaksinasi meski berpuasa tidaklah termasuk kategori yang membatalkan. Termasuk juga bagi mereka yang dicolok hidung atau mulutnya untuk kepentingan deteksi Covid-19 melalui rapid test atau SWAB.
Yang penting, kata MUI, tidak menyebabkan bahaya atau dharar. Karena itu vaksinasi bisa juga dilakukan pada malam hari jika pelaksanaan vaksinasi pada siang hari saat berpuasa dikhawatirkan menyebabkan bahaya akibat lemahnya kondisi fisik sang penerima vaksin.
Beberapa hari lalu tim Dokkes (Seksi Kedokteran dan Kesehatan) Polda Kaltim dipimpin dr Albari dan dr Yulia melakukan vaksinasi di halaman Masjid At Taqwa Balikpapan di sela-sela pelaksanaan tarawih. Selain jamaah, ratusan warga di sekitar masjid berdatangan. “Alhamdulillah, kita bisa ikut vaksin,” kata beberapa pengurus masjid. “Tolong sampaikan terima kasih kami kepada Bapak Kapolda Kaltim Irjen Pol Imam Sugianto,” kata seorang ketua RT mewakili warganya. Sementara itu tim Puskesmas rencananya juga akan membuka kesempatan vaksinasi di Masjid At Taqwa dalam waktu dekat ini.
Selaku ketua masjid, saya minta semua petugas harus sudah menerima vaksin sampai vaksin ketiga atau booster. Karena petugas masjid setiap hari berhadapan dengan ratusan jamaah apalagi di bulan Ramadan sehingga bisa saja terpapar. Di masjid agung ini, protokol kesehatan (prokes) tetap diterapkan ketat. Jamaah yang datang tetap diukur suhu badannya. Yang tidak membawa masker petugas langsung memberikan masker gratis.
Ini sejalan dengan surat seruan Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang ditandatangani ketuanya HM Jusuf Kalla, mantan wakil presiden. Semua masjid yang dimakmurkan dengan ibadah Ramadan harus tetap menerapkan prokes, menggunakan masker, membawa alat ibadah sendiri, memelihara kebersihan lingkungan, dan menjamin terjaganya kesehatan seluruh jamaah.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan dr Andi Sri Juliarty atau dr Dio, pelaksanaan vaksinasi memang terus digencarkan meski pada bulan Ramadan. Karena Indonesia termasuk Balikpapan harus mencapai kekebalan kelompok atau herd immunity dalam menghadapi serangan virus Covid-19. Karena itu tim DKK bersama tim Kesehatan Polda Kaltim, Kodam VI/Mulawarman, dan Badan Intelijen Nasional (BIN) Daerah terus bergerak. Apalagi berdasarkan data, ada kecenderungan masih banyak warga yang belum melakukan booster.
Syukurlah, menjelang Ramadan Pemerintah mengeluarkan kebijakan baru. Mudik Lebaran sudah diperbolehkan, tapi syaratnya harus sudah melaksanakan vaksin ketiga atau booster. Yang kemudian terjadi, ribuan warga berebut booster. “Wah, disiapkan seribu vaksin, yang mendaftar tiga ribu,” kata Pak Rachman, ketua RT 17 Kelurahan Sepinggan Baru, yang ikut mengurusi vaksinasi di Dome.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan ada 80 juta warga yang akan mudik. Ledakan mudik sudah pasti terjadi karena sudah dua tahun masyarakat dilarang pulang kampung waktu Lebaran. Padahal itu sudah menjadi tradisi bertahun-tahun. “Karena itu kita sedang berkoordinasi dengan Satgas Covid agar mudik tidak membawa boom Covid lagi di kemudian hari,” kata juru bicara Kemenhub Adita Irawati.
Kalau dilihat data vaksinasi di Balikpapan, dari setengah juta warga yang menjadi sasaran vaksin atau tepatnya 526.953 orang, tercatat dosis 1 sudah mencapai 116,57 persen, dosis 2 mencapai 105,33 persen, akan tetapi dosis 3-nya baru sekitar 23,59 persen. “Ya, dosis tiganya memang masih harus dipacu,” kata dr Dio.
Pada masyarakat rentan dan umum, masih ada 14,50 persen yang belum divaksin di dosis 1 dan 24,58 persen yang belum divaksin di dosis 2. Padahal kelompok masyarakat rentan dan umum jumlahnya paling banyak mencapai 361.428 orang.
Pada kelompok anak-anak usia 6-11 tahun, dosis 2 masih tersisa 11 persen yang belum divaksin dari 67.065 sasaran. Sementara di kelompok remaja tinggal 1,05 persen yang belum divaksin pada dosis kedua, akan tetapi masih sangat rendah pada vaksin dosis 3, yang baru mencapai 1,99 persen. Masalahnya berkaitan dengan sistem aplikasi, padahal jumlah remaja yang menjadi sasaran cukup banyak, yakni 68.176 orang.
Total vaksin dari berbagai jenis seperti Sinovac, AsraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer dan lainnya lagi, yang disuntikkan kepada warga Balikpapan untuk dosis 1, 2, dan 3 sudah mencapai satu juta lebih atau tepatnya 1.293.606 terhitung sejak vaksin pertama disuntikkan, 29 Januari 2021. Sementara itu petugas vaksinator atau petugas terlatih yang melakukan penyuntikan di bawah kendali DKK tercatat 240 orang dengan profesi bidan, dokter, dan perawat. Bila dipukul rata, itu berarti setiap vaksinator telah menyuntik tidak kurang dari 5.000 orang sampai saat ini.
PERLU DARAH JUGA
Yang mengejar target sepanjang bulan Ramadan ini tidak saja program vaksinasi, tetapi juga pengumpulan darah donor untuk kebutuhan pelayanan di rumah sakit. “Kami harus kerja keras karena ada kecenderungan persediaan darah menurun,” kata Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Balikpapan drg Dyah Muryani.
Sejak masa pandemi Covid, PMI harus berjuang keras mengumpulkan darah. Maklum banyak pendonor agak enggan melakukan pendonoran darah karena khawatir terpapar Covid. Begitu juga pada bulan Ramadan, meski dibolehkan melaksanakan donor pada siang hari, dikhawatirkan kondisi pendonor tidak memenuhi syarat. “Itu sebabnya kami gencar melaksanakan donor darah di antaranya melalui masjid ke masjid di sela-sela tarawih. Setelah Masjid At Taqwa, kemarin PMI juga melaksanakan donor di Masjid Madinatul Iman Islamic Center,” kata drg Dyah.
Kebutuhan darah di Balikpapan setiap bulannya mencapai 200 kantong. Sementara pendonornya bisa turun sampai 50 persen di bulan Ramadan. Darah itu disuplai ke rumah sakit untuk kepentingan sanak keluarga kita yang membutuhkan di antaranya untuk kepentingan operasi, melahirkan, dan mereka yang mengidap penyakit tertentu. PMI Balikpapan juga harus menyuplai untuk kepentingan 40 anak yang mengidap kelainan darah (thalassemia) di Rumah Sakit Kanujoso (RSKD). “Yang paling banyak butuh darah sampai 20-an kantong kalau ada operasi jantung,” kata drg Dyah.
Kondisi yang sama juga dihadapi oleh PMI Samarinda dan daerah lain. Kekurangan stok sudah terjadi sejak masa pandemik. Terpaksa mereka lebih banyak mengandalkan mobil unit di luar gedung dan melakukan pendekatan secara internal dengan berbagai lembaga terutama Korem dan Polres. Para prajurit lebih mudah digerakkan sebagai pendonor sepanjang perintah komandan. Apalagi kondisi mereka rata-rata sangat sehat dan fit.
Menurut drg Dyah, PMI perlu dukungan berbagai pihak agar warga yang sehat mau menjadi pendonor. Saat ini Balikpapan punya 500 pendonor tetap. Ada yang baru beberapa kali menyumbangkan darahnya, ada juga yang sudah puluhan bahkan ratusan kali. “Mudah-mudahan ada yang mau menjadi sponsor. Biasanya di bulan Ramadan pendonor kita beri paket. Ini ada paket sembako, tidak banyak isinya termasuk satu liter minyak goreng,” kata mantan Kepala DKK ini. (**)