spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sudah Dua Minggu Wawali?

Catatan Rizal Effendi

RASANYA sudah dua minggu berjalan agenda rencana pemilihan wakil wali kota (wawali) Balikpapan periode 2019-2024. Tapi belum ada tanda-tanda partai pengusung melengkapi dua calon yang bakal diusulkan. Kalau begini jadi apa kelanjutannya?

Pada Rapat Paripurna, Jumat (7/6) lalu, Ketua Dewan Abdulloh mengumumkan adanya perubahan keanggotan Panitia Pemilihan (Panlih) Wakil Wali Kota Balikpapan masa  jabatan 2019-2024. Langkah itu boleh dibilang isyarat diprosesnya kembali proses pemilihan wawali.

Abdulloh mengakui pihak Dewan memang ingin menuntaskan proses pemilihan wawali. Apalagi kursi wawali itu sudah 3 tahun kosong menyusul meninggalnya calon wawali terpilih Thohari Aziz akibat Covid 19 sebelum pelantikan.

Sesuai dengan ketentuan dan hasil konsultasi mereka, pengisian jabatan wawali Balikpapan bisa dilakukan kapan pun. “Sampai H-1 dari akhir masa jabatan kepala daerah pun masih bisa diisi,” katanya begitu.

Tapi Abdulloh menegaskan, jika dalam waktu satu sampai dua minggu ke depan, partai pengusung tidak juga mengajukan dua nama sesuai ketentuan, maka tugas Panlih dinyatakan selesai atau ditutup. “Sebab kalau satu nama saja tetap tidak bisa diproses,” jelasnya.

Abdulloh membuat pernyataan itu setelah rapat Panlih 4 Juni lalu. Jika dihitung dua minggu ke depannya, dengan demikian  masa pengusungan nama calon wawali sudah berakhir  pada pengujung Juni silam. Tapi sejauh ini belum ada pernyataan tegas dari Ketua Dewan apakah masa kerja Panlih memang benar-benar ditutup atau diperpanjang.

Proses pemilihan wawali Balikpapan sudah diketahui umum berjalan tidak lancar. Karena memang ada kesan diulur-ulur dan tidak terlalu diinginkan kehadirannya.

Ada tiga aktor di balik ini. Partai pengusung, wali kota, dan DPRD. Sesuai ketentuan, partai pengusung mengajukan 2 nama melalui wali kota dan kemudian diproses DPRD sampai rapat paripurna pemilihan dan penetapan.

Rendi Ismail, ketua Yayasan Uniba.
Budiono yang terkesan disudutkan.

Partai pengusung pasangan Rahmad Mas’ud-Thohari Aziz adalah Partai Golkar, PDIP, Gerindra, PKS, Demokrat, PKB dan Perindo. Ditambah 1 partai pendukung yaitu PAN.

Mereka sempat mengajukan 5 nama calon wawali pengganti . Dari PDIP diusulkan nama Budiono (wakil ketua DPRD/ketua DPC), Gerindra mengusulkan Sabaruddin Panrecalle (wakil ketua DPRD), PKS menyodorkan nama Sayid Fadli (mantan Sekkot), Demokrat mengajukan Denni Mappa (ketua DPC) dan Alphad Syarif (mantan ketua DPRD Samarinda) dijagokan oleh Perindo.

Dengan alasan untuk membalas budi almarhum Thohari, Wali Kota Rahmad Mas’ud sebagai ketua DPC Golkar memasukkan nama Risti Utami Dewi, istri almarhum.

Melalui proses yang alot, akhirnya muncul dua nama yang disepakati untuk diusulkan ke DPRD, yaitu Budiono dan Risti. Belakangan Budiono mengundurkan diri dan restu DPP PDIP diarahkan kepada Risti.

Ada pihak yang menuding Budiono sebagai salah satu penyebab mandeknya proses pemilihan wawali. Tapi ada juga yang membela dia. Budiono tak salah jika mundur, sebab proses yang berlarut-larut itu berakibat dia harus segera memilih menjadi calon wawali atau calon legislatif. Karena memilih caleg yang lebih pasti, makanya dia mundur dari cawawali.

Dengan sisa satu nama itu, maka proses pengusulan ke DPRD pun menjadi seret. Karena sesuai dengan ketentuan minimal dua nama yang harus diajukan.

Ketua DPRD Abdulloh mengakui sudah menyurati partai pengusung untuk kembali mengajukan calonnya. Sejauh ini belum diketahui apakah partai pengusung sudah menyiapkan nama baru yang diminta atau tetap dengan nama yang sudah pernah diusulkan. Kecuali Budiono yang memang sudah mengundurkan diri.

Budiono sendiri tidak berkomentar banyak soal proses pemilihan wawali. “Sejauh ini belum ada perkembangan banyak,” katanya singkat. Hal yang sama juga disampaikan oleh Sabaruddin. Ucapan mereka tak terlalu bersemangat.

Sayang gugatan citizen law suit tentang kosongnya kursi wawali di Pengadilan Negeri (PN) Balikpapan kandas. Gugatan itu diajukan oleh Peradi, APTISI, Forsiladi dan ADRI. “Tujuan kita agar kursi kosong itu segera diisi,” kata Dr Agung Sakti Pribadi mewakili penggugat.

SYAIMA AGAK DINGIN

Perkembangan saat ini  peta Pilwali Balikpapan 2024 masih adem ayem. Petahana, Wali Kota Rahmad Mas’ud (RM) yang baru pulang dari Tanah Suci belum mengumumkan secara resmi calon pendampingnya. Tapi nama Abdulloh masih kuat disebut-sebut.

Dua nama dari Partai Gerindra, Sabaruddin dan Bagus Susetyo membayang-bayangi. Bisa saja salah satunya menjadi pendamping, jika RM menginginkan partai Gerindra berada di kubunya. Soalnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebentar lagi menjadi presiden pengganti Jokowi.

Kabarnya Bagus lebih berpeluang mendapat rekomendasi DPP. Tinggal posisinya di mana? Apakah menjadi wakil RM atau berkoalisi dengan partai lain dengan posisi sebagai bakal calon wali kota. Di lapangan, baliho Sabaruddin dan Bagus terlihat di beberapa sudut kota.

Sementara itu, nama Syaima Alaydrus yang sempat viral sepertinya mulai mendingin. Dia putri Bupati Kotabaru, Kalsel, H Sayed Jafar Al-Idrus. Sang ayah menginginkan Syaima berkiprah di Pilwali Balikpapan, sementara istrinya, Hj Fatma Idiana diproyeksikan untuk menggantikan dirinya di Kotabaru.

Kabar terakhir, Syaima tidak lagi menggebu-gebu. Dia bersikap menunggu apakah masih ada peluang menjadi cawali atau cawawali di Balikpapan. Bahkan ada yang mengabarkan dia sudah memutuskan pengunduran diri sama sekali.

Tidak ada pernyataan resmi dari Syaima atau sang ayah, Sayed Jafar. Ada yang menduga mereka lebih ingin fokus dengan pencalonan sang ibu di Kotabaru, tapi ada juga yang menduga-duga beraroma lain.

Soalnya Sayed Jafar adalah Ketua DPC Golkar Kotabaru. Bisa saja DPP meminta dia tidak mengganggu kekuatan Golkar di Balikpapan, sehingga Syaima diminta mundur alias tidak usah maju.

Mantan Sekprov M Sa’bani yang disebut-sebut salah satu calon penantang, Senin kemarin bertemu Ketua DPW NasDem Kaltim yang baru, Celni Pita Sari di Samarinda.  “Alhamdulillah pertemuan berlangsung lancar dan positif,” katanya.

NasDem Balikpapan dalam Pileg 2024 meraih 7 kursi di DPRD. Tinggal menambah 2 kursi lagi sudah bisa mengusung calon. Tapi DPP sejauh ini belum memutuskan. Malah yang terdengar, kemungkinan NasDem akan bergabung ke Golkar.

Nama lain yang masih punya semangat adalah drg Syukri Wahid. Dia baru saja bertemu  Sa’bani dan terus melakukan sosialisasi. Apakah Sa’bani dan Syukri menjadi “Duo S” melawan petahana, masih kita tunggu perkembangannya.

Ketua  Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi (Yapenti) Dharma Wirawan, yang menaungi Universitas Balikpapan (Uniba), Dr H Rendi Susiswo Ismail, selain mengincar Pilbup Penajam Paser Utara (PPU) ternyata juga tetap bersemangat berkontestasi di Pilwali.

Rendi cukup lama berkiprah di Balikpapan. Pernah menjadi ketua KNPI, ketua Kadin, sampai menjadi rektor Uniba. Dia pernah menerima penghargaan Indonesian Top Leader of The Year 2014 dari Yayasan Nirwana Indonesia, Warga Pelopor Bidang Pendidikan dari Pemkot Balikpapan dan Pendonor Darah 100 Kali dari PMI.

Pilwali Balikpapan dibayang-bayangi lawan kotak kosong jilid II. RM seperti juga saudaranya Haji Rudy Mas’ud (Harum) yang turun di Pilgub Kaltim tengah berusaha melakukan aksi borong partai, sehingga lawannya tidak mendapatkan perahu atau mendapat kursi di bawah syarat yang ditentukan.

Kalau situasi ini terjadi dan mereka memenangi Pilkada Serentak 2024, maka terjadi “rekor pertama” dalam sejarah pemerintahan di Kaltim, ada tiga tokoh bersaudara menguasai provinsi ini. Bayangkan, Bani Mas’ud berjaya di jabatan gubernur, ketua DPRD Provinsi dan wali Kota Balikpapan. Tinggal rakyat Kaltim termasuk Balikpapan maunya bagaimana? (*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti