Survei Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat anak muda yang berhak memilih pada Pemilu 2024 mencapai 191,08 juta jiwa atau 70,72 persen dari total penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa. Angka ini tentu sangat menggiurkan bagi partai politik yang ingin mendulang suara sebanyak-banyaknya pada Pemilu 2024.
Tim Peliput: Andi Desky, Muhammad Rafi’i
PARTAI politik (parpol) mulai mengambil ancang-ancang dan membuat strategi mengincar pemilih usia muda pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Jumlah pemilih muda terus bertambah tiap kontestasi demokrasi dan jumlahnya sangat mengoda parpol. Namun tak gampang menggaet pemilih pemula. Partai harus mempunyai strategi jitu untuk menarik simpatik generasi muda.
Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU) perbaikan kedua, dari daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2019 sebanyak 192,83 juta, terdapat 60,35 juta pemilih muda usia 20-31 tahun. Rinciannya, usia 20 tahun sebanyak 17,5 juta orang dan usia 21-30 tahun sebanyak 42,84 juta orang. Untuk usia 31-40 tahun ada 43,4 juta orang dan selebihnya usia di atas 41 sebanyak 87,02 juta orang.
Pada pemilu sebelumnya, KPU mencatat jumlah pemilih pemula (usia 17-22 tahun) juga cukup besar. Pada Pemilu 2004, pemilih berusia 17-22 tahun sekitar 27 juta dari 147 juta pemilih atau 18,4 persen. Pada Pemilu 2009, ada sekitar 36 juta pemilih muda dari 171 juta pemilih atau 21 persen. Pada Pemilu 2014 mencapai 20,5 juta dari total 186 juta jiwa pemilih.
Di Kaltim jumlah pemilih pemula dan muda tentu juga cukup besar. Dari data pemilih 2,35 juta (data KPU Kaltim 2020), lebih separuh pemilih adalah generasi Z (usia 17-27 tahun) dan generasi milenial atau generasi Y (usia 27-40 tahun). Parpol di Kaltim pun sudah mengatur strategi untuk memikat generasi Z dan milenial, seperti menjaring bakal calon legislatif (caleg) muda dan melakukan sosialisasi lewat media sosial.
Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kaltim, Leny Marlina mengakui partainya belum banyak diminati anak-anak muda karena pandangan sebagai partai Islam. Menurutnya, partai yang sudah berumur 49 tahun ini sangat identik dengan Nahdlatul Ulama (NU) dan dicap sebagai “partai orang tua”.
Sekarang kata Leny, partai ini akan sedikit mengubah pendekatannya ke masyarakat, khususnya kaum muda, dengan melakukan program dan kegiatan yang menyentuh langsung ke kawula muda. Ia menyatakan PPP sangat terbuka untuk kalangan milenial dan siap mendukung kegiatan positif anak muda.
“PPP harus sedikit mengubah imej. Masyarakat harus tahu ternyata di PPP tidak harus pakai gamis kok, tidak melulu tentang pondok pesantren kok. Keinginan mereka (kaum muda, Red.) kami dengarkan selama itu membangun. Kantor kami terbuka untuk kegiatan anak muda yang positif,” jelasnya.
Leny akan melakukan konsolidasi kepada seluruh pengurus provinsi hingga anak ranting untuk mengakomodasi anak muda dalam kepengurusan. Hal ini juga sesuai dengan instruksi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PPP, untuk mengakomodasi 60 persen milenial dalam kepengurusan partai.
“Anak muda ini kendor duluan, karena doktrin tentang PPP kan sudah luar biasa di umur PPP yang sudah 49 tahun. Mereka menilai kita ‘kuno’ bahkan ‘kolot’ padahal tidak seperti itu. Yang jelas kita sangat terbuka untuk mereka yang ingin besar bersama PPP,” terangnya.
Peluang untuk maju sebagai bakal calon legislatif (bacaleg) di PPP juga dibuka kepada mereka generasi muda yang siap berpolitik. Menurutnya, PPP sudah memilik basis suara yang jelas yang sangat berpotensi mendudukkan calegnya di kursi legislatif.
“Pangsa suara generasi Z dan milenial ini luar biasa. Minggu depan kita rapimwil (rapat pimpinan wilayah, Red.). Salah satu agendanya perekrutan bacaleg. Saya akan dorong porsi anak muda untuk pencalegan,” terangnya kepada Media Kaltim, Sabtu (19/2/2022).
AKTIF DI MEDSOS
Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Kaltim, Ananda Emira Moeis, menjelaskan PDI Perjuangan salah satu contoh partai yang bisa mendudukan milenial di kursi legislatif. Bahkan PDIP berhasil mendudukan anggota DPRD Kaltim termuda, yaitu Romadhony Putra Pratama yang dilantik saat berusia 22 tahun.
“Yang pasti kita ngasih gambaran kalau kita anak muda bisa kok. Dengan kerja keras dan gotong royong kita mampu meraih apa yang kita inginkan, memperjuangkan hak masyarakat untuk Indonesia lebih maju,” ucap perempuan yang akrab disapa Nanda ini, Jumat (18/2/2022).
Dia menjelaskan, potensi pemilih generasi Z (usia 17-27 tahun) dan milenial (usia 27-40 tahun) sangat besar di Indonesia, termasuk di Kaltim. Sehingga partainya sangat fokus untuk menarik simpati pemilih usia muda. PDIP melalui organisasi dan sayap partai katanya, aktif menggelar dan mendukung kegiatan kepemudaan.
“Kami sering nongkrong dan ngobrol dengan komunitas olahraga, otomotif, industri kreatif. Kami sering berkegiatan, sayap partai yang aktif. Dari situ kami dorong teman-teman juga untuk berpartai dan nyaleg. Kami mengajak kader mengikuti pendidikan, sebelum terjun langsung ke politik,” jelasnya.
Bahkan Ketua DPD PDIP Kaltim Safaruddin, kata Nanda, sering menyampaikan pentingnya mengunakan dan aktif di media sosial. Hal ini sebagai cara untuk mendengar aspirasi dan keluh kesah masyarakat, serta untuk meraih hati pemilih, khususnya kaum muda.
“Kami ada sekolah untuk medsos. Bahkan ada pelatihan untuk kader, mengenai copywriting di medsos, angle foto yang menarik dan teknis lainnya, sampai sedetail itu. Karena kami melihat potensi medsos ini sebagai soft campaign, untuk lebih dekat dengan masyarakat,” jelasnya.
Meski demikian, katanya, bukan berarti kehadiran langsung di tengah masyarakat ditinggalkan. Media sosial katanya sebagai platform pembantu yang sangat efektif dan efisien untuk mensosialisasikan program partai, terlebih pada masa pandemi Covid-19 yang belum juga usai saat ini.
Dia mencontohkan saat perayaan HUT PDIP beberapa saat lalu. Dalam perayaan itu salah satunya adalah kampanye menanam pohon di lingkungan rumah. Bila digelar secara offline, kata Nanda, besar kemungkinan hanya akan diikuti pengurus partai dan simpatisan yang jumlahnya terbatas.
Namun, bila saat kampanye tersebut dilakukan secara online dan dibagikan ke media sosial, secara engagement (komunikasi dua arah) akan lebih masif dan dapat dilihat ribuan bahkan puluhan ribu pasang mata.
“Berpolitik harus ada sopan santun. Tapi kita juga harus luwes mengikuti perkembangan zaman. Ada kalanya kita di lapangan memperlihatkan kebesaran partai. Ada juga kalanya kita lebih lembut dan santai dengan masyarakat. Siapa sih yang tidak punya medsos saat ini? Makanya kita harus melek dengan itu,” pungkasnya.
Ketua DPD Partai Demokrat Kaltim Irwan mengungkapkan, Demokrat sudah mengantisipasi besarnya pemilih muda dari generasi Z dan milenial dengan menetapkan kepengurusan untuk DPP Demokrat rata-rata umur 40 tahun. Di Kaltim ujarnya, Demokrat sudah menyususun kepengurusan dengan menempatkan kaum muda sebesar 78 persen.
Hal ini menurutnya sebagai langkah untuk meraih suara pemilih muda. Berdasarkan survei katanya, ada 55 persen dari 2 juta lebih daftar pemilih di Kaltim merupakan generasi Z dan milenial.
“Kami paham, bila kepengurusan dari Generasi X (usai 40-55 tahun) atau Baby Boomers (56-74 tahun) akan kesulitan mengambil simpati apalagi elektoral. Sementara kami ingin memenangkan bonus demografi,” terangnya via telepon Jumat (18/2/2022).
Termasuk untuk pemilihan legislatif (pileg) 2024 mendatang, Irwan “Fecho” mengatakan, Demokrat akan menggali sebanyak mungkin potensi anak muda yang memiliki kompetensi dan kapasitas sebagai caleg. Selain mendorong para legislator petahana, pihaknya juga akan membuka pintu seluas-luasnya untuk generasi muda tampil dalam kontestasi politik 2024.
“Kami sangat siap untuk pileg dan pilkada (pemilihan kepala daerah, Red.). Yang jelas mereka generasi muda harus kita bekali. Selain kompetensinya, siap menang kami juga akan bekali agar bisa memperjuangkan masyarakat, percuma kalau ‘kosongan’,” tegasnya.
Di era serba digital saat ini kata Irwan, juga akan dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Partai Demokrat untuk bersosialisai dengan masyarakat. Pemanfaatan media sosial dan media informasi online akan terus digalakkan oleh partai berlogo mercy tersebut.
“Kami di DPD ada Badan Komunikasi Strategis untuk fokus ke situ. Bagaimana respons masyarakat terhadap isu pemberitaan, melakukan distribusi informasi. Karena sampai desa pun sudah digital semua,” ucapnya. (eky/mrs)