spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sofyan, Pj dan Pak Awang

ADA tiga nama mewarnai Malam Apresiasi Wartawan Legend  Bedapatan 3 yang digelar di Hotel Tiga Mustika Balikpapan, Sabtu (28/12) malam. Yaitu Sofyan Asnawi, Awang Faroek Ishak dan Akmal Malik. Sofyan dan Pak Awang sudah tiada. Sedang Akmal adalah Penjabat (Pj) Gubernur Kaltim yang berkenan datang di acara tersebut.

Kebetulan dia mau menghadiri HUT ke-65 Kabupaten Paser. Jadi singgah dulu di Balikpapan. Akmal kaget ketika Wartawan Legend menganugerahi penghargaan atas pengabdian dan karyanya di Kaltim. Akmal ternyata dari keluarga jurnalis. Ayahnya adalah wartawan Koran Haluan Padang.

Pak Awang kita sudah tahu dia adalah mantan gubernur Kaltim dua periode (2008-2018) dengan karier terakhir sebagai anggota DPR RI. Karya dan gagasannya untuk pembangunan Kaltim sangat besar. Karena itu para wartawan memberikan penghargaan atas segala jasa dan pengabdiannya yang sangat luar biasa.

Dalam tulisan saya mengantar kepergian Pak Awang, banyak orang yang mengusulkan agar jalan tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) yang digagas Pak Awang diberi nama Jalan Tol Awang Faroek Ishak. Juga pada peringatan HUT ke-68 Provinsi Kalimantan Timur, 9 Januari 2025 nanti, tidak ada salahnya jika Pak Awang diberi gelar “Bapak Pembangunan Kaltim.”

Pj Gubernur Kaltim Akmal Malik mengungkapkan pihaknya menunggu persetujuan keluarga untuk membangun patung diorama Pak Awang di dekat Kompi Senapan A di Samarinda Seberang.

Sofyan Asnawi, wartawan legenda Kaltim dari Balikpapan.
Pj Gubernur Akmal Malik menerima penghargaan dari Wartawan Legend Kaltim.

Pak Awang juga dekat dengan media. Dia termasuk gubernur “media darling.” Banyak ucapan dan gebrakannya yang menjadi sumber pemberitaan menarik dari awak media. Semangatnya yang terus bekerja dan mengabdi meski di atas kursi roda juga menjadi sumber liputan yang inspiratif.

Saya sudah lama kenal Pak Awang. Mulai jadi mahasiswanya di Fakultas Ekonomi Unmul, meliput ketika dia jadi Bupati Kutim sampai dia jadi gubernur. Dia juga sempat melantikan saya sebagai Wali Kota Balikpapan tahun 2011 dan 2016.

Sementara itu, Sofyan Asnawi adalah wartawan senior Kaltim, yang berdomisili di Balikpapan.  Dia banyak jasa dan karyanya. Dia banyak menginspirasi orang. Di Balikpapan bersama Wali Kota Syarifuddin Yoes (Pak Yoes), dia ikut membangun Persiba dan di utara dia ikut aktif mendorong terbentuknya Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).

Selain menjalani profesi wartawan, Sofyan pernah menjadi Ketua KNPI Balikpapan dan Ketua Keluarga Pelajar Mahasiswa Kalimantan Timur (KPMKT). Dia dilahirkan di Sesumpu, Penajam, 25 September 1947 dan meninggal dunia di Balikpapan, 12 September 2014.

Sofyan memang banyak berbuat. Dia wartawan yang hebat menulis dan tajam mata penanya. Dia wartawan Mingguan Sampe, tetapi juga menjadi korespoden Harian Sinar Harapan (SH) Jakarta.

Gaya pemberitaan SH terbilang keras. Cocok dengan tipikal Sofyan. Karena itu SH termasuk koran yang dibredel di era Orde Baru. Koran ini baru terbit kembali setelah ganti nama jadi Suara Pembaruan (SP). Sayang SP (SH)  bersama media cetak lainnya akhirnya juga mati terkena gempuran media online.

Saya dan Sofyan cukup lama berteman dan bersama-sama. Mulai menjadi wartawan sampai saya jadi wali kota. Lucunya dua anaknya juga berteman baik dengan anak saya. Anak laki-lakinya Daya (meninggal terkena Covid) berteman akrab dengan anak pertama saya, Aldi. Sedang putrinya Arum berteman dengan putri bungsu saya Febi.

Sofyan sangat menguasai liputan wilayah utara. Mulai Tanjung Selor, Tarakan, Nunukan sampai Tawau (wilayah Malaysia Timur). Itu “wilayah kekuasaannya.” Kalau dia pulang liputan dari Tarakan atau Tawau, tak jarang saya dibelikan Sofyan sepatu Doff Johnson dan celana coklat kantong samping merk Camel, yang dulu jadi rebutan dan kebanggaan orang Kaltim.

Dengan segala kenangan itu, panitia pelaksana Malam Apresiasi Wartawan Legenda Bedapatan 3 sepakat mengambil tema: “Sofyan Asnawi Saksi Sepanjang Hayat.” Itu sudah tepat, kata Haris Samtah, sahabat dekat Sofyan Asnawi.

Sebagian perjalanan karier dan perjuangan Sofyan sempat dikisahkan melalui penampilan monolog yang diperankan Nursita, siswi SMAN 1 Samarinda. Dia anggota Teater Dahana yang diasuh Hamdani,wartawan dan seniman senior. Juga ada kreasi artificial  intelligence (AI) yang menampilkan alm Sofyan titip salam kepada saya dan teman-teman.

Malam Apresiasi Wartawan Legend dilaksanakan baru tiga kali. Pertama, tahun 2022 di Samarinda, lalu berikutnya tahun kedua, 2023 di Bontang dan ketiga, 2024 ini di Balikpapan. “Memang kita gilir tempatnya,” kata Charles Siahaan (Bung Ucok), wartawan yang menjadi koordinator kegiatan.

Acara ini dimaksudnya sebagai forum bedapatan wartawan senior dengan para wartawan muda dalam rangka meningkatkan kebersamaan sekaligus untuk menghargai karya para senior serta memotivasi wartawan muda bisa tampil lebih baik lagi dari pendahulunya.

“Wartawan Legend tak ada ketuanya, kecuali kepala suku,” kata Ucok. Saya tak mengira dia menunjuk nama saya. Selanjutnya ya saya dipanggil kepala suku termasuk dari Pj Akmal Malik.

Akmal memahami kerja wartawan sangat berat dan mulia, tapi pendapatannya tidak memadai. Dia berjanji dalam sisa waktunya sebagai Pj menyisihkan anggaran untuk kepentingan wartawan. Tapi dia juga mengungkapkan APBD Kaltim itu masih tidak sebanding dengan harapan besar dari masyarakat.

Pj Gubernur mengaku tak mau kalah dengan Agus Suwandi, yang ikut mensponsori acara Wartawan Legend. Dia menginstruksikan Kadis Kominfo HM Faizal segera mempersipakan pertemuan Pj dengan semua wartawan baik wartawan legend maupun wartawan muda.

Direktur Eksekutif Universitas Mulia (UM) Dr Agung Sakti Pribadi yang sebelumnya wartawan Kaltim Pos siap menyediakan tempat di ruang pertemuan Cheng Ho di kampus UM. “Itukan bantuan Pemprov Kaltim, jadi cocok untuk pertemuan Pj dengan semua wartawan,” jelasnya.

Selain Akmal dan Pak Awang, Wartawan Legend juga memberikan penghargaan kepada Wali Kota Samarinda Andi Harun, anggota DPRD Kaltim Agus Suwandi dan Ketua Dewan Daerah Perubahan Iklim (DDPI) Kaltim Prof Daddy Ruhiyat.

Penampilan salah seorang pesilat dari Tapak Suci Muhammadiyah Balikpapan.

Sebagai wakil rakyat, Agus berupaya mendukung terus kerja wartawan. Dia juga berjanji dana aspirasi yang dikerjasamakan dengan media, tidak diarahkan untuk membungkam fungsi sosial kontrol para wartawan.

Andi Harun lagi bertugas ke luar kota. Dia diwakili Syafaruddin, Ketua Tim Wali Kota untuk Akselerasi Pembangunan (TWAP). Pak Syafar ini sempat jadi calon bayangan wakil wali kota Samarinda.

Prof Daddy mengatakan keberhasilkan Kaltim meraih dana karbon melalui program Forest Carbon Patnership Facility (FCPF) adalah hasil kerja bersama. “Karena itu penghargaan ini untuk semua tim,” jelasnya.

Saya bilang wartawan Kaltim yang masih hidup dibagi 4 fase. Fase pendiri tinggal satu yaitu Pak Alwy AS, mantan Pimred Mimbar Masyarakat. Perintis dan pelopor juga tinggal satu yaitu Pak Dahlan Iskan. Menyusul kemudian fase koran mingguan dan koresponden. Ada Ibrahim Konong (Iko), Ibrahimsyah Rahman (Ibra), Aan Reamur Gustam (ARG), Tatang Dino Hero (TDH), Haris Samtah, Syafruddin Pernyata, Sudarsono Gunawan, H Maman Saputra termasuk saya.

Para penerima penghargaan diapit koordinator acara Bung Ucok (paling kiri) bersama bersama Syafril Teha Noer dan Haris Samtah.(foto: Alfian)

Selanjutnya, pers Kaltim masuk era koran harian. Ditandai dengan lahirnya koran harian ManuntunG (Kaltim Post) dari Jawa Pos Group pada 5 Januari 1988. Menyusul kemudian Harian Suara Kaltim dan Tribun Kaltim, grup Kompas.

Di situ ada Uda Syafril Teha Noer, Mas Agung Sakti, Bung “jenderal” Syarifuddin HS, Bung Sofyan Maskur, Simurung Silaban, Bung Eko, Bung Syarkowi,  Julak Dillah, Mas Gito, Julak Asnan Haroen termasuk Bung Ucok, Bung Hamdani, Maturidi, Mas Tatang, Husin KH, Bang Ahim, Hamsiah dan lainnya. Ada Hidson di Paser, Salam di Bontang, Mappasikra di Berau dan lainnya. Belakangan Kaltim Post juga melahirkan beberapa koran baru di antaranya Balikpapan Pos, Samarinda Pos dan lainnya. Di antaranya ada Endro dan Rahman, yang sekarang jadi Ketua PWI Kaltim.

Sebagian fase koran harian ini juga masuk ke fase transisi atau fase digital seperti teman-teman yang ada sekarang, yang banyak berkiprah di media siber. Di antaranya ada yang main “dua kaki.” Ya pemain media koran, tetapi juga aktif di media digital atau media siber. Ada juga yang punya media siber lebih dari satu.

Media mainstrem atau tradisonal sepertinya sulit bertahan. Satu per satu tumbang. Jangankan koran lokal, media nasional juga bernasib sama. Baru beberapa hari lalu ANTV juga bubar, ratusan karyawan termasuk wartawannya kehilangan pekerjaan. Padahal ini milik Bakrie Group seperti juga TVOne.

Profesi wartawan tak ada istilah tua atau pensiun. Buktinya Pak Dahlan Iskan dalam usia 73 tahun masih aktif menulis. Karyanya tetap menarik dan dibaca orang. Dulu semasa hidup, Oemar Dahlan juga begitu. Karena belum ada komputer, laptop dan HP, tak jarang dia datang ke kantor redaksi dengan membawa tulisan tangan atau hasil ketikan dari mesin tik yang penuh corat coret.

Karena itu usai menjadi wali kota, saya aktif kembali di dunia jurnalistik. Meskipun karya saya tak hebat-hebat amat. Malah pernah dikritik Bung Eko, hanya cocok di halaman hiburan saja.

KONVENSI MEDIA LOKAL

Menurut Bung Ucok, acara di Balikpapan mereka laksanakan berkolaborasi dengan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Kaltim. AMSI dibentuk 18 April 2017 dalam rangka untuk meningkatkan kualitas media siber di Indonesia.

AMSI Kaltim menggelar Konvensi Media Siber 2024, Sabtu siang dengan tema: “Media Lokal di antara AI, IKN dan Publisher Right.” Pembicaranya Anggota Dewan Pers Atmaji Sapto Anggoro, Kadis Kominfo Kaltim HM Faisal dan Ketua Umum AMSI  Wahyu Dhyatmika.

“Konvensi ini kita adakan untuk membahas berbagai isu penting yang mempengaruhi media lokal, di antaranya soal kecerdasan buatan (AI), perkembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan hak-hak penerbit dalam dunia digital,” ujar Ketua AMSI Kaltim Ahmad Yani.

Ketua Dewan Pers Dr Ninik Rahayu bilang, pihaknya lagi membuat Pedoman Penggunaan Kecerdasan Buatan Dalam Karya Jurnalistik. Dalam pedoman itu, di antaranya media harus mencantumkan penjelasan atau disclose bila menggunakan kecerdasan buatan atau Akal Imitasi (AI).

Menurut dia, perusahaan pers boleh-boleh saja menggunakan AI untuk membantu pekerjaan, namun tak boleh jadi satu-satunya andalan.

Berkaitan dengan penetapan Ibu Kota Nusantara (IKN), menurut saya, ada tiga  hal yang harus dilakukan. Pertama pers di Kaltim termasuk wartawan harus mempersiapkan diri sekaligus meningkatkan kualitasnya. Soalnya suka tidak suka akan menjadi wartawan media nasional. Kedua, perlu diperjuangkan membangun Balai Wartawan termasuknya Wisma Wartawan di IKN. Ketiga, ada baiknya juga dibentuk kelompok Wartawan IKN.

Isu publisher right juga penting. Ini berkaitan dengan peraturan atau regulasi yang mengatur tanggung jawab platform digital global seperti Facebook, Google, Instagram dan lainnya untuk memberi timbal balik yang sesuai atas konten pemberitaan oleh media lokal atau nasional.

Menurut Sapto Anggoro, setelah 4 tahun berjuang akhirnya terbit Perpres No 32 Tahun 2024 yang mengatur tanggungjawab Perusahaan Platform Digital untuk mendukung jurnalisme berkualitas agar berita yang merupakan karya jurnalistik dihormati dan dihargai kepemilikannya secara adil dan transparan.

Sayang Perpres ini belum mendapat respon positif  di antaranya dari Facebook dan Twitter. Facebook tidak mau adanya pembagian revenue kecuali pemberian pelatihan. Baru Tik Tok dan Google yang mau berkomitmen. “Jadi masih berat perjuangan Komite yang mewakili perusahaan pers,” kata Sapto.  

Menurut Erix Exvrayanto, wartawan yang menulis buku “Publisher Rights di Indonesia,” seiring dengan transformasi media massa di mana terjadi konvergensi di ruang produksi berita pada perusahaan media yang lebih banyak mempekerjakan conten creator, perhatian khusus juga harus diberikan untuk mendukung pemeliharaan jurnalisme berkualitas.

Ada yang unik dari acara Wartawan Legend Bedapatan 3. Biasanya acara diawali dengan penampilan tari daerah. Sekali ini malah disuguhi penampilan pencak silat dari perguruan Tapak Suci Muhammadiyah. Mungkin ini gagasannya Bung Haris. Soalnya dia juga pengurus pencak silat.

Acara doanya juga unik. Sang pembaca doa, Abdillah Syafei sempat menyampaikan beberapa pantun. Buah kuini buah zaitun. Baru sekali ini pembaca doa ikut berpantun. Cakep, eh Aamiin.(*)

Catatan Rizal Effendi

16.4k Pengikut
Mengikuti