spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Soal Air di BIC dan Banjir

Catatan Rizal Effendi

BEBERAPA hari lalu ada video yang beredar di media sosial. Kalau tak salah, hari Ahad 7 Juli. Ada seorang jamaah melaporkan situasi Masjid Madinatul Iman, Islamic Center Balikpapan di kawasan Gunung Bahagia.

Kamera HP-nya diarahkan ke tandon air wudhu sambil membuka keran. Tak ada air yang keluar. Lalu dia berujar:  “Hai guys, saya lagi di Islamic Center Balikpapan. Tak ada air untuk wudhu. Ini bangunan megah sekali, tapi air buat wudhu nggak ngalir. Apa orang-orang pada tayamum ya?” tanyanya.

Lalu kameranya dia arahkan ke bangunan utama dan menara. Ironisnya, saat itu hujan dengan curah yang lumayan. Seakan air berlimpah. “Wow bangunannya sangat megah seperti Masjid Nabawi. Menaranya luar biasa. Pak Wali Kota tolong, Pak, kita nggak bisa wudhu, Apa masjidnya tak dipakai salat,” katanya lanjut.

Warganet banyak berkomentar. Tentu nadanya tak mengenakkan telinga. Di beberapa masjid juga membicarakan “musibah air” di Islamic Center. Ada yang menilai itu gambaran mismanagement. “Kalau mushalla atau masjid kecil tak masalah, tapi sekelas Islamic Center harusnya tidak terjadi,” kata mereka.

Ada yang mengusulkan sebaiknya urusan ibadah dipisahkan dengan urusan maintenance building. Berikan kepercayaan yang menjadi koordinator urusan perawat gedung adalah orang yang mengerti urusan teknis gedung.

Saya jadi miris juga. Soalnya Islamic Center yang dibangun pada era Wali Kota Imdaad Hamid itu, saya yang meresmikannya bertepatan pada HUT ke-120 Kota Balikpapan, 10 Februari 2017. Tujuh tahun silam.

Saya dengar ikut menyoal masalah itu mantan ketua DPRD Andi Burhanuddin Solong (ABS). Tokoh yang satu ini sesekali salat di sana. Rumahnya kebetulan dekat. Dia ikut terlibat  dalam rencana dan persetujuan Dewan dalam membangun Balikpapan Islamic Center (BIC).

BIC dibangun di atas lahan seluas 15 hektare dengan dana APBD sekitar Rp329 miliar. Desainnya memang mirip Masjid Nabawi. Ada kubah utama berwarna hijau dan payung-payung khusus. Dengan daya tampung 10 ribu jamaah.

Tak beberapa lama saya mendapat kiriman video klarifikasi dari Ustaz Damuri, yang menjadi penanggung jawab sehari-hari di sana. Dia menjelaskan gangguan teknis berkaitan dengan pengadaan air wudhu di Masjid Islamic Center, sampai tidak ada air untuk berwudhu.

“Kami dari pengurus Masjid Madinatul Iman Balikpapan Islamic Center ingin mengklarifikasi gangguan instalasi air selama dua hari ini, sehingga kami banyak masukan dan kritikan dari masyarakat. Betul sekali terjadi ketidaktersediaan air wudhu, karena adanya pipa bocor. Perbaikan sudah dilakukan selama 24 jam, dan sekarang sudah selesai,” kata Damuri.

Seraya menyampaikan permintaan maaf, Damuri menjelaskan bahwa tahun depan Wali Kota sudah menyediakan anggaran untuk pemasangan pipa baru. “Insyaallah ke depan tidak terulang lagi karena ada pergantian pipa,” jelasnya.

Sayangnya Damuri tidak menjelaskan selama dua hari adanya gangguan pipa bocor, solusi darurat apa yang mereka lakukan. Apa ada papan pengumuman di ruang wudhu kalau airnya tidak ada. Lalu apakah ada disediakan air wudhu darurat, sehingga jamaah tidak bingung mencari tempat wudhu sementara.

Gangguan kelancaran air di Masjid Islamic Center itu, sepertinya ikut mempersangat kondisi krisis air yang dialami warga kota Balikpapan selama ini. Meski, seperti dijelaskan, karena pipa bocor, tapi sebagian warga kota tahu persis bahwa PDAM belum mampu mengatasi kebutuhan air seluruh warga.

Saya mendapat cerita Dirut Perumda Tirta Manuntung (PTMB) yang mengelola PDAM, Yudhi Saharuddin cukup peka menerima keluhan masyarakat, akan tetapi dia belum bisa berbuat banyak. “Saya mengapresiasi Pak Yudhi mau datang ke rumah saya mengecek, akhirnya air bisa jalan,” ujar seorang warga tak mau menyebutkan namanya.

Dalam berbagai kesempatan, Yudhi menjelaskan kelangkaan air bersih di Balikpapan terutama disebabkan terbatasnya air baku dan diperparah dengan kondisi pipa distribusi yang sudah tua. Sehingga pencarian sumber air baku yang baru menjadi prioritas, selain harus dilakukannya peremajaan atau penggantian pipa distribusi.

Warga berharap jatah air baku 500 liter per detik dari Waduk Sepaku Semoi di IKN segera ditindaklanjuti. Terutama soal pipa transmisinya, sehingga airnya bisa segera masuk dan diolah ke instalasi PDAM.

TETAP BANJIR

Setelah kejadian di Islamic Center, Selasa (9/7) warga kota kembali menyoroti soal air. Tapi bukan kelangkaan, justru gara-gara kelebihan air.  Hujan lebat dengan durasi cukup panjang sejak malam hari membuat sebagian kawasan kota Balikpapan tergenang dan longsor.

Kawasan yang tergenang atau banjir itu memang sudah menjadi langganan. Di antaranya di kawasan  Gunung Malang, Jalan Pattimura, depan Puskib dan Batu Ampar. Tapi yang paling parah ya di sekitar Jl MT Haryono, BJBJ dan Beller.

Petugas Satlantas dan Dishub habis-habisan turun ke lapangan. Soalnya kemacetan arus lalu lintas terjadi di mana-mana. Padahal sebagian orang mau turun kerja. Banyak yang mengomel dan waswas terkena teguran di kantor atau penalti gaji.

Petugas BPBD dibantu relawan dan aparat terkait selain berada di lokasi banjir, juga bergerak menangani pohon tumbang dan tanah longsor yang menimpa rumah warga. “Syukur tak ada korban jiwa,” kata mereka.

Banjir terparah memang terjadi di kawasan Kelurahan Damai, Kecamatan Balikpapan Selatan. Lurah Damai Kanto Suharjo saya lihat turun ke lokasi bersama petugas lainnya. Sambil memantau perkembangan, mereka juga mengingatkan anak-anak yang malah suka bermain air. Takut ada yang terseret arus.

Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin Panrecalle menyatakan, masalah banjir yang masih terjadi karena Pemkot Balikpapan kurang kajian yang mendalam. “Sudah banyak anggaran dikeluarkan, kok malah semakin banyak titik-titik banjir,” gugatnya melalui pemberitaan di Kaltimpost.id.

Menurutnya,  Dewan sudah sering mengkritik masalah banjir yang harus segera diatasi. Misalnya soal langganan banjir di Jl MT Haryono. “Apakah karena kurang kajian yang mendalam atau cuma copy paste saja dalam menyusun program penanganan,” tambahnya.

Penanganan banjir yang difokuskan Pemkot Balikpapan dengan menangani drainase di kawasan Jl MT Haryono tahun lalu, memang cukup keras menjadi sorotan warga. Apalagi dana APBD yang dikeluarkan tidak tanggung-tanggung sekitar Rp136 miliar. Tapi nyatanya Jl MT Haryono tetap tergenang.

“Menurut saya apa yang dilakukan di MT Haryono itu, bukan mengatasi banjir, melainkan program pelebaran jalan,” kata Sabaruddin, yang pada Pileg 2024 lolos menduduki kursi DPRD Kaltim dari Partai Gerindra. (*)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti