SANGATTA – Dalam tradisi masyarakat Dayak Wehea dan rumpun Apo Kayan, Tarian Hudoq memegang peran penting sebagai simbol hubungan spiritual antara manusia, alam, dan roh leluhur. Tarian ini bukan sekadar pertunjukan budaya, melainkan sebuah ritual yang sarat makna dan dipercaya memiliki kekuatan spiritual yang besar.
Anggota DPRD Kutim Siang Geah, memaknai Tarian Hudoq sebagai cerminan dari kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur mereka.
“Tarian Hudoq bukan sekadar tarian biasa, melainkan sebuah ritual yang mendalam. Tarian ini dipercaya berasal dari alam kahyangan, bawah tanah, dan atas air, dimana roh-roh jin yang berwujud dalam bentuk topeng Hudoq datang untuk memberikan berkah sekaligus perlindungan kepada komunitas Dayak,” ujarnya.
Menurut legenda yang diturunkan dari generasi ke generasi, Tarian Hudoq pertama kali dipelajari oleh Heleang Hebeung, seorang tokoh Dayak Wehea, yang setelah kembali dari alam lain menceritakan pengalamannya kepada masyarakat. Sejak saat itu, Heleang Hebeung dikenal sebagai pencetus Tarian Hudoq, yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat Dayak Wehea.
“Tarian ini dilakukan sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang melimpah. Melalui ritual Nekeang atau Nluei Hedoq, roh leluhur diberi makan sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih. Selain itu, tarian ini juga berfungsi untuk melindungi komunitas dari berbagai ancaman, termasuk hama penyakit,” jelas Siang Geah.
Salah satu keunikan dari Tarian Hudoq adalah penggunaan topeng yang menyerupai berbagai makhluk, seperti hewan, naga, bahkan manusia. Setiap jenis topeng memiliki makna tersendiri, menggambarkan karakteristik dan kekuatan dari roh yang diwakilinya. Misalnya, topeng yang menyerupai naga diyakini memiliki kekuatan untuk mengusir roh jahat dan melindungi masyarakat dari bencana.
Tidak hanya sebagai bentuk perlindungan, Tarian Hudoq juga diartikan sebagai proses pemulihan dan pembersihan dari hal-hal buruk yang mungkin masih tersisa setelah ritual Embos Min.
“Ritual ini membantu masyarakat Dayak Wehea untuk menjaga keseimbangan spiritual mereka, memastikan bahwa mereka selalu berada dalam perlindungan dan berkat dari roh-roh leluhur,” tambah Siang Geah.
Meskipun teknologi dan modernisasi terus berkembang, masyarakat Dayak Wehea tetap mempertahankan Tarian Hudoq sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka.
“Ini bukan hanya tentang menjaga tradisi, tetapi juga tentang menjaga identitas kita sebagai orang Dayak. Tarian ini mengajarkan kita untuk selalu bersyukur, menjaga harmoni dengan alam, dan menghormati leluhur,” kata Siang Geah.
Bagi masyarakat Dayak Wehea, Tarian Hudoq lebih dari sekadar warisan budaya, ia adalah penanda identitas dan kebanggaan mereka sebagai bagian dari suku Dayak. Melalui tarian ini, nilai-nilai leluhur terus diturunkan kepada generasi muda, memastikan bahwa mereka tidak hanya mengenal asal usul mereka, tetapi juga menjaga dan melestarikan kekayaan budaya yang telah diwariskan selama berabad-abad.
Tarian Hudoq, dengan segala makna dan kekuatannya, terus menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini bagi masyarakat Dayak Wehea.
“Selama kita tetap menghormati dan melestarikan Tarian Hudoq, kita akan terus berada dalam lindungan roh leluhur dan diberkati dengan hasil panen yang melimpah serta kehidupan yang harmonis,” pungkas SiangĀ Geah.(Rkt/Adv)