SAMARINDA – Warna hitam menjadi simbol kegelapan yang menyimpan peristiwa-peristiwa kelam yang belum sepenuhnya tuntas. Rentetan tragedi hak asasi manusia (HAM) menjadikan September sebagai bulan yang diwarnai oleh sejarah tragis, yang dikenal sebagai “September Hitam.” Sejarah ini mengingatkan kita pada tragedi G30S/PKI, Tragedi Tanjung Priok, Tragedi Semanggi II, pembunuhan aktivis Munir Said Thalib, hingga Reformasi yang dikorupsi, yang semuanya masih belum menemui kejelasan penuntasan.
Dalam rangka memperingati bulan penuh luka ini, Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Universitas Mulawarman bersama Aksi Kamisan Kaltim menggelar dialog bertajuk “September Hitam: Melawan Tembok Impunitas” di Taman Universitas Mulawarman, Samarinda, Kamis (19/9/2024).
Acara ini menghadirkan pembicara dari berbagai latar belakang, seperti Purwadi (Akademisi Unmul), Maulana Yudhistira (Aksi Kamisan Kaltim), M. Fajrul Karnavian (Sambaliung Corner), dan M. Maulana (Presiden BEM KM Unmul). Dialog berlangsung secara interaktif, dengan mayoritas peserta terdiri dari mahasiswa yang mendengarkan materi terkait HAM yang disampaikan oleh para pemateri.
“September Hitam tidak hanya bicara soal orang hilang, tetapi juga tentang HAM dalam konteks yang lebih luas, seperti demokrasi dan kemerdekaan di bidang ekonomi. Bagaimana rakyat bisa hidup adil, sejahtera, dan berkecukupan, dengan akses pangan murah, serta hak-hak dasar lainnya,” ujar Purwadi, dosen ekonomi Unmul.
Menurut Purwadi, September Hitam bukan hanya pengingat tragedi, tetapi juga peringatan bahwa masalah kemanusiaan di Indonesia masih jauh dari selesai. Demokrasi dan ekonomi masih memprihatinkan, dengan banyak rakyat yang belum mendapatkan hak mereka, pendidikan yang mahal, serta pembatasan ruang kritik.
“Ini adalah awal untuk membangun ruang-ruang diskusi. Banyak isu-isu penting yang perlu dikritisi, termasuk dalam konteks peringatan September Hitam ini,” tambahnya.
Peringatan September Hitam tidak hanya diadakan di Samarinda, tetapi juga berlangsung di berbagai daerah lain seperti Yogyakarta dan Jakarta. Agenda peringatan masih berlanjut, termasuk pemutaran film dan penampilan gigs bertema September Hitam, yang menjadi ajang refleksi sekaligus perlawanan terhadap ketidakadilan yang masih terjadi.
Penulis: K. Irul Umam
Editor: Agus S