spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Sepekan Gas Melon Lenyap, Pedagang Gorengan Terpaksa Beralih ke Elpiji Non Subsidi

TENGGARONG – Kelangkaan gas Elpiji ukuran 3 kilogram (kg) atau gas LPG melon, kini mulai menghilang di Kutai Kartanegara (Kukar), setidaknya di kalangan pedagang eceran. Sejumlah toko kelontong pun memasang pemberitahuan jika sedang tidak menjual karena kosong. Hal ini sudah terjadi sepekan terakhir, atau tepatnya sejak memasuki tahun 2024.

Hal tersebut, mulai berdampak serius kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), salah satunya di Kecamatan Tenggarong. Seperti yang dialami Tony, seorang penjual gorengan. Demi melanjutkan usahanya, dirinya terpaksa beralih dari gas Elpiji melon ke gas Elpiji 5,5 kg non subsidi.

“Terpaksa pakai ini (gas 5,5 kg), buat jualan,” ungkap Tony.

Ia mengaku, cukup menambah biaya pengeluarannya. Karena beralih dari gas Elpiji bersubsidi menjadi non subsidi. Belum lagi gas Elpiji melon alami peningkatan harga dari yang harga normal ia beli Rp 25-27 ribu per tabung. Di tingkat pedagang eceran, menjadi Rp 30 ribu lebih per tabungnya. Itupun jika memang gas Elpiji melon ada di pedagang eceran langganannya.

Sementara itu, salah satu pedagang Elpiji 3 kg eceran di Kecamatan Tenggarong, yang enggan disebutkan namanya, membenarkan bahwa gas Elpiji melon sudah “menghilang” semenjak sepekan terakhir.

Selain memang kosong, harganya pun ikut mengerek harga jual gas Elpiji melon. Sebelum menghilang pun harganya sudah mulai meningkat hingga Rp 2 ribu per tabungnya. Ia pun tidak mendapatkan penjelasan dari pemasok gas Elpiji melon langganan yang kerap memasok ke warungnya.

“Sudah seminggu ini kosong, banyak yang langganan tanya-tanya bolak-balik, makanya di depan saya tulis stok kosong,” tutupnya.

 

Penulis : Muhammad Rafi’i

Editor : Nicha R

16.4k Pengikut
Mengikuti