SAMARINDA— Selasa, (11/6/2024) Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur berasaskan surat dari Clinton Health Access Intiative (CHAI) laksanakan Pertemuan Koordinasi dan Diseminasi Hasil Penilaian Pasca Perancangan Imunisasi Rotavirus (RV) di Swiss-Belhotel Borneo Samarinda, Jalan Mulawarman, Samarinda.
Acara yang berlangsung pada 11- 12 Juni 2024 itu merupakan tahapan diskusi serta evaluasi mengenai imunisasi Rotavirus yang baru di tahun 2023 di Provinsi Kalimantan Timur.
Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan tingginya beban penyakit diare dan telah adanya berbagai studi tentang diare yang disebabkan oleh Rotavirus (RV) serta rekomendasi dari WHO dan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Indonesian Technical Advisory Group in Immunization/ITAGI) dan tersedianya vaksin yang aman dan efektif.
Oleh sebab itu, pemberian imunisasi RV yang telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2022 dan di Kalimantan Timur sejak tahun 2023 perlu untuk dilakukan monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaannya agar komprehensif untuk mencegah diare pada bayi di Indonesia.
“Penyakit diare merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk Indonesia. Menurut WHO dan UNICEF, terjadi sekitar 1,7 miliar kasus diare pada anak dan 525.000 balita meninggal karena diare di seluruh dunia setiap tahun. Rotavirus dan E. Coli merupakan dua penyebab tersering kejadian diare sedang sampai berat di negara-negara berkembang,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Timur, Jaya Mualimin.
Dikutip dari Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 menunjukkan prevalensi diare pada balita 9,8 persen. Data Profil Kesehatan Indonesia 2020 menyatakan bahwa diare menjadi penyumbang kematian nomor 2 setelah pneumonia pada kelompok anak usia 29 hari – 11 bulan yaitu 9,8 persen kematian, dan pada kelompok anak balita (12-59 bulan) sebesar 4,55 persen.
Penelitian Balitbangkes Kemenkes RI juga menyatakan bahwa 5,5 persen kematian bayi 29 hari – 11 bulan disebabkan oleh diare (Sample Registration System (SRS)) tahun 2018.
“Diare juga dapat menimbulkan masalah stunting pada anak karena zat mikro yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh, hilang karena infeksi diare yang berulang. Berbagai upaya telah dilakukan dalam mengatasi permasalahan diare ini, di antaranya melalui perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan serta penanganan diare dengan oralit dan zinc, tetapi belum memberikan hasil yang maksimal,” lanjut Jaya.
Berdasarkan WHO Position Paper tahun 2021, WHO merekomendasikan untuk melakukan pemberian imunisasi Rotavirus (RV) pada bayi ke dalam program imunisasi nasional pada semua negara, terutama di negara-negara dengan tingkat kematian terkait Rotavirus Gastroenteritis (RVGE) yang tinggi.
Oleh karena itu, pemberian imunisasi RV harus menjadi bagian dari strategi komprehensif pengendalian penyakit diare. Dalam 4 rekomendasi ITAGI tahun 2021, ITAGI juga merekomendasikan agar pemberian imunisasi RV dapat segera dilaksanakan pada tahun 2022 di Indonesia dan diperluas secara bertahap.
“Besar harapan saya agar saudara-saudara yang hadir pada kesempatan ini dapat menggunakan waktu dan kesempatan dengan sebaik-baiknya dalam berdiskusi dan membuka wawasan seluas-luasnya dalam meningkatkan kualitas hidup anak bangsa,” pungkas Jaya mengakhiri sambutannya.
Pewarta: Khoirul Umam
Editor : Nicha R