DAMPAK negatif yang muncul akibat bermain lato-lato menjadi alasan sekolah ramai-ramai melarang permainan ini dimainkan di sekolah. Salah satu dampaknya adalah banyaknya anak-anak yang mengalami luka akibat bermain lato-lato.
Misalnya saja di Balikpapan, SDN 001 Balikpapan Tengah dengan tegas melarang muridnya untuk membawa lato-lato ke lingkungan sekolah. Jika kedapatan membawa lato-lato akan disita.
Guru SDN 001 Balikpapan Tengah, Anisa mengatakan, larangan membawa lato-lato ke sekolah ini karena banyaknya murid di sekolah yang mengalami luka memar pada bagian tangannya. “Sudah sejak minggu lalu kita larang anak-anak membawa lato-lato,” ujarnya, Selasa (10/1/2023).
Lebih lanjut Anisa menjelaskan, luka lebam yang terjadi pada anak muridnya tidak hanya di bagian tangan saja, melainkan juga pada bagian wajah hingga kepala. “Banyak yang luka biru memar mas. Nggak di tangan saja saya lihat ada yang di wajah juga kepalanya,” katanya.
Kebijakan ini juga diambil oleh SDN 003 Balikpapan Kota. Alasan pihak sekolah melarang membawa dan bermain lato-lato di sekolah lantaran banyaknya murid yang mengalami cidera. “Ada beberapa murid yang sempat memar. Tapi pernah ada yang kena wajah karena talinya putus. Kalau sudah begitu bahaya,” kata Kepala Sekolah SDN 003 Balikpapan Kota, Puji Sadarani.
Sedangkan di SD Negeri 022 Sepaku, Penajam Paser Utara, pihak sekolah masih mengizinkan murid membawa dan memainkan lato-lato di sekolah, dengan catatan hanya boleh memaikannya saat jam istirahat saja.
“Kalau kebijakan sekolah boleh dimainkan waktu istirahat, kalau jam pelajaran ketahuan bermain akan disita (lato-lato),” ujar Jean Ananda, salah seorang guru.
Diambilnya kebijakan tersebut ujarnya karena anak-anak mulai tidak terkendali memainkan lato-lato. Terlebih sudah ada beberapa kasus yang menyebabkan anak didiknya cidera akibat permainan tersebut.
“Karena anak anak belum paham yang namanya playing safe (bermain aman). Kasusnya ya kepala temannya benjol kena lato-lato, tangannya bengkak, ada juga yang talinya lepas terus bola nya itu kena temennya yang lain,” ujarnya.
Selain membahayakan, permainan lato-lato dengan suaranya yang keras sangat mengganggu peserta didik lainnya saat jam kegiatan belajar berlangsung.
Menanggapi demam lato-lato ini, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Alwiati meminta kepada orangtua untuk mengawasi anaknya ketika bermain lato-lato.
Permainan yang tengah viral ini memang melatih konsentrasi dan ketangkasan dan bisa mengurangi kegiatan anak terhadap gadget. Namun, di sisi lain tren bermain lato-lato tampaknya dapat mengganggu ketenangan umum bahkan sampai membahayakan fisik.
“Untuk itu, harus diperhatikan, bahwa permainan ini tidak dianjurkan untuk anak batita hingga balita, yang belum paham tentang risikonya,” ujar Alwiati.
Lebih lanjut Alwi juga meminta agar anak yang bermain lato-lato bisa diberi waktu secukupnya. Hal ini dikhawatirkan sang anak dapat mengalami kecanduan bermain lato-lato. “Terkait durasi, orangtua harus mengawasi anak-anak agar tidak kecanduan lato-lato,” katanya.
Imbauan pelarangan lato-lato juga disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kutai Kartanegara (Kemenag Kukar), Nasrun. “Pada prinsipnya tidak melarang, tetapi dengan pengawasan orangtua dan tidak dibawa ke ruang sekolah,” ungkap Nasrun. (bom/eky/afi/bs/tabs)