PASER – Sekolah Dasar (SD) Negeri 008 di Desa Kerang Dayo, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, baru-baru ini ramai di media sosial akibat puluhan siswanya melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KMB) diluar kelas beralaskan terpal.
Bukan tanpa alasan, ramainya cuplikan dalam bentuk video berdurasi 1 menit 45 detik yang diunggah oleh salah seorang guru itu, lantaran ruang kelas yang terbatas sehingga guru dan murid setempat terpaksa belajar diruang terbuka.
“Kita lihat ini, mohon perhatiannya para pemerintah supaya bisa memperhatikan pendidikan yang ada di Batu Engau,” kata guru tersebut dalam videonya.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Paser, M. Yunus Syam menyatakan, bahwa kondisi itu baru saja terjadi akibat pihak sekolah sudah meniadakan pola sekolah petang.
Sekolah petang sendiri merupakan skema sekolah formal yang kegiatan belajar mengajarnya dilaksanakan pada siang hingga petang, bergantian dengan sekolah pagi. Hal ini terjadi sejak lama dalam upaya memfasilitasi pendidikan dasar di beberapa tempat.
“Itu karena ruang kelasnya terbatas. Sebelumnya ada yang masuk siang, tapi karena sekarang itu (sekolah petang) ditiadakan lantaran beberapa hal, jadi kesannya membludak muridnya. Itu saja sebenarnya,” kata Yunus saat dikonfirmasi, Selasa (7/1/2023).
Yunus menjelaskan, dahulunya penerapan sekolah petang di SD Negeri 008 itu, lantaran sekolah mengalami peningkatan jumlah murid akibat hadirnya perusahaan di wilayah setempat. Sekolah itu berdiri sejak 1984.
Seiring berjalannya waktu, akibat tingkat kelulusan dan siswa yang hendak melanjutkan pendidikan, menuju Sekolah Menengah Pertama (SMP) terlalu jauh ditempuh. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser menjadikan lembaga pendidikan itu menjadi sekolah satu atap.
Diketahui, banyaknya jumlah pelajar yang tak lain merupakan anak karyawan perusahaan dan perusahaan telah meniadakan antar jemput pelajar di siang hari. Sehingga keterbatasan ruangan yang tidak selaras dengan pelajar membuat pembelajaran terlaksana diluar kelas.
“Jadi sebenarnya tidak ada masalah, karena diviralkan aja itu,” tepis Yunus.
Di sisi lain, persoalan administrasi sudah meniadakan sekolah satu atap. Sehingga manajemen sekolah juga terisah yang berdampak pada pemisahan aset. Dengan begitu, Disdikbud Kabupaten Paser sudah mengupayakan agar pada 2023 sekolah tersebut memiliki gedung baru.
Anggarannya bahkan bersumser dari Dana Alokasi Khusus (DAK), tak tanggung-tanggung nilainya mencapai Rp 1,2 miliar. Yunus menyebut akan ada 8 item pembangunan dan rehabilitasi untuk sekolah yang sudah berdiri puluhan tahun tersebut.
Rinciannya yakni pembangunan Unit Kesehatan Sekolah (UKS) Rp 84 juta, toilet Rp 138 juta, rumah dinas Guru Rp188 juta, rehab sedang Rp 428 juta, rehab ruang guru Rp 136 juta, rehab toilet Rp 100 juta, TIK Rp 125 juta , laboratorium komputer Rp 237 juta. “Totalnya satu miliar dua ratur dua puluh sembilan juta rupiah,” sebutnya.
Meski anggarannya cukup fantastis, namun rencana pembangunan belum dapat dipastikan kapan akan dimulai. Sekadar diketahui, jumlah pelajar di SD itu sebanyak 255 siswa dengan 6 ruang kelas. (bs)