Beranda RIZAL EFFENDI Saya Pakai Jersey Persiba

Saya Pakai Jersey Persiba

0
Saya dan kedua cucu saya Defa dan Dafin mengenakan jersey Timnas Indonesia, Persiba, dan MU.

Catatan: Rizal Effendi

SAYA bingung malam ini pakai jersey apa menonton final Piala Dunia 2022? Soalnya saya juga bingung antara pro timnas Prancis atau membela Argentina? Tadinya saya mengunggulkan The Three Lions Inggris, yang tahu-tahunya kandas pada babak perempatfinal. Jadi saya cenderung nrimo aja siapa yang nantinya berhasil jadi juara. Dua-duanya tim super. Ada “sang superman,” Messi dan Mbappe. Sama-sama pencetak gol terbanyak  sementara.

Tapi sepertinya nanti saya memutuskan tidak menggunakan kostum salah satu timnas kedua negara tersebut. Saya lagi memilih satu dari tiga jersey yang saya miliki, apakah kostum Manchester United (MU), Timnas Indonesia pemberian pelatih nasional Bima Sakti atau Persiba Balikpapan.

MU dan  timnas kita sama-sama kostumnya warna merah. Tapi jika disuruh memilih saya cenderung memakai milik MU. Soalnya seperti sudah saya katakan, di kedua timnas yang berlaga di babak terakhir yang sangat terhormat itu, dua-duanya ada pemain belakang MU. Ada Raphael Varane di Prancis dan ada Lisandro Martinez di Argentina.

Sepertinya tergelar “perang saudara.” Tapi karena dua-duanya pemain belakang,  jadi sangat mungkin jarang berhadap-hadapan secara langsung. Varane bakal banyak mengadang Lionel Messi, lawan yang sudah lama dikenalnya ketika masih membela Real Madrid dan Barcelona. Sedang Martinez bakal banyak menjaga kelincahan gerak maut dari Mbappe.

Kalau dihubung-hubungkan dengan warna kostum kedua timnas, sepertinya saya pilih jersey Persiba. Soalnya punya Persiba berwarna biru. Kostum Prancis dan Argentina sama-sama biru. Kalau Prancis biru tua, sedang Argentina biru muda dengan setrip putih.

Memilih kostum Persiba juga ada maksudnya. Setidaknya untuk menyemangati Tim Beruang Madu, yang sampai saat ini masih bertengger di Liga 2. Saya juga ingin memberi support kepada presiden klub, Gede Widiade, yang terseok-seok mencari dukungan sponsor.

Sebelum peristiwa Kanjuruhan, saya masih sempat menyaksikan penampilan terakhir Persiba di Stadion Batakan, yang berhasil menyikat Deltras Sidoarjo 3-1, sekaligus mengantarkan Persiba bertengger di puncak klasemen sementara.

Saya sangat mencintai Persiba  karena perjalanan karier jurnalistik saya dan 15 tahun bakti saya ketika menjadi wakil dan wali kota Balikpapan, tak pernah lepas dari Persiba. Saya sering meliput pertandingan Persiba ketika menjadi wartawan, dan saya selalu berupaya hadir memberikan semangat ketika bertugas sebagai wali kota. Saya meneruskan “wasiat” wali kota Syarifuddin Yoes, yang sangat mencintai Tim Selicin Minyak.

ADA MITOSNYA

Ada yang percaya dengan mitos bahwa memilih kostum atau jersey untuk turun ke lapangan hijau punya hubungan dengan keberhasilan mengalahkan lawan. Salah pilih, justru kekalahan yang bisa ditelan. Dan menjadi penyesalan sepanjang masa.

Timnas yang turun ke arena Piala Dunia punya dua kostum. Ada kostum utama dan ada kostum pilihan kedua. Kalau dalam putaran Liga, kostum utama dipakai kalau bermain home atau di kandang sendiri. Sedang ketika bermain di kandang lawan, ada kemungkinan menggunakan kostum kedua atau tandang jika kostum utama mirip warnanya dengan tuan rumah.

Prancis dan Argentina berhasil mengangkat trofi Piala Dunia berlapis emas sebagai simbol juara dunia karena sama-sama mengenakan seragam kebesarannya. Hanya Spanyol yang berhasil menjadi juara dunia pada 2010 dengan mengenakan kostum biru gelap, bukan memakai kostum merah, yang menjadi kebanggaannya.

Berkat seragam utamanya, Argentina dua kali menjadi juara Piala Dunia pada tahun 1978 dam 1986. Tapi mereka punya pengalaman buruk. Entah kebetulan atau tidak, dua penampilan Tim Tango di final berikutnya 1990 dan 2014 berakhir dengan drama kesedihan ketika mereka memakai jersey tandang.

Pada final tahun 1990, Argentina tumbang lewat penalti tunggal Andreas Brehme dengan mengenakan seragam biru tua. Dua puluh empat tahun kemudian, mereka kalah lagi dari Jerman saat mengenakan jersey biru tua lagi.

Nasib yang sama juga dialami timnas Prancis. Mereka menjadi juara dunia tahun 1998 dan 2018 ketika mengenakan seragam kebesarannya berwarna biru tua. Justru mereka kandas di final tahun 2006, ketika Zinedine dan teman-temannya bermain dengan kostum kedua berwarna putih. Prancis kalah adu penalti 3-5 dari Italia.

Sementara itu, raksasa apparel olahraga Adidas mengakui jersey Argentina, yang bertuliskan nama Lionel Messi dengan nomor punggung 10 sudah ludes terjual menjelang partai final Piala Dunia 2022, malam ini.

“Kami kewalahan dan sudah tak mungkin lagi memproduksi dalam waktu singkat. Kaus ‘Messi 10’ dalam semua ukuran sudah habis di seluruh dunia,” kata Marca mewakili pabrikan asal Jerman tersebut.

Messi mengungkapkan bahwa Piala Dunia 2022 di Qatar adalah penampilan terakhirnya. Karena itu penggemarnya di seluruh dunia ingin mengenakan kostum “Messi 10” sebagai penghargaan terakhir dan berharap dia bisa mempersembahkan trofi, yang sangat dinantikan itu.

Tapi perjuangan ini tidak gampang, mengingat Prancis  ingin menjadi negara pertama sejak Brasil tahun 1958 dan 1962, yang memenangi Piala Dunia secara berturut-turut.

Ada perkembangan baru menjelang tempur malam nanti, kabarnya ada 5 pemain Prancis yang terkena flu aneh. Namanya “flu unta” yang diidentifikasi sebagai “sepupu” Covid-19. Virus ini disebut membunuh hingga sepertiga dari semua orang yang terinfeksi.

Kelima pemain yang terkena itu adalah Dayot Upamecano, Kingsley Coman, Adrien Rabiot, Raphael Varane, dan Ibrahima Konate. Mereka mengeluh sakit kepala hingga nyeri perut.

Kalau berita ini benar, ada kans Argentina berjaya. Tinggal kita tunggu jersey apa yang dikenakan mereka malam nanti. Walau hampir pasti mereka akan mengenakan kostum kebanggaan biru muda dengan strip putih. Pertandingan Prancis vs Argentina berlangsung di Lusail Iconic Stadium pukul 23.00 Wita.

Sementara itu, tadi malam, Maroko menutup  kejayaannya dengan menelan pil pahit kedua setelah sebelumnya digilas Prancis 0-2 di babak semifinal. Dalam perebutan tempat ketiga, Maroko kalah 1-2 dari Kroasia, sehingga gelar itu diraih tim berjuluk Vatreni, yang dikomandani Luka Modric. Terima kasih Maroko, selamat untuk Kroasia. (*)

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version