spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Satu Sayap Cinta Abi, Kini Telah Berpulang

Catatan: Muthi’ Masfu’ah

Rabu magrib kemarin, usai aku dan suami serta anak-anak menyiram tanaman, berjemur dan olahraga di halaman TK tiba-tiba suara handphoneku berdering. Beberapa hari aku dan anakku Ozan yang pulang dari pondok sedang sakit. Sedang pemulihan dari sakit lebih tepatnya. Sehingga belum bisa kemana-mana.

Tapi berita dari telepon sore jelang magrib itu memang sungguh berbeda. Aku tidak pernah membayangkan secepat ini.

Mbah Siti, ini panggilan kesayangan anak-anakku dengan mamak Abi. Setiap pulang ke Jember anak-anakku suka dengan suasana rumah di dukuh Dempo. Bertemu Mbah Siti dan Mbah Benu (mamak dan ayah suamiku) yang sangat sayang dengan cucu-cucunya. Suasana dan keakraban di dukuh rumah mertuaku sangat anak-anak rindukan. Apalagi selama pandemi kami belum bisa pulang, kecuali Abi yang sering bolak balik menjenguk mamak dan mbah Benu.

Aku selalu ingat setiap pulang ke dukuh Dempo Jember, mamak selalu memasak makanan yang enak-enak kesukaan aku, lontong sayur, kare ayam kampung. Lezat sekali. Lontong buatan mamak paling enak sedunia. MasyaAllah. Aku gak akan lupa juga Dawet buatan mamak. Dan mamak paling tahu dan memasakkan kalau aku datang.

BACA JUGA :  75 Buku Anak Diluncurkan di Acara Pelepasan Siswa TK Islam Kreatif Salsabila Bontang

“Mau dimasakkan apa Muthi datang?” tanya mamak beberapa hari sebelum kami pulang ke dukuh. Ya, jelas lontong sayur dan kare ayam kampung buatan mamak lah yang paling membuat kangen ya.

Saat lebaran atau hari tertentu di rumah Bontang pun, makanan itu jadi menu khusus kesukaan. Tak hanya  aku juga suami dan anak-anak. Kami jadi teringat mamak. Mamak yang sayang dengan kami.

Bahkan ketika mamak sakit yang agak lama, karena memang usianya yang terus bertambah dan mamak sudah tidak dapat memasak lagi. Lontong sayur dan kare ayam kampung khas Jember itu selalu ada menyambut kami. Biasanya adiknya mamak yang buatkan, sesuai permintaan mamak untuk menyambut kami. Masya Allah, bahagianya. Mamak memang selalu perhatian dan dimasakkan kesukaan kami kalau pulang.

Abi pernah bercerita kepadaku juga anak-anak, bahwa sewaktu kecil Abi membantu mamak berjualan dawet di pasar. Mamak tekun bersama Mbah Benu bangun sebelum subuh untuk persiapan jualan. Subuh datang dawet pun dibawa ke pasar. Saat itu, Abi juga ketiga saudara Abi sedang menuntut ilmu, sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit. Mamak bukanlah tipe wanita yang suka mengeluh, mamak pekerja keras, sama halnya dengan mbah Benu mereka menginginkan anak-anaknya dapat mengenyam bangku kuliah. Doa dan kerja keras mereka terwujud, semua anak-anak mamak berhasil kuliah juga menjadi orang yang bermanfaat di masyarakat, seperti abi suamiku juga kakak Abi yakni KH Mahsun Al Mundziri, Lc. Masya Allah.

BACA JUGA :  Peringati Hari Anti Narkoba, BNN Bontang Gelar Cerdas Cermat Antar Kelurahan

Walau mamak sakit tidak dapat berdiri dan berjalan, mamak tetap saja salat lima waktu. Meski kadang bacaannya terbolak balik dan rakaatnya keliru, karena mamak sudah pelupa. Tapi mamak tetap rajin menunaikan kewajibannya.

Saat mamak sakit, yang setia menemani adalah Mbah Benu, suami setia mamak. Hingga Mbah Benu tidak mau pergi lama meninggalkan mamak sendiri di rumah. Masya Allah, mamak dan mbah Benu adalah pasangan setia dunia akhirat InsyaAllah.

Tapi sore Rabu kemarin menjadi lain.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Mamak telah pulang di usia 85 tahun. Hari Rabu jelang maqrib, 2 Maret 2022 menjadi hari kelabu untuk kami.

Semoga Mamak diterima amal ibadahnya selama di dunia dan mendapatkan maghfiroh dari Allah serta mendapatkan Jannah-Nya, karena mendidik anak-anaknya yang bermanfaat untuk orang lain.

Kepada para sanak, saudara, kerabat, teman, tetangga, jika selama hidup almarhumah ada salah dan khilaf mohon bisa dimaafkan.

Anak-anak terdiam, kelabu magrib itu. Selama pandemi anak-anak belum pulang ke Jember. Saat mereka pulang nanti, tak ada lagi suara mamak memanggil-manggil anak-anakku yang selalu ramai ini. Tiba-tiba aku ingat suasana bahagia berkumpul di sana. Rindu. Rindu dengan mamak. Tapi mamak.. Mamak sudah pulang.

BACA JUGA :  15 PPK di Bontang Dilantik, Dituntut Berintegritas dan Independen

Berjuta kenangan tak mungkin hilang dalam ingatan aku juga anak-anak, mamak adalah mertua yang sayang dengan menantu laksana anak-anaknya sendiri. Juga anak-anak sedih tak akan melihat Mbah Siti lagi. Tapi kita masih bisa terus mendoakan Mbah Siti, seperti juga doa untuk Mbah Putri dan Mbah Dul, orangtuaku yang juga sudah tiada. Karena doa anak-anak yang saleh tidak akan terhijab dan mampu menembus dan menerangi alam kubur mereka. Insya Allah.

*) Penulis adalah Direktur Pelaksana Harian Yayasan RK Salsabila, Ketua Komunitas Guru Kreatif Suka Menulis, Kampung Dongeng Bontang dan Ketua Abi Literasi Kaltim

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img