Catatan: Sunarto Sastrowardojo
Sekretaris Forum Socio Engineering Nusantara
Di grup alumi ada teman saya Jimmy Londoh yang tinggal di Italia sejak tahun 2010, makanya ketika saya share artikel soal banjir dan masalah sosial di Samarinda dia ngakak. Katanya, kok saya merebut hak alam, soal genangan air di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Timur itu.
Dia lalu mengirimkan satu foto di salah satu sudut Desa Arsenale di Venezia yang sepanjang hari tergenang air terutama di bulan Oktober dan Maret setiap tahun. Dia lalu meminta saya mencari data Samarinda di tahun 1929. Apakah pasar pagi tidak tergenang air ketika zaman Belanda?
Katanya sejak tahun 1900-an Samarinda sudah digenangi air, sinyo dan noni Belanda kalau ke Pasar pagi pada cincing. Padahal sekitar tahun ini penduduk Samarinda hanya puluhan ribu yang didominasi oleh pendatang dari Makassar dan Banjarmasin.
Bahwa kemudian, genangan air itu sekarang disebut banjir, karena memang ada fenomena alam yang berbeda cara penanganannya. Lalu saya membayangkan Samarinda tahun 1900 an yang mengaggap genangan air itu bukan masalah, karena jernih. Sama persis foto yang dikitim Jimmy Londoh ke saya di Venesia yang masyarakatnya modis menggunakan sepatu boot.
Samarinda akibat perilaku brutal penguasa, pengusaha jadi makin buruk lingkungannya. Venesia makin buruk akibat perilaku alam. Venesia kota kecil miskin itu memerlukan waktu 1.200. Saya pertegas ya seribu dua ratus tahun untuk mencegah agar permukaan air laut atau gelombang naik ke permukaan permukiman.
Pertama kali dalam 1.200 tahun Venesia mencegah genangan air mencapai darat dengan membangun Mose System, sebuah sistem megakonstruksi yang didanai Rp 101, 5 trilirun sejak tahun 2003 dan baru berfungsi tahun 2020. Setelah selama 1.200 tahun selalu tergenang, kini Venesia memiliki pintu air pertama yang bisa mencegah naiknya air ke permukiman.
Fenomena alam Acqua Alta atau air tinggi di Laguna Venesia setiap tahunnya menggenangi jalanan kota yang dipimpin Luigi Brugnaro ini. Di dua wilayah kota yang paling rendah dan paling sering dikunjungi. San Marco dan wilayah di sekitar Rialto.
Kawasan ini dijadikan laga oleh Daniel Craig, James Bond, si 007 itu. Tapi saya lupa mana dari lima film yang dibintanginya menggunakan Kota Venesia sebagai arena entah Casino Royale, Quantum of Solace, Skyfall, Spectre, atau No Time to Die.
Padahal kota miskin yang mendunia akibat James Bond ini tahun 2019 lalu hampir 90 persen wilayah kotanya digenangi air hingga 187 sentimeter. Sejak tahun 2020 kota itu bebas genangan hingga tahun 2050.
Venesia didirikan oleh penduduk-penduduk dari wilayah Veneto yang lebih besar sebagai tempat perlindungan dari invasi Barbar, ketika Kekaisaran Romawi Barat jatuh. Selama abad pertengahan, Venesia perlahan berkembang menjadi kota komersial yang penting. Sekitar 1000 M Republik Venesia mulai mendirikan sebuah kerajaan di Laut Tengah bagian timur yang berlangsung sampai 1797.
Ketika dianeksasi oleh Napoleon Prancis. Kemudian berpindah tangan beberapa kali, menjadi bagian dari Austria dua kali, sebelum menjadi bagian dari Italia selama penyatuan Italia. Venesia sangat mempengaruhi pantai Venesia, Istrian, dan Dalmatian selama seribu tahun.
Venesia mulai kekurangan dan kehilangan populasi setelah ditaklukkan Napoleon Bonaparte, namun dengan penyatuan Italia kota ini mendapatkan kembali identitasnya. Selain itu, Venesia juga merupakan salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan dari seluruh dunia.
Kembali ke Kota Samarinda yang secara berkala saya kunjungi untuk bermacam urusan tidak kunjung menyelesaikan dan berdamai dengan alam untuk mengelola luapan air sungai dan curahan air hujan.
Kota yang bermetamorfosa dari Kota Tepian menuju Kota Pusat Peradaban IKN dalam beberapa tahun terakhir berupaya mengubah penampilannya dengan terowongan dan revitalisasi beberapa kawasan publik utama. Identifikasi dan inventarisasi persoalan sosekbud di Samarinda tidak pernah dilakukan dengan benar.
Identifikasi kapasitas drainase perkotaan di Samarinda itu sangat penting, terutama untuk menghitung daya tampung air hujan. Revitalisasi drainage kota Samarinda akan membebaskan Kota Peradaban IKN ini dari genangan akibat pasang naik air sungai.
Ini bedanya Samarinda dengan Venesia. Venesia kota miskin di tengah laguna butuh waktu 1.200 tahun. Samarinda tidak pernah berfikir menyelesaikan fenomena alam dan persoalan lingkungan yang brutal dan semena-mena. Lalu ternyata saya salah juga menulis artikel yang mengajak pembaca mengambil hak alam untuk berperilaku seperti warganya. (**)