Catatan Rizal Effendi
KALAU ada rumah sakit yang paling terkenal di Balikpapan, ya pasti Rumah Sakit Pertamina Balikpapan atau disingkat RSPB. Pertama masa pengabdiannya terbilang lama dan satu napas dengan kehahadiran kilang Pertamina. Kedua, kualitas pelayanannya dianggap memadai dan terbilang maju sehingga banyak pasien luar Balikpapan minta dirujuk ke sini. Dan ketiga, karena lokasinya yang mudah diingat dan selalu dilewati warga, di samping Lapangan Merdeka di Jl Jenderal Sudirman No 1.
Kita tahu sendiri, sekarang ini Lapangan Merdeka sudah tidak pernah sepi. Warga kota Balikpapan menganggapnya tempat mangkal dan pusat kegiatan berbagai aktivitas rekreasi. Apalagi kalau hari Sabtu dan Minggu, semua komunitas ada di sana, mulai anak-anak, remaja sampai keluarga. Karena itu penjaja makanan berkembang luar biasa. Mereka jualan ke mana-mana sampai meluber ke pagar luar RSPB. Ada yang pakai meja, gerobak dan bahkan mobil.
Saya lihat waktu seluruh gubernur se-Indonesia berkumpul di Balikpapan dalam rangka berkemahnya Presiden Jokowi di lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN) pertengahan Maret lalu, Gubernur Jawa Barat Riduan Kamil sempat mangkal di sana. Bisa jadi dia senang makan di warung jalanan sekalian bisa tebar pesona karena Riduan, yang sempat jadi wakil saya dikepengurusan walikota peduli sanitasi, disebut-sebut salah satu calon kuat presiden 2024.
Keluarga dan pasien RSPB juga senang. Terkadang ikut belanja dan olahraga. Mau makanan apa saja ada di Lapangan Merdeka. Karena itu nama RSPB jadi ikut popular.
RSPB yang terus berkembang saat ini, Senin (4/4) kemarin merayakan ulangtahunnya ke-35. “Kita rayakan sederhana, karena tetap menjaga prokes dan suasana Ramadan,” kata Direktur RSPB dr M Noor Khairuddin, Sp B, MPH yang meminta saya memberikan testimoni.
Dulu sewaktu saya masih bertugas sebagai wali kota, hampir setiap tahun saya datang ke RSPB memberikan ucapan selamat, termasuk di hari ulang tahun ke-34 RSPB tahun 2021, dua bulan menjelang berakhir masa bakti saya. Karena itu saya terbilang akrab dengan RSPB termasuk tim manajemen sekarang yang dikomandoi dr Khairuddin bersama wakilnya bidang medical, HC & GA, keuangan dan keperawatan, dr Dedy Waskita, Rachmiyana, S Kep, NERS, Agung Kusuma SE dan Syarifah Hidayah, Amd Kep.
Meski RSPB diresmikan tanggal 4 April 1987 oleh Dr Ibnu Soetowo, Dirut Pertamina zaman Presiden Soekarno, tapi cikal bakalnya jauh sebelum itu. Tahun 1949 Bataafsche Petroleom Maatshappij (BPM) , perusahaan minyak Belanda yang juga beroperasi di Kaltim sudah membangun rumah sakit di Balikpapan. Pada tahun 1957 ketika berdiri PT Pertambangan Minyak Nasional Indonesia (PT Permina) sebagai perusahaan minyak pertama bersifat nasional berimbas diambil-alihnya semua perusahaan minyak Belanda termasuk aset-asetnya seperti rumah sakit. Pada tahun 1968 PN Pertamin dan PN Permina merger menjadi PN Pertamina. Bangunan rumah sakit peninggalan BPM itu cukup unik berbentuk bangunan yang atapnya setengah lingkaran.
RSPB pada awal pendirian dikelola oleh Pertamina Unit Pengolahan V, yang bertugas mengelola kilang Balikpapan. Mengingat Pertamina hanya bergerak pada bisnis intinya saja yaitu pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi, maka Pertamina melepas kegiatan-kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan inti. Belakangan RSPB di bawah kendali PT Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), yang kemudian berganti nama menjadi PT Pertamina Bina Medika (Pertamedika), anak perusahaan Pertamina yang khusus bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Namanya Rumah Sakit Pertamina, mulanya RSPB hanya melayani pekerja kilang dan pekerja lapangan Pertamina termasuk yang berada di anjungan lepas pantai dan di kapal. Tapi seiring perkembangan, RSPB seperti RSP lainnya termasuk induknya di Jakarta juga melayani pasien umum. Bahkan termasuk pasien yang pembiayaannya dicover oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), pasien cash, pasien berasuransi dan pasien yang dijamin perusahaan.
RSPB yang berdiri di atas tanah seluas 34.910 meter persegi dengan luas bangunan sekitar 16.446 meter persegi, memiliki beberapa unit bangunan pelayanan. Ada fasilitas pelayanan rawat inap termasuk kelas super VIP, instalasi gawat darurat (ICU/ICCU/PICU/NICU), kamar operasi, gedung layanan sport medicine, ada pelayanan poli, apotek, dan fasilitas penunjang lainnya seperti laboratorium, rontgen dan CT Scan, USG 4D, EEG, fisioterapi dan endoskopi serta lainnya. RSPB juga punya fasilitas pendaratan helikopter untuk melayani rujukan yang biasanya dari pekerja Pertamina di anjungan lepas pantai.
Dengan didukung sejumlah dokter ahli dari 10 spesialis lebih dan perawat berkualitas berikut alat-alat medis yang modern dan lengkap, maka tak heran kalau RSPB termasuk rumah sakit rujukan terbaik. Gubernur Kaltim Dr Isran Noor juga menyebut keandalan RSPB. Di bawah penanganan Ketua Tim Akreditasi RSPB dr Ahmad Subagyo, Sp P, akreditasi RSPB sudah mencapai tahap akhir dari kelas akreditasi yaitu tingkat paripurna.
Di sana ada dr Bisma Bratayatnya, Sp OG dan dr Ida Pramayanti Sp Og, spesialis kebidanan dan kandungan termasuk dr Aspian Noor SpOG, suami Kepala Dinas Kesehatan Kota dr Andi Sri Juliarty alias dr Dio. Ada dr David Almeidi SpJP spesialis jantung dan pembuluh darah bersama dr Muhammad Iqbal, Sp JP, langganan teman saya yang juga editor bahasa Sjarifuddin Hs, ada dr Rahmat Dianto Sp BP-RE spesialis bedah plastik, dr Alvarez Zevanya Moningka Sp OT spesialis orthopedi, dr Bambang Suasono Sp A spesialis anak, dr Healtho Lifeianto Dahlia, Sp THT spesialis THT, dr Wid Patria Widjaja Sp S spesialis saraf, dr Lilik Sujarwati Sp M spesialis mata, dr Ardsari Azminingrum Sp KK spesialis penyakit kulit dan kelamin dan banyak lagi dokter spesialis lainnya.
Pelayanan terbaru yang ditawarkan RSPB adalah Male Klinik sebagai tempat konsultasi dan pemeriksaan kesehatan reproduksi pria oleh dokter spesialis, Klinik Gizi dan Obesitas untuk memenuhi harapan Sahabat Sehat RSPB untuk memperoleh berat badan ideal, meningkatkan kebugaran dan kesehatan serta Homecare RSPB yaitu layanan perawatan kesehatan yang bisa dilakukan di rumah oleh tenaga perawat terlatih yang sudah tersertifikasi, memiliki pendidikan secara profesional dan sudah melewati seleksi yang ketat dan sesuai standar yang ada.
MENGHUBUNGI PAK AHOK
Tugas dan tantangan berat dihadapi RSPB sewaktu wabah Covid-19 sejak awal tahun 2021. Tim Satgas Covid seringkali berkoordinasi dengan RSPB, mengingat sebagian besar penyumbang Covid Balikpapan dari pekerja Pertamina. Pernah puluhan pekerja kapal tangki minyak Pertamina positif dan pernah juga puluhan pekerja Pertamina yang berada di rig terpapar semuanya. Tak kalah repotnya menghadapi ribuan pekerja perluasan kilang (RDMP), yang tinggal sebagian di lingkungan warga.
Saya pernah menghubungi komisaris utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama yang akrab dipanggil Pak Ahok lewat WA. Kebetulan kenal waktu saya jadi pengurus Asosiasi Pemerintah Kota (Apeksi). Kepada Pak Ahok saya sampaikan agar fasilitas pelayanan RSPB berkaitan dengan penanganan Covid diperlengkapi maksimal. Maklum pekerja Pertamina banyak yang terpapar. Belakangan RSPB sudah dilengkapi dengan fasilitas lab Swab, sehingga tak perlu lagi dikirim ke Jakarta.
“Penanganan Covid memang tantangan yang luar biasa bagi kami di RSPB,” kata dr Khairuddin yang mulai menjabat sebagai Direktur RSPB, 8 Juli 2020. Yang istimewa, dokter bedah lulusan Fakultas Kedokteran UGM ini, asli putral) Balikpapan. Sebelumnya dia wakil direktur, yang kemudian dipromosi menggantikan dr Syamsul Bahri, yang juga mendapat promosi ke PT Pertamedika.
Selain urusan koordinasi, saya juga sempat shock ketika istri, menantu dan 2 cucu saya terpapar Covid dan harus dirujuk ke RSPB. Belakangan juga putra saya, Aldi. Syukur berkat penanganan yang optimal, keluarga saya sembuh semua walau istri saya sempat dapat perawatan yang panjang dan intensif. “Alhamdulillah kami sekarang lebih berpengalaman dalam menangani Covid,” kata dr Elies Pitriani Sp P, dokter spesialis paru, yang rajin berkomunikasi dengan saya.
Atas petunjuk dr Dio sebenarnya saya harus melakukan pemeriksaan kesehatan semacam medical chek up (MCU). Saya dirujuk ke RSPB yang sudah pengalaman menangani ribuan pekerja Pertamina dan memang punya unit pelayanan MCU. “Kapan waktunya Pak Rizal, kami siap,” kata dr Khairuddin mengingatkan saya.
Selamat ulang tahun ke-35 RSPB. Maju terus untuk membangun korporasi kesehatan Indonesia dalam rangka mewujudkan ketahanan kesehatan nasional. Saya teringat pesan dari Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI, Novita Wijayanti yang pernah meninjau RSPB. Dia mendorong agar RSPB dapat terus meningkatkan pelayanan maupun dokternya dalam rangka mendukung persiapan pembangunan IKN. “Ini rumah sakit Pertamina yang sangat strategis, harus terus dikembangkan,” katanya bersemangat. (***)