spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

RM Rebut NasDem Balikpapan?

PILWALI Balikpapan 2024 masih penuh tanda tanya. Siapa calon lawan petahana? Sementara petahana sendiri,  Wali Kota Rahmad Mas’ud (RM) juga belum menentukan pasangannya, meski sudah lama berkembang beberapa nama.

Di luar Partai Golkar yang sudah jelas mengusung RM, partai lainnya masih berproses di DPP. Jadi calon mana yang direkomendasikan sejauh ini belum ada satu pun yang muncul. Termasuk juga partai mana yang bersepakat berkoalisi.

Partai-partai di luar Golkar memang harus bergabung jika ingin mengusung calon. Golkar dengan 16 kursi lebih dari cukup. Sebab, batas minimal pendaftaran 9 kursi. Partai lainnya, NasDem 7 kursi, Gerindra 6, PDIP 4, PKB 4, PKS 3, PPP dan Hanura sama-sama 2 serta Demokrat 1.

Ada beberapa nama yang punya kans kuat mengantungi surat rekomendasi partai, Di antaranya M Sa’bani (mantan sekprov Kaltim), drg Syukri Wahid (mantan anggota DPRD Balikpapan), Syaima Alaydrus (putri bupati Kotabaru), H Nurliah Kadir (ketua LPM Manggar Baru) serta Bagus Susetyo (anggota DPRD Kaltim dari Gerindra) dan  Sabaruddin Panrecalle (wakil ketua DPRD Balikpapan dari Gerindra).

RM saat ini masih menunaikan ibadah haji bersama keluarga. Mungkin sekalian itikaf mencari petunjuk untuk dibawa ke rapat keluarga. Ada yang bilang dia melirik kader dari Gerindra. Karena ini partai Prabowo Subianto, yang sebentar lagi jadi presiden pengganti Jokowi.

Sebelumnya nama yang beredar adalah Abdulloh (ketua DPRD), Muhaimin (Sekretaris Kota), Heru Bambang (mantan Wawali) dan Risti Utami Dewi (istri almarhum Thohari Aziz).

Belakangan juga menguat nama Sabaruddin dan Bagus. Saat ini baliho mereka  terpasang di beberapa sudut kota. Bagus mengklaim dia yang bakal menerima surat rekomendasi partai, tapi kabarnya RM lebih sreg dengan Sabaruddin karena sering bersama-sama.

Di saat RM masih di Tanah Suci, ada isu baru yang beredar kencang.  RM tengah berupaya merebut kursi NasDem. Bukan NasDem saja. Tapi juga PKS, di mana kedua partai ini sebelumnya sudah melakukan “perkawinan dini” alias sudah membuat kesepakatan koalisi.

BACA JUGA :  Kakek Sondani

RM melalui DPP Golkar di Jakarta melakukan pendekatan ke DPP NasDem. Hal yang sama dilakukan ke DPP PKS.  Hasilnya ada kemungkinan besar berhasil, NasDem dan PKS jatuh ke genggaman tangan RM.

Jika hal ini terjadi, buyar semua semangat yang akan dibangun NasDem Balikpapan bersama PKS. Dan itu pukulan telak. Karena NasDem yang diharap-harap mengusung calon sendiri, akhirnya jadi partai pengusung petahana. Ini juga berimplikasi terhadap calon-calon yang mengajukan pendaftaran lewat NasDem.

Sa’bani sendiri tidak terlalu terpengaruh dengan isu yang berkembang. “Politik itu dinamis, jadi kita tetap punya peluang.  Kita terus berjuang sampai perkembangan detik terakhir nanti,” katanya. Dia juga mendaftar di PKS, Gerindra dan PDIP.

Jika NasDem dan PKS sudah berhasil direbut, itu pertanda bahwa RM bisa menarik yang lain. Maka yang terjadi sangat mungkin calon tunggal lagi. RM melawan kotak kosong seperti Pilwali tahun 2020. Atau dia ciptakan calon boneka. Ada kabar Joy Nashar, pemilik STMIK Borneo Internasional yang gagal maju lewat jalur perseorangan bersama notaris Mayasusi Likovitasari menjadi salah satu pilihan.

Sejauh ini belum ada komentar langsung dari RM. Maklum masih khusyuk beribadah. Tapi Ketua Harian DPD Golkar Andi Arif Agung (A3) mengatakan, Golkar sudah siap dengan skenario apapun. Baik itu ada lawan maupun kotak kosong. ”Tapi kami lebih senang jika ada calon yang maju,” katanya saat menjadi narasumber Talksaw Tribun Kaltim.

Sementara itu Ketua DPD NasDem Balikpapan, Ahmad Basir (AHB) juga belum memberikan komentar. Di WA grup partai dia hanya menyampaikan pesan singkat. “Tetap semangat kk untuk menghadirkan kepemimpinan Balikpapan ke depan yang membawa perubahan,” begitu katanya.

AHB cukup lama berada di Jakarta. Hal itu tak lepas dari urusan pencalonan di DPP. Basir sendiri rencananya akan maju di Pilbup PPU menjadi pendamping mantan bupati Hamdam Pongrewa.

Keputusan DPP NasDem terhadap Basir juga berproses alot. Karena ada juga kader NasDem dari DPW NasDem Kaltim yaitu  Mudiyat Noor yang mencalonkan diri ke PPU. Mudiyat adalah wakil ketua Bidang Lingkungan Hidup dan ketua Bappilu NasDem Kaltim.

BACA JUGA :  Linan “Mantau Blue Sky”

Tapi kabarnya Hamdam dan Basir, selain NasDem juga berpeluang mendapatkan kursi Gelora dan Demokrat. Jadi masih bisa maju. Bahkan sudah beredar poster “HAMBA,” akronim dari Hamdam dan Basir.

Selain di Balikpapan, terdengar kabar 3 kursi NasDem di DPRD Kaltim juga bakal direbut Haji Rudy Mas’ud (HARUM). Rudy adalah adik RM, yang siap-siap maju ke Pilgub Kaltim. Dia saat ini adalah anggota DPR RI Komisi 3, yang juga ketua DPD Golkar Kaltim.

Poster “HAMBA,” Hamdam dan Basir.
Wakil Ketua DPRD Balikpapan Sabaruddin Panrecalle.

PANITIA PEMILIHAN WAWALI

Ada kejutan dari DPRD Balikpapan. Saat menggelar Rapat Paripurna, Jumat (7/6) lalu ada agenda menarik. Selain penyampaian pandangan umum fraksi-fraksi atas Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD 2023, satu lagi acaranya pengumuman perubahan keanggotaan Panitia Pemilihan (Panlih) Wakil Wali Kota Balikpapan masa jabatan 2019-2024.

Ini pertanda bahwa DPRD kembali memproses pemilihan wakil wali kota, setelah terhenti cukup lama. Kursi Wawali sudah lebih 3 tahun kosong karena calon terpilih yang bakal mendampingi Rahmad Mas’ud, yaitu Thohari Aziz meninggal dunia akibat Covid-19. Thohari adalah ketua DPC PDIP Balikpapan, yang juga duduk sebagai wakil ketua DPRD.

Melalui jalan berliku dan waktu yang panjang, partai pengusung menyepakati dua nama yaitu Budiono (ketua DPC PDIP dan wakil ketua DPRD) dan Risti Utami Dewi, istri almarhum Thohari Aziz. Tapi proses ini terhenti lagi, menyusul ditariknya rekomendasi DPP PDIP kepada Budiono.

Sampai sekarang partai pengusung belum membahas nama pengganti Budiono, sehingga Risti belum bisa diajukan ke DPRD lewat wali kota. Sesuai ketentuan, minimal dua nama yang diajukan dan dipilih oleh DPRD.

Tempo hari di bulan Mei 2022, DPRD pernah mengajukan 3 nama ke wali kota. Yaitu Budiono, Sabaruddin, dan Denni Mappa (ketua Demokrat Balikpapan).  Tapi wali kota maunya Risti sebagai penghargaan atas perjuangan suaminya. Lalu belakangan disepakati nama Budiono dan Risti.

BACA JUGA :  Lomba “Bemamai” Kaltim

Tapi karena proses yang kelewat panjang akhirnya Budiono memilih mundur karena dia lebih konsentrasi ke Pileg 2024.  Itu sebabnya calonnya tinggal satu, yaitu Risti Utami Dewi.

Karena begitu lama tidak juga diisi-isi, sampai akhirnya gabungan organisasi Peradi, APTISI, Forsiladi dan ADRI mengajukan gugatan citizen law suit ke Pengadilan Negeri (PN) Balikpapan agar kursi wawali Balikpapan yang kosong segera diisi.

Ketua DPRD Balikpapan Abdulloh memberikan penjelasan kepada wartawan.

Menurut Abdulloh, yang juga sebagai ketua Panitia Pemilihan (Panlih), pihaknya saat ini menunggu dua nama yang diajukan partai pengusung lewat wali kota terhitung sejak rapat Panlih terakhir yaitu 4 Juni 2024.

Jika dalam waktu satu atau dua minggu ke depan, partai pengusung tidak juga mengajukan dua nama, maka tugas Panlih dinyatakan selesai alias ditutup. “Sebab, kalau satu nama saja tetap tidak bisa diproses,” jelasnya kepada wartawan.

Partai pengusung pasangan Rahmad Mas’ud-Thohari Aziz pada Pilwali 2020 ada 7 partai. Yaitu,  Golkar, PDIP, Gerindra, PKS, Demokrat, PKB dan Perindo. Ditambah 1 partai pendukung yaitu PAN.

Jika nama Risti tidak berubah, maka semua partai pengusung tinggal mengajukan satu nama lagi. Nama yang diajukan harus mendapat surat mandat atau rekomendasi dari DPP.  Lalu dibahas dalam rapat bersama sampai muncul 1 nama yang disepakati, yang nantinya diajukan ke Panlih DPRD bersama nama Risti.

Menurut Abdulloh, hasil konsultasi mereka ke Kemendagri dan sesuai ketentuan yang berlaku, dalam kasus kekosongan kursi wawali Balikpapan, maka pengisian bisa dilakukan kapan saja. “Sampai H-1 dari akhir masa jabatan kepala daerah pun masih bisa diisi,” tandasnya.

Mudah-mudahan pemilihan wakil wali kota Balikpapan masa jabatan 2019-2024 tidak bersamaan dengan jadwal pencoblosan Pilwali 2024 pada 27 November. Atau sehari menjelang pelantikan wali kota dan wakil wali kota baru. Kalau itu terjadi, sang calon benar-benar jadi “Raja atau Ratu Sehari.” (*)

Catatan Rizal Effendi

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img