spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Rizal Effendi, Walikota Balikpapan yang Mengakhiri Masa Jabatannya (2); Alasan Konyol Maju di Pilkada, Pikirkan Gabung ke Legislatif

Hampir seluruh tajuk media massa di Kaltim berhiaskan nuansa politik Kota Minyak yang sepertinya menuju jalan buntu. Pada 2006, ketika pilkada langsung pertama segera dihelat di Balikpapan, hanya satu pasangan bakal calon yang mengemuka. Kelihatannya, belum ada yang berani menantang petahana wali kota Imdaad Hamid dan wawali Mukmin Faisyal (alm).

Dari ruang kerjanya di Gedung Biru Kaltim Post, Rizal Effendi selaku pemimpin redaksi tengah menyiapkan rancangan berita pesta demokrasi tersebut. Ketika tengah bergelut dengan rutinitasnya itu, Rizal didatangi atasannya. Kepada Rizal, pemilik perusahaan media tadi menyampaikan gagasan yang ekstrem. Rizal diminta maju ke pilkada Balikpapan.

Mendengar ide tersebut, Rizal tertawa sinis. Ditambah lagi, misinya bertarung di pilwali bukan untuk menang melainkan ‘mengganggu’ pasangan Imdaad-Mukmin. Rizal terus mendengar pemaparan itu sambil menatap lekat-lekat mata si bos. Ia hanya mengelus-elus dagu sembari mengangguk kecil. Di benaknya, ide tersebut konyol.

Sementara itu, menurut atasannya, partisipasi Rizal di pilkada dapat memecah kebuntuan. Figur-figur potensial yang lain nampak gentar dengan pasangan Imdaad-Mukmin. Motif untuk ‘mengganggu’ juga bertujuan memecah suara. Tidak sehat, lanjut bosnya, bila pilkada hanya diikuti satu pasangan.

“Walaupun kelihatannya konyol, saya akhirnya setuju. Alasannya jadi masuk akal,” ungkap Rizal Effendi pada pengujung jabatannya sebagai wali kota Balikpapan ketika melayani wawancara kaltimkece.id, jejaring mediakltim.com pada pertengahan Mei 2021.

Selepas persetujuan Rizal, tim pemenangan yang terdiri dari beberapa orang dibentuk. Tim mulai mencari pasangan buat Rizal. Nama pertama adalah Jamal Noor, ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan, yang santer ingin maju pilkada. Tak perlu lama-lama berkompromi, Jamal sepakat. Strategi pun mulai disusun.

Dinamika politik di Balikpapan rupanya bergerak sangat cepat. Menjelang pendaftaran kandidat di Komisi Pemilihan Umum ditutup, tersiar kabar pasangan Imdaad-Mukmin pecah kongsi. Mukmin, yang semula mendampingi Imdaad sebagai calon wawali, disebut ingin menjadi calon wali kota. Pada akhirnya, pasangan ini “bercerai”. Mukmin maju sebagai calon wali kota didampingi Gunawarman, politikus Partai Keadilan Sejahtera.

Imdaad Hamid yang gundah segera mencari pengganti. Suami Azimah Hanum itu menghubungi beberapa orang, satu di antaranya adalah bos Rizal. Kepada pemimpin grup media massa Kaltim tersebut, Imdaad meminta Rizal menjadi wakilnya memimpin Balikpapan.

Seperti menerima durian runtuh, tawaran itu disambut tanpa basa-basi. Imdaad-Rizal, kebetulan keduanya satu almamater di Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman, akhirnya resmi berpasangan. Mereka datang ke KPU pada detik-detik akhir pendaftaran, awal Februari 2006. “Waktu itu nyaris tidak jadi daftar karena kurang kursi. Untungnya, pada detik terakhir, ada tambahan satu kursi. Jadilah kami berpasangan,” kenang Rizal.

Pecah kongsi Imdaad-Mukmin membuat Pilkada Balikpapan yang tadinya adem-ayem menjadi gegap-gempita. Empat pasangan calon resmi mendaftar. Selain Imdaad-Rizal dan Mukmin-Gunawarman, ada Ismet Alimin-Totok S dan Jamal Noor-Priono Demo. Pertarungan sebenarnya akhirnya dimulai.

Figur Imdaad Hamid rupanya tetap menjadi idola di Kota Minyak. Ditambah dukungan media yang besar, Imdaad-Rizal sukses memenangkan pilkada di bawah bendera Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kemenangan ini dianggap Rizal sebagai kado terindah dalam hidupnya.

“Sama sekali tidak menyangka bisa menang. Awalnya cuma main-main, gangguin saja. Enggak ada niat untuk menang,” kenang bapak tiga anak itu seraya menggelang-gelengkan kepalanya.

SETELAH WALIKOTA DUA PERIODE
Kemenangan bersama Imdaad menerbangkan karier politik Rizal ke angkasa. Penggemar olahraga tenis dan sepak bola itu selanjutnya dua kali memenangkan Pilkada Balikpapan pada 2011 dan 2016. Menerima tongkat estafet dari Imdaad Hamid, Rizal membawa Balikpapan menjadi salah satu daerah terbaik tak hanya di Kaltim, bahkan se-Kalimantan, se-Indonesia, dan sedunia.

Rizal berhasil melanjutkan tradisi Adipura yang tak pernah lepas dari Kota Minyak. Di bawah komandonya, Balikpapan diakui sebagai kota paling dicintai sedunia versi World Wildlife Fund pada 2015. Bandara SAMS Sepinggan juga dua kali dinobatkan sebagai bandara terbaik di dunia oleh Airport Council International untuk kategori 5-15 juta penumpang per tahun. Yang tak kalah mentereng, Balikpapan adalah kota paling layak huni ketiga di Indonesia menurut penilaian Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia.

Jejak pembangunan juga ditinggalkan Rizal. Pada masa pemerintahannya, Stadion Batakan yang telah lama diimpikan warga kota, RSUD Beriman, hingga Masjid Madinatul Iman, rampung pembangunannya.

[irp posts=”15454″ name=”Rizal Effendi, Walikota Balikpapan yang Mengakhiri Masa Jabatannya (1);  Dikenal Mahasiswa yang Kritis, Wartawan yang Takut Hantu”]

Setelah 15 tahun menjadi wawali dan wali kota, Rizal kini berdiri di titik akhir. Ahad, 30 Mei 2021, tepat pukul 00.00 Wita, masa jabatannya berakhir. Dalam berbagai kesempatan, Rizal kerap berpamitan, bermohon maaf, serta berterima kasih kepada para sahabat, kolega, tokoh, cendekiawan, hingga kaum papa. Lantas, mau ke mana dia?

Rizal mengaku, masih memikirkan bergabung dengan legislatif. Selain itu, tidak menutup peluang baginya kembali ke dunia jurnalistik. Bagaimanapun, kata Rizal, jurnalis telah menjadi bagian hidupnya. Andaikata jalan itu yang dipilih, Rizal bilang, akan membuka media siber. “Arahnya, orang ‘kan sekarang sudah banyak ke media online. Kita bisa meng-update berita setiap saat. Kalau media cetak, ‘kan lama,” pungkas lelaki 63 tahun tersebut. (kk/red)

 

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti