SAMARINDA – Joker, dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai “Pelawak.” Namun tidak seperti pelawak pada umumnya, Joker di Kota Gotham justru menjadi dalang dari banyak kejahatan. Bagi fans karakter Batman, tentunya tidak asing dengan karakter Villain tesebut. Riasan badut dengan wajah putih, rambut hijau, serta goresan senyum di bibirnya, menjadi kekhasan dari musuh Batman itu.
Berawal dari komik DC yang diterbitkan tahun 1940, sosok Joker semakin melekat bagi penikmat film superhero. Meski ia musuh Batman, sayangnya Joker tidak dikaruniai mukjizat kekuatan layaknya musuh-musuh superhero lainnya. Joker digambarkan sebagai sosok psikopat, penuh lelucon-lelucon gelap yang sadis hingga kecerdikan yang mampu mengelabui Batman.
Kesuksesan karakter Joker mencapai puncaknya pada tahun 2008. Saat itu Film trilogi Batman pada The Dark Night sukses besar di pasaran. Disutradarai sutradara kondang, Christopher Nolan, Heath Ledger sang actor dianggap berhasil jadi pemeran Joker. Terbukti di tahun setelahnya, Heath Ledger meraih Oscar sebagai Pemain Pendukung, sayangnya saat itu pula dirinya sudah tiada. Ia ditemukan bunuh diri setelah memerankan peran paling fenomenal waktu itu.
Bagi beberapa fans, menggantikan Heath Ledger menjadi sosok Joker tidaklah mudah. Apalagi Ledger sangat ciamik meramu kegilaan Joker dalam film itu. Hingga 10 tahun setelahnya, Todd Philips sutradara Film project Joker di tahun 2019, menunjuk Joaquin Phoenix menjadi aktor Joker di film solo antagonis Batman itu.
Melalui sosok yang nihilistik, terjerat trauma, juga terjangkit PTSD. Joker yang awalnya diceritakan sebagai manusia yang baik hati, menjelma penjahat, pembunuh yang menggerakkan gerakan perlawanan di Kota Gotham.
Hasilnya cukup berhasil, Joaquin Phoenix dianugerahi piala Oscar sebagai Pemeran pria terbaik pada tahun 2020. Selain itu pula, para fans menyambut baik perubahan Joker dari Heath Ledger yang begitu liar dengan ide-ide aneh, menjadi versi Joaquin Phoenix yang dipenuhi kegilaan penyakit mental.
Meski para fans menolak adanya sekuel dari Film Joker tahun 2019, nyatanya setelah 5 tahun Todd Philips membuat sekuel Joker dengan judul Joker: Folie a Deux. Sedikit berbeda dari film pertamanya, kali ini Todd menyajikan film musikal dan dimeriahkan pula oleh kehadiran penyanyi Lady Gaga yang berperan sebagai Harley Queen.
Sinopsis Film Joker Folie A Deux
Arthur Fleck yang juga dikenal sebagai Joker akhirnya hidup mendekam di Rumah Sakit Jiwa Arkham di Kota Gotham. Ia akan dihadapkan oleh persidangan kasus pembunuhan di film sebelumnya. Setidaknya ia membunuh 5 orang yang salah satunya ia tembak ketika sedang siaran langsung acara Murray Franklin.
Sebenarnya Arthur membunuh 6 orang, yaitu ibunya sendiri, namun pihak kejaksaan Gotham menuntutnya atas 5 pembunuhan dalam 4 pekan. Film berjalan dengan pelan, di tahanan Arkham, Arthur mendekam dengan kegundahan perihal hasil persidangannya. Apalagi masyarakat Gotham membuat keributan untuk hakim dapat membebaskan tokoh kesayangan mereka.
Di tahanan Arkham itu pula, ia akhirnya bertemu dengan Lee Quinzel yang diperankan oleh Lady Gaga. Ia bertemu di suatu ruangan musik, saat itu Lee memanggil Arthur yang melewati lorong menuju pengacaranya. Lee memanggil Arthur, “Hey” dan menujukkan jari berbentuk pistol di kepalanya dan “Piuw,” sosok Arthur yang awalnya murung selama di tahanan Arkham akhirnya tersenyum.
Pertemuannya dengan Lee menjadi alur cerita yang menarik. Di sisi lain, pengacaranya meminta Arthur untuk mengakui ada dualisme dalam tubuh Arthur Fleck, yaitu Arthur dan satu lagi Joker. Itu menjadi cara agar Arthur dapat bebas dari tuntutan hukuman mati.
Folie a Deux merupakan film dengan cerita persidangan si Arthur. Akan tetapi ada bumbu-bumbu musikal untuk menggambarkan “Fantasy” kegilaan dalam kepala Joker. Arthur sendiri jatuh cinta pada sosok Lee Quinzel yang merupakan fans berat sang Joker.
Film bergenre musikal psikologi thriller ini, dipenuhi oleh musik-musik, juga kegilaan di kepala Joker, alurnyapun cukup lamban, tidak seperti film pertamanya. Dari situ, Film Joker Folie a Deux tetap menarik diikuti plotnya, penonton diajak untuk melihat sisi “Musisi” dari sang Joker.
Review Film Joker Folie A Deux: Kegilaan Dalam Cinta Penuh Tragedi
Film sekuel Joker ini banyak mendapatkan Review negatif dari para penggemar. Menurut mereka, film ini tidak menggambarkan Joker yang psikopat dengan humor gelap. Malah terlalu banyak nyanyian-nyanyian yang membuat plotnya terlalu lamban. Bahkan di Aplikasi TIX.id, Film itu hanya mendapatkan rating 6.0 dari 1788 voter per 5 Oktober 2024.
Padahal pada premiere penayangan perdananya, Film Joker Folie a Deux mendapatkan Standing Ovation selama 11 menit di Venice International Film Festival 2024 di Italia pada (04/09/20240. Sayangnya, di Indonesia film sekuel ini tak mendapatkan respon yang sama seperti di Italia.
Sebenarnya Film Joker Folie a Deux selain alurnya yang lamban, fokus ceritanya-pun lebih kepada hubungan antara Joker dan Lee Quinzel. Sebagaimana arti dari Folie a Deux, “Kegilaan berdua,” dengan kata lain kegilaan yang identik antar dua orang.
For once in my life I have someone who needs me
Someone I’ve needed so long
For once unafraid I can go where life leads me and somehow I know I’ll be strong
Lirik di tersebut sangat pas jika dihubungkan dengan dua tokoh utama yang sedang jatuh cinta. Lagu yang kebetulan dinyanyikan dalam film itu, berjudul For Once In My Life yang dipopulerkan oleh Frank Sinatra.
Kedekatan dua tokoh itu memang diiringi dengan musik-musik, sesuai genrenya, yaitu musikal. Yang menarik justru dari musikal itu sendiri. Todd Philips selaku sutradara, menggambarkan fantasi kegilaan Joker melalui musik-musik di tiap adegan. Ceritanya banyak dipengaruhi oleh lirik-lirik lagu. Jadi penonton benar-benar juga harus mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan agar bisa terus mengikuti cerita Film Joker ini.
Selain itu, penonton juga perlu menyadari bahwa film ini menceritakan isi kepala Joker dan kasus yang dihadapinya. Joker kali ini memang sedikit kalem, lelucon humor gelapnya tidak sebanyak film pertama, lebih sering menunjukkan jatuh cinta sang tokoh kepada Lee.
Lee memang mencintai sosok Joker, ia merasa ada kedekatan antara dirinya dengan si Arthur. Oleh sebab itu pula ia ingin melihat sosok Joker bukan Arthur. Lee rupanya merubah sosok Joker dalam alur kali ini. Entah merubah atau tidak, penonton bisa menilainya setelah menonton film tersebut.
Terlepas dari review buruk, nyatanya mengikuti cerita Joker di Film Joker Folie a Deux tetap menarik. Bagaimana Joker harus menghadapi dilema cintanya dengan kegilaannya sendiri. Bisa dibilang, alurnya yang lamban dan pemilihan genre musikal agaknya kurang bisa diterima di Indonesia karena cukup asing. Hanya saja, pesan yang ingin disampaikan tetap bisa diterima bahwa Film ini menggambarkan Fantasi kegilaan jiwa sang tokoh dengan unik. (Rul)
Pewarta: K. Irul Umam
Editor: Agus S