Catatan: Rizal Effendi
SAYA tak mengira launching buku saya “Bukan Pak Wali Lagi” di Kedai Kong Djie, Citra Niaga Samarinda, Rabu (7/9) malam jadi reuni meriah para tokoh. “Sekalian reuni alumni Universitas Mulawarman,” kata Gubernur Isran Noor. Maklum yang datang sebagian besar jebolan Unmul. Isran sendiri adalah ketua ikatan alumni. Saya ketua IKA FEB. Malah owner Kong Djie, Elita juga dari kampus yang sama.
Rektor Unmul yang hadir, Prof Dr Masjaya, M.Si tampak berbunga-bunga. “Sekalian saya undang mengikuti rangkaian acara Dies Natalis ke-60 Unmul, 27 September mendatang,” kata Masjaya. Itu juga dies natalis terakhir dia setelah 8 tahun menjadi rektor. Penggantinya Dr Ir Abdunnur, M.Si, asli Samarinda, putra tokoh ulama kharismatik, KH Sabranity.
“Saya juga alumnus Unmul karena S2 saya di kampus ini, meski S1 dan S3-nya di UI,” kata Dr Sabri Ramdhani yang turut hadir. Pengusaha Balikpapan ini pernah memimpin Perusda Kaltim, pada era Gubernur Suwarna AF. Isran menyebutnya sebagai pengusaha ferry di Kariangau, sebab salah satu usaha Sabri memang di bidang itu.
Selain Sabri, hadir juga mantan gubernur Kaltara Dr Irianto Lambrie, alumnus Fakultas Pertanian Unmul. Dirut Bankatimtara M Yamin dari fakultas ekonomi. Ketua harian IKA FEB pengusaha muda Apri Gunawan. Sejumlah dosen Unmul di antaranya Dr Aji Sofyan Effendi dan Dr Fitriadi, dan mantan pejabat Kaltim dan seniman Drs Syafruddin Pernyata, MHum. “Kami sama-sama… tidak saja di kampus, aktivis, tapi juga dalam dunia pers,” kata Irianto, yang juga pernah menjadi Sekprov Kaltim.
Saya juga menaruh respek atas kehadiran Ketua DPRD Kaltim Drs H Makmur HAPK, MM. Padahal lelaki berdarah biru yang bernama lengkap Drs H Makmur Haji Aji Pangeran Kahar, MM, ini beberapa jam sebelumnya tengah berada di Tanjung Redeb, Berau. Juga sesepuh Kaltim dan Nasdem, H Harbiansyah Hanafiah, yang harus terbang dari Jakarta. “Saya ingat disuruh membaca puisi di Sporthall Segiri. Harbi, harapan bangsa Indonesia,” kata Harbiansyah yang pernah bersama-sama saya menjadi anggota MPR Utusan Daerah.
Wagub Hadi Mulyadi dengan “segudang” pantunnya juga datang. Dia langsung berpantun. Gubernur sempat mencandai Wagub. Melihat sesuatu di panggung. Maksudnya kok tak ada alat musik drum. Kalau ada drum itu pasti digebuk Hadi bertubi-tubi.
Juga datang Wali Kota Samarinda Dr Andi Harun masih mengenakan pakaian kerja, didampingi Sekkot Samarinda Hero Mardanus Satyawan. “Selesai rapat anggaran kami langsung ke sini,”. Hadir juga Kepala Badan Pendapatan Daerah Kota Samarinda Hermanus Barus, SE M.Si. Malah Andi Harun sempat begadang sampai tengah malam di teras Kedai Kong Djie.
Makmur lagi menjadi pusat perhatian terutama dari awak media. Banyak wartawan yang hadir malam itu membicarakannya, di antaranya Intoniswan, Charles Siahaan, Abdurrahman Amin, Sofyan Masykur, Hamdani, dan Sekretaris PWI Wiwid Marhaendra. “Pak Makmur, ketua DPRD yang ‘baru’,” kata Gubernur Isran setengah bercanda.
Seperti kita ketahui Golkar ingin mengganti Makmur dari kursi ketua DPRD Kaltim. Penggantinya Hasanuddin Mas’ud. Pelantikan dijadwalkan 12 September ini di Hotel Mercure. Tapi sebagian pihak melihat hal itu niscaya terhalang karena turunnya putusan PN Samarinda, yang membatalkan rencana tersebut. “Terima kasih atas doa dan dukungannya,” kata Makmur merendah.
Hadir juga owner Mesra Group, Yusi Ananda dan istri, putra tokoh Kaltim H Rusli, yang juga pemilik Hotel Mesra. Sejumlah kepala dinas dan Humas termasuk Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Drs Agus Tianur dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Drs M Syafranuddin, MM.
Ada juga Ketua KNPI Kaltim Arif Rahman Hakim, S.Hi dan Ketua Kadin Kaltim Dayang Dona Faroek. “Salam dari ayahanda, Pak Awang Faroek,” kata Dona. Pak Awang, mantan gubernur yang sekarang menjadi anggota DPR RI dapil Kaltim dari Nasdem.
PESTA LEMPENG
Saya sengaja memilih launching buku saya di Kedai Kong Djie. Maklum kedai ini menyediakan menu zaman baheula, yang tak ada di tempat lain yaitu lempeng. Makanan yang dibuat dari pisang. Ada yang bilang itu pizza masa silam. Ternyata penganan bahari itu juga disukai Gubernur Isran. “Saya sering dikirimi,” katanya. Semasa kecil dahulu, ibu saya sering membuat lempeng untuk sarapan pagi.
Isran yang datang paling awal mendahului semua undangan, langsung melahap lempeng Kong Djie. Dia memuji ada alumnus Unmul berani jualan lempeng. Saya kira malam kemarin itu, lebih seratus lempeng dinikmati para undangan. Suasana kedai sangat terasa guyub dan gembira. Isran sendiri duduk berbaur, tak perlu ada kursi khusus. “Di sini tak ada gubernur, santai saja,” katanya.
Pembawa acara Ririz, yang saya datangkan dari Bali juga bersemangat. Dia asal Balikpapan, yang sekarang tinggal di sana. Saya bilang dia lagi go international, sebab Bali sedang membutuhkan banyak pembawa acara atau presenter berkaitan dengan dilaksanakannya pertemuan pemimpin dunia, G-20 dalam waktu dekat ini. “Yang ingin pakai Ririz, silakan hubungi manajernya Anggun,” kata saya mempromosikan.
Buku saya setebal 413 halaman itu, memang saya tulis setelah saya tak lagi menjadi wali kota. Masa jabatan kedua saya sebagai wali kota Balikpapan, berakhir 31 Mei 2021. Belakangan saya banyak menulis, lalu teman-teman meminta saya dikumpulkan menjadi buku. Ada 64 tulisan di situ, sesuai dengan HUT saya ke-64, tanggal 27 Agustus lalu. Ada tulisan pengantar dari Zainal Muttaqin dan penulis kawakan, bos saya Pak Dahlan Iskan.
Tim penyusun buku itu, di antaranya Syafril TH Noer, wartawan yang juga ketua Dewan Kesenian Kaltim. Ada “Jenderal” Sjarifuddin Hs sebagai editor bahasa. Ada putra sulung Syafruddin Pernyata, yakni Ramadhan S Pernyata yang menjadi ilustrator. Saya juga disemangati Ketua PWI Kaltim Endro S Effendi, yang datang walau acara sudah berakhir. “Buku Pak Rizal saya akan kirim ke Dewan Pers untuk menunjukkan bukti bahwa Pak Rizal masih aktif sebagai wartawan senior,” kata Endro. Saya berencana akan menerbitkan buku “Bukan Pak Wali Lagi” edisi kedua menyambut HUT ke-66 Provinsi Kaltim, 10 Januari 2023. Ada 66 tulisan tengah saya siapkan. Tentu lebih banyak soal Kaltim, yang menjadi lokasi Ibu Kota Nusantara (IKN). Pak Isran sangat mendukung. Dia mengajak yang lain juga menulis buku. Isran sendiri sudah menulis beberapa buku dan bahkan menjadi rujukan di salah satu universitas di Negeri Kanguru.
Buku Isran sudah terbit sejak tahun 2012. Di antaranya “Politik Otonomi Daerah untuk Penguatan NKRI, Cakrawala Gagasan: Dari Daerah untuk Indonesia, Kepemimpinan Progresif: Menghindari Perangkap Sumber Daya Alam dan Daerah Maju Indonesia: Strategi Pembangunan yang Menyejahterakan dan Berkeadilan”.
Saat acara berlangsung malam itu saya memberi Gubernur Isran sebuah figura yang memuat foto dia hanya berdua dengan Presiden Joko Widodo di lokasi IKN. Itu juga bagian ilustrasi dari salah satu tulisan saya. Saat menyerahkan figura itu saya bilang foto ini seakan menggambarkan Presiden Jokowi bersama suksesor alias penggantinya. Isran tampak mengulum senyum. “Insyaallah beliau menjadi tokoh nasional,” timpal Irianto.
Bicara soal buku, saya jadi teringat sebuah joke. Ada seorang istri pagi-pagi penuh semangat menceritakan mimpinya semalam. Dia mendapat hadiah istimewa dari sang suami, cincin berlian yang sudah lama dia idamkan. Dia berharap mimpinya itu benar-benar menjadi kenyataan. Sorenya ketika sang suami pulang kerja, membawa bungkusan kado. “Alhamdulillah,” kata sang istri berbinar-binar. Tapi dia kaget ketika membuka bungkusan. Isinya bukan cincin berlian, melainkan buku tafsir mimpi.(*)