SAMARINDA – Manager Pengembangan Yayasan Fastabiqul Khairat, Joko Wahyono, mengungkapkan pentingnya program literasi yang diterapkan di lingkungan Sekolah. Program ini tidak hanya mendorong kebiasaan membaca, namun juga menulis bagi siswa-siswi di sekolah. Menurut Joko, kebiasaan membaca memang sulit dibangun tanpa motivasi atau dorongan tertentu.
Oleh karena itu, Yayasan Fastabiqul Khairat menggunakan pendekatan yang berbeda. Yakni, menulis sebagai alat untuk mengembangkan kebiasaan membaca.
“Kadang orang enggan membaca kalau tidak dipaksa, bahkan banyak yang merasa mengantuk saat membaca,” ujarnya Rabu (6/11/2024) saat di kunjungi Wartawan Media Kaltim.
Penulis dan pemateri yang sering diundang keliling keberbagai daerah ini melihat bahwa kegiatan menulis justru dapat menjadi jalan untuk memaksa seseorang mencari referensi dan membaca secara mendalam.
Seperti yang di jalankan Yayasan ini di Sekolah SMP dan SMA Fastabiqul Khairat, dimana siswa didorong untuk menulis, baik itu fiksi maupun non-fiksi, dengan harapan mereka mulai mencintai proses membaca dan menulis sebagai suatu kebutuhan, bukan hanya tuntutan akademik.
Untuk mendukung program ini, Yayasan Fastabiqul Khairat juga memiliki penerbit sendiri, yang memungkinkan siswa dan guru menerbitkan karya secara mandiri tanpa bergantung pada penerbit luar.
Joko menambahkan, hal ini memberikan kesempatan bagi guru untuk terlibat sebagai editor dan mengajarkan keterampilan literasi yang lebih komprehensif.
Sebagai hasil dari program ini, hingga saat ini yayasan telah menerbitkan sekitar 65 judul buku, sebagian besar karya siswa. Yayasan juga secara rutin menyimpan buku-buku ini di Perpustakaan Daerah Kalimantan Timur agar dapat diakses masyarakat luas.
Joko berharap budaya menulis ini dapat membentuk generasi muda yang lebih percaya diri dan mampu menyampaikan gagasan mereka secara tertulis.
“Dengan menulis, mereka lebih mudah menyampaikan konsep, menjabarkan ide, bahkan mengembangkan critical thinking yang akan bermanfaat di masa depan,” jelasnya.
Program ini menargetkan 25-50 persen siswa di setiap jenjang pendidikan dapat menulis buku. Meskipun tidak semua siswa mungkin memiliki minat kuat dalam menulis, Joko yakin bahwa semua anak harus dibekali kemampuan menulis dasar yang baik.
Dengan adanya dukungan penuh dari guru, kepala perpustakaan, dan tim literasi, Yayasan Fastabiqul Khairat berharap dapat menumbuhkan budaya literasi yang kuat di kalangan siswa.
Setiap karya yang dihasilkan oleh siswa Yayasan Fastabiqul Khairat tidak hanya disimpan sebagai kenangan, tetapi juga dikembangkan dan dipromosikan lebih lanjut. Sebagian besar karya ini diterbitkan oleh yayasan melalui penerbit internal yang mereka miliki.
Dengan memiliki penerbit sendiri, yayasan mampu memberikan ruang bagi karya siswa dan guru untuk diterbitkan secara mandiri, tanpa harus bergantung pada penerbit luar. Langkah ini bertujuan agar karya siswa dapat diakses lebih luas, baik oleh kalangan sekolah maupun masyarakat umum.
Selain itu, beberapa karya juga disumbangkan ke Perpustakaan Daerah Kalimantan Timur. Hingga saat ini, sebanyak 65 judul buku hasil karya siswa dan guru Yayasan Fastabiqul Khairat telah didaftarkan dan disimpan di perpustakaan tersebut. Dengan demikian, masyarakat Kalimantan Timur memiliki kesempatan untuk membaca dan mengapresiasi hasil karya anak-anak daerah.
Tak hanya di perpustakaan, yayasan juga aktif mempromosikan karya-karya ini melalui media daring dan berbagai platform lainnya, termasuk web yayasan, event-event dan media sosial.
“Tentunnya dengan Promosi ini membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa karena karya mereka diapresiasi dan diketahui oleh lebih banyak orang, termasuk orang tua dan masyarakat umum,” punkasnya.
Penulis: Hanafi
Editor: Nicha R