PPU – Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) disiapkan untuk menjadi sentra penguatan bahasa dan sastra Indonesia. Hal ini sebagai bentuk memertahankan identitas di Ibu Kota Nusantara (IKN) nantinya.
Kantor Bahasa Kaltim bersama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menggelar diseminasi program prioritas bidang kebahasaan dan kesastraan di PPU, Jumat (26/5/2023). Lewat kegiatan yang dihadiri ratusan peserta dari berbagai kalangan ini diharapkan mampu menjadi tonggak penguatan identitas bahasa di IKN.
Ketua Kantor Bahasa Kaltim, Halimi Hadibrata dalam kegiatan itu menjelaskan evolusi Bahasa Indonesia hingga saat ini terus terjadi. Termasuk revitalisasi bahasa daerah dan budaya PPU juga dirasa sangat penting sebagai upaya menguatkan identitas masyarakat di sekitar IKN.
“Kami memilih fokus di PPU ini karena menjadi isu yang hangat sekarang dengan adanya IKN,” ujarnya.
Adapun dalam gelaran ini, dihadiri para tenaga pendidikan mulai dari pengawas sekolah, kepala sekolah hingga para guru. Kemudian juga berbagai komunitas literasi, komunitas sastra, akademisi, serta tokoh masyarakat dan pers.
Mereka inilah yang nantinya diharapkan menjadi pelopor atau agen penguatan bahasa serta kesastraan yang ada di Benuo Taka. Sejalan dengan pelestasrian bahasa daerah dan penguasaan bahasa asing.
“Kalau dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, itu tidak akan menggeser malah, justru menguntungkan karena bagaimanapun ilmu pengetahuan ini berkembang dan konsep-konsep itu memang harus diterjemahkan dalam bahasa Indonesia,” jelas Halimi.
Lanjutnya, melihat kondisi saat ini di PPU, menurutnya cukup mengkhawatirkan. Meski begitu, dengan adanya pertambahan kata dengan konsep-konsep baru, diyakini bisa membuat masyarakat mengenal ragam kata.
“Maka dari itu, program ini harus sama-sama terus dilakukan oleh berbagao unsur. Agar nantinya, Kita semua benar-benar bisa memertahankan identitas bangsa ini,” tegasnya.
Acara yang digelar di Ballroom Hotel Kalimantan ini dibuka langsung oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian. Pertemuan ini juga ditujukan untuk menyinergikan DPR RI agar program-program prioritas bahasa dan sastra di Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa bisa sukses dilaksanakan.
Melihat jalannya acara ini, dia menilai banyak mendapat informasi mengenai kondisi PPU dari para peserta. Selain itu, dari peserta banyak informasi yang menunjukkan bahwa sebenarnya masyarakat PPU punya antusiasme dan sudah melakukan banyak hal yang sangat diperlukan.
“Alhamdulillah, saya sangat optimis dengan adanya program ini. Nampak yang senior, junior, dan yang muda-muda masih memiliki inisiatif prakarsa yang mengarah membuat benteng-benteng, sekaligus menyiapkan diri supaya kita menjadi pusat budaya dan peradaban yang akan mempengaruhi dan mewarnai pembangunan IKN itu,” tuturnya.
Persiapan ini, diharapkan dapat terus seiring dengan jalannya pembangunan IKN. Sebab hal itu dipastikan memengaruhi kondisi bahasa dan sastra Indonesia.
Oleh jari itu, Hetifah menyebut perlu adanya kerja lebih untuk mengetahui kendala yang bakal dihadapi. Dalam hal ini, tentunta semua elemen mulai dari pemerintah hingga masyarakat harus sama-sama memahami.
“Minimnya karya-karya tulis lokal juga menjadikan khalayak tidak mengetahui PPU. Semestinya, harus ada karya tulis yang dilahirkan oleh warga pribumi dan bisa dikonsumsi oleh seluruh penduduk,” terang dia.
Jika hal ini terus dilaksanakan dengan rutin, maka SDM PPU khususnya kawula muda, dalam hal kesastraan memiliki potensi besar yang bisa menciptakan karya unggul. Tugas meningkatkan literasi, katanya, tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu pihak, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama agar beban yang dipikul menjadi ringan.
“Saya yakin anak PPU bisa membuat produk-produk literasi yang baru, bukan hanya buku, tetapi banyak medium lain,” tutup Hetifah. (SBK)