spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Poles Citra lewat Medsos jadi Senjata Tim Pilbup Berau Raup Suara

MENDEKATI pilkada, iklan promosi para paslon selalu muncul di seluruh platform Media Sosial (Medsos). Puluhan bahkan ratusan juta rupiah telah disiram untuk memasang iklan berbayar. (Kasih Font miring)

Di tengah ramainya Warung Kopi Pagi Sore, Jalan Teuku Umar, Berau yang menjadi tempat favorit para anak muda untuk sekadar nongkrong, terdengar obrolan terkait para paslon yang akan bertarung di pilkada mendatang. Tidak masalah, hal yang wajar.

Yang perlu diperhatikan bagaimana dengan seseorang yang pertama kali memilih di bilik suara. Mengikuti teman saja atau memang paham dengan visi-misi hingga program yang ditawarkan para paslon.

Di tengah kesibukan warung kopi yang identik dengan logo matahari itu, di meja bernomor C3 ada seorang gadis berusia sekitar 18 tahun bernama Nazwa Khairunnisa dengan segelas Es Kopi Susu Sore ditemani Sepotong Roti Bakar Francis.

Ia sedang menatap layar ponsel yang menampilkan platform Instagram. Saat menggulir, muncul konten-konten para paslon bupati dan wakil bupati Berau.

Saat ditanya wartawan mediakaltim.com, gadis yang saat itu mengenakan kerudung berwarna hitam mengaku preferensi pilihannya terpengaruh konten-konten tersebut.

“Karena dari konten-konten yang selalu muncul memang menarik perhatian, ada paslon yang terlihat dengan masyarakat dan juga yang telah melakukan pembangunan,” katanya sembari menunjukkan konten salah satu paslon.

Media sosial memang disebut menjadi sumber informasi utama sejak 2020 lalu. Para influencer atau yang biasa dikenal sebagai selebgram juga ikut mempromosikan paslon andalan mereka masing-masing.

Para pengikut akun instagram mereka tentu bisa terpengaruh dengan ajakan untuk memilih paslon yang dipromosikan. Nazwa juga tak menampik hal tersebut, apalagi seorang influencer itu memang sangat digemari.

“Semisal kaya aku suka sama konten-konten salah satu kreator, otomatis kita juga ngefans sama dia. Nah apa yang dia promosikan kita nilai itu yang bagus,” ucapnya menerangkan dengan ekspresi wajah gembira.

Kampanye Hitam di Medsos jadi Momok

Dengan begitu besarnya pengaruh medsos saat ini juga bisa menjadi senjata melakukan kampanye hitam. Baik menyebarkan berita bohong, fitnah atau informasi negatif yang ditujukan terhadap satu pasangan tertentu.

Bahaya dari kampanye hitam atau dikenal black campaign ini adanya kelompok dengan tujuan pembentukan opini dan rekayasa karakter buruk calon kepala daerah melalui pemaparan data-data yang direkayasa sehingga terlihat valid dan terpercaya.

Hal ini dapat diperburuk dengan karakter orang-orang yang terbiasa mudah percaya tanpa mencari sumber data yang benar dan dengan mudah membagikan postingan yang dibaca.

Kampanye hitam tersebut tentu menjadi momok bagi masyarakat, karena medsos dapat dijadikan sebagai alat kejahatan baru.

Efek negatif yang ditimbulkan dari kampanye hitam ini juga bisa dilihat dari kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014 lalu. Pada saat itu media sosial diramaikan dengan konten yang berisikan isu-isu fitnah, adu domba dan lain sebagainya untuk menjatuhkan citra lawan politik.

Adu Gimik Sri-Gamalis dan Madri-Agus

Para perwakilan tim media paslon Sri-Gamalis dan Madri-Agus mengakui bahwa media sosial menjadi salah satu saluran kampanye mereka. TikTok dan Instagram menjadi platform paling ramai.

Dua platform tersebut dinilai yang paling banyak menarik masyarakat. Akan tetapi, kebanyakan pengguna berasal dari masyarakat di sekitar perkotaan Tanjung Redeb saja.

Mengenai strategi kampanye kedua paslon di medsos, sama-sama berfokus terhadap dua hal, yaitu kampanye positif serta counter kampanye negatif.

Menanggapi aktivitas tim media kedua paslon di pilkada Berau, Ketua Divisi Teknis Penyelenggara, KPU Berau, Samuel B. Sattu mengatakan bahwa kampanye di media sosial pada dasarnya sah-sah saja. Asalkan mematuhi regulasi yang telah ditentukan. “Yang penting tidak melanggar UU ITE,” sebutnya.

Ketua Divisi Teknis Penyelenggara, KPU Berau, Samuel B. Sattu

Dia mengingatkan bahwa pasangan calon wajib melaporkan daftar akun media sosial yang dipakai untuk kampanye. Jumlah maksimal akun media sosial berdasarkan Peraturan KPU 13/2024 serta Keputusan KPU 1363 adalah 20 akun dari masing-masing platform.

“Mereka juga diwajibkan untuk mencantumkan dana yang dikeluarkan untuk iklan media sosial dalam laporan akhir rekening dana kampanye,” paparnya.

Dalam platform Instagram, TikTok hingga Facebook adu gimik antar paslon terus muncul dalam beranda. Keduanya sama-sama membuat konten terkait program yang akan dijalankan.

Untuk paslon Madri-Agus yang kontennya dibuat oleh akun bernama mamabecce di TikTok menawarkan perubahan untuk Berau.

“Butuh perubahan pilih MPAW calon bupati kab.berau,” tulisnya dalam caption dengan tagar menyala abang ku.

Sementara paslon Sri-Gamalis yang kontennya menampilkan persiapan debat publik dalam akun TikTok San_Gun menawarkan berbagai program baru dan yang telah dijalankan selama masa jabatannya.

“Gacor memang 02,” tulisnya dalam caption postingan tersebut dengan tagar sragam.

Peta Akun Media Sosial Beriklan dari Sri-Gamalis dan Madri-Agus

Perusahaan Meta mengeluarkan fasilitas Meta Ads Library yang bisa diakses publik. Melalui situs tersebut, masyarakat bisa melihat akun-akun yang menggunakan fasilitas iklan di platform Meta, termasuk biaya yang dikeluarkan.

Saat Mediakaltim.com menggunakan Meta Ads Library untuk memetakan akun media sosial beserta pengeluarannya yang terafiliasi dengan Sri-Gamalis dan Madri-Agus.

Dari beberapa akun yang memiliki iklan Meta di Kaltim, terdapat dua akun yang menampilkan konten-konten mengenai Madri Agus, serta satu akun yang menampilkan konten-konten mengenai Sri-Gamalis.

Ketika ditotal, pengeluaran yang telah dikeluarkan akun-akun yang terafiliasi dengan Madri-Agus sekitar Rp 128 juta, sementara akun yang terafiliasi dengan Sri-Gamalis berjumlah Rp 2 juta.

Jumlah pengeluaran mereka bak langit dan bumi. Bahkan, pengeluaran terbanyak justru dikeluarkan oleh akun Madri Pani di Facebook, yang mencapai Rp 121 juta.

Narasi dominan yang diiklankan oleh akun-akun terafiliasi dengan Sri-Gamalis banyak menampilkan mengenai kampanye dengan tagline Lanjutkan dan Tuntaskan.

Sedangkan, untuk akun terafiliasi dengan Madri-Agus banyak menampilkan kampanye terkait perubahan untuk Kabupaten Berau.

Membentuk Citra lewat Dunia Maya

Akademikus Ilmu Komunikasi dari Universitas Mulawarman, Silviana Purwanti, menyebutkan bahwa wajar apabila calon kepala daerah memanfaatkan media sosial dalam berkampanye. Media sosial, khususnya yang dinaungi platform Meta, dapat memetakan demografi audiens yang disasar secara tepat. Baik secara usia maupun geografis daerah.

“Tinggal memakai dashboard profesional untuk mendeteksi penyebarannya,” ucapnya.

Akademikus Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, Silviana Purwanti

Akan tetapi, biaya yang dikeluarkan untuk kampanye digital tak bisa semata-mata dilihat dari iklan yang disediakan oleh Meta. Peran buzzer atau pendengung dalam meramaikan kolom komentar konten pasangan calon yang lebih rumit untuk dipetakan juga patut dicermati.

“Pendengung itu, ‘kan, ibarat suara dengung yang kemudian akan memancing kita untuk melihat,” jelasnya. Keberadaan buzzer, sebutnya juga dapat ‘merekayasa’ algoritma sehingga menaikkan konten-konten tertentu.

Ia menegaskan bahwa media sosial hanya dapat memoles citra. Pertemuan secara langsung, sebutnya lebih efektif.

“Calon kepala daerah mesti menyampaikan visi misi mereka secara langsung kepada rakyat, bukan hanya diwakili oleh tim sukses,” tegasnya. (dez)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti