SANGATTA – Pemkab Kutai Timur (Kutim) optimistis investasi di Kutim ke depan semakin diminati oleh investor asing yang telah menaruh kepercayaan terhadap Kutim. Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman mengatakan pada tahun kedua masa pandemi Covid-19, Kutim ternyata masih menjadi surga investasi bagi perusahaan asing atau Penanaman Modal Asing (PMA).
“Kepercayaan investor asing terhadap Kutim telah ditunjukkan dengan adanya realisasi PMA pada tahun 2021 sebanyak Rp 200 miliar menjadi Rp 1,9 triliun. PMA kita tahun 2020 sebesar Rp 1,7 triliun,” Jelas Ardiansyah Sulaiman usai mengikuti Rakornas Investasi Tahun 2021 secara virtual di Ruang Virtual Diskominfo Perstik Kutai Timur, Rabu (24/11/2021).
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Kutim pun mengalami peningkatan selama setahun terakhir. Pada tahun 2020, PMDN Kutim bernilai Rp 1,3 triliun dan mengalami kenaikan yang signifikan pada 2021 menjadi Rp 4,3 triliun. “Investasi tahun 2021 di Kutai Timur ada Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri dan sama-sama mengalami kenaikan,” ujarnya.
Realisasi investasi PMA di Kutim berasal dari beberapa sektor di antaranya pertambangan dan perkebunan yang diketahui merupakan perusahaan asing. Misalkan, PT KPC yang tergabung dengan campuran asing dan dalam negeri, kemudian di dalamnya ada investor dari India dan China.
Selain itu, dalam waktu dekat ini akan ada perusahaan yang memproduksi metanol berdiri di Kutim, yang investornya berasal dari luar negeri. “Sama dengan perusahaan metanol akan ada investor asing dan investor dalam negeri,” ucapnya. Metanol adalah produk turunan dari batu bara.
Melihat nilai investasi Kutim yang tinggi, Pemkab Kutim berupaya untuk meningkatkan potensi ini dengan menarik lebih banyak investor. “Kita ingin naikkan dengan cara kita berusaha menarik lagi itu (investor, Red.) di berbagai sektor terutama perkebunan agar ada di antara mereka yang membuat industri hilirnya,” ujarnya.
Hal ini untuk memaksimalkan hilirisasi hasil perkebunan di Kutai Timur agar barang mentah dapat diolah terlebih dahulu sebelum diekspor ke luar daerah. “Jadi kita berharap ada investor yang berminat untuk masuk mengembangkan hilirisasi sawit misalnya,” tandasnya. (ref/adv)