Catatan: Makmur Marbun
DALAM setiap kesempatan jumpa dengan warga Penajam, saya selalu menyebut kadang dengan cara canda bahwa pintu gerbang Negeri Serambi Nusantara ini ada tiga. Pertama dari arah utara dan berbatasan dengan Kabupaten Paser. Kedua, pintu gerbang IKN dan yang paling strategis, karena pintu gerbang ini berada di kawasan pantai Penajam, yakni dermaga kelotok.
Pantai ini merupakan tempat yang paling tepat untuk menikmati pemandangan pantai, menyaksikan mata hari terbenam menjelang Maghrib dan kota Balikpapan yang gemerlap pada malam hari. Sayangnya kawasan ini kumuh. Coba bayangkan sebentar jika pelabuhan kelotok dan speedboat ini didesain indah dengan ketinggian tertentu maka akan jadi view yang luar biasa indahnya pada malam hari.
Di dermaga Penajam inilah armada kelotok dan speedboat digunakan masyarakat untuk menyeberang dari Balikpapan ke Penajam atau sebaliknya. Walau pun kondisinya tidak manusiawi karena tidak memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan, masyarakat tidak punya pilihan jika ingin ke Balikpapan pasti menggunakan kapal kelotok atau speedboat.
Menurut saya fasilitas pelabuhan ini tidak manusiawi. Tingkat keselamatan dan kenyamanan rendah sekali. Itu sebabnya saya bangga Pemerintah Kabupaten PPU bertekad merevitalisasi. Saya rasa sangat tepat kalau sebagai Serambi Ibu Kota Nusantara, pelabuhan itu memperoleh perhatian dari pemerintah.
Data Dinas Perhubungan, jumlah armada klotok dan speedboat yang beroperasi adalah 40 kapal kelotok dan 56 unit speedboat dengan jumlah penumpang lebih dari 36 ribu perbulan. Sedangkan penumpang speedboat bisa mencapai 100 ribuan karena beriperasi dalam 24 jam. Sedangkan klotok hanya sampai jam 6 sore.
Kedatangan dan keberangkatan setiap bulan lebih dari 36 ribu penumpang dengan keberangkatan dan kedatangan kelotok dan speedboat 6.000 kali. Bahkan dalam satu tahun terakhir mengalami peningkatan hingga 42 persen. Saya belum bisa memastikan apakah peningkatannya akibat pembangunan kawasan Ibu Kota Nusantara di Kecamatan Sepaku atau karena sebab lain. (*)
Pewarta : Robbi Syai’an
Editor : Nicha R