Catatan Rizal Effendi
OTORITA IBU KOTA NUSANTARA (OIKN) sedang membuat sayembara memilih logo IKN. Terbuka untuk seluruh masyarakat Indonesia. Cuma yang perlu dicatat dan diperhatikan waktu memilihnya hanya sampai 20 Mei saja. Masih ada waktu sekitar satu bulan.
Hadiahnya cukup menarik. “Kepada 10 pemenang akan mendapat hadiah masing-masing satu motor listrik dengan tanda tangan Presiden Jokowi,” kata Kepala OIKN Bambang Susantono.
Presiden sendiri melalui Instagram resminya @jokowi, Rabu (5/4) lalu juga secara langsung mengajak masyarakat ikut berpartisipasi. “Seluruh masyarakat Indonesia dapat mengambil bagian dalam pembangunan Ibu Kota #NusantaraKita dengan ikut memilih salah satu dari 5 logo untuk Ibu Kota Nusantara,” tulisnya.
Cara memilihnya dilakukan secara online melalui laman ikn.go.id/pilihlogonusantara. Nanti logo yang meraih suara terbanyak dinyatakan sebagai pemenang. Presiden Jokowi yang langsung mengumumkannya berikut dengan 10 nama yang beruntung meraih motor listrik.
Menurut Bambang, desainer yang logonya terpilih dengan suara terbanyak ditetapkan sebagai logo resmi IKN. Sang desainer berhak memperoleh hadiah dari BNI sebesar Rp 185 juta. “BNI bangga dapat memberikan dukungan pada kegiatan pemilihan logo IKN,” kata Dirut BNI Royke Tumilaar pada acara Kick Off Voting Logo IKN di Jakarta, Selasa (4/4) lalu.
OIKN sejak 4 April sudah merilis 5 logo IKN hasil seleksi yang mereka lakukan. Program ini dilaksanakan OIKN bekerjasama dengan Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) dan Bank Negara Indonesia (BNI). Tidak semua desainer bisa ikut. Karena salah satu persyaratannya minimal punya pengalaman 10 tahun dan pernah mengerjakan proyek identitas visual.
Meskipun begitu, seperti dikatakan Ketua ADGI Ritchie Ned Hansel, pihaknya cukup terkejut melihat antusiasme para desainer untuk berpartisipasi dalam sayembara pembuatan logo IKN. “Luar biasa, semua desainer ingin berkontribusi untuk IKN,” tandasnya.
Pada tahap pertama, ada 500 desainer dari seluruh Indonesia yang masuk. Melalui penyaringan yang dilakukan para dewan kurator ADGI, terpilihlah 10 desainer. Lalu dari 10 karya terbaik itu diajukan oleh OIKN kepada Presiden Jokowi. Hasil dari Istana terpilih 5 finalis utama, yang langsung dirilis kepada masyarakat untuk dipilih salah satu yang terbaik.
Kelima logo pilihan Presiden itu memang karya profesional dan sarat makna. Ada buah kreativitas dari Agra Satria, Aulia Akbar, Dimas Fakhruddin, Ismiaji Cahyono, dan Wildan Ilham. Mereka sangat berpengalaman. Praktisi dan juga dosen.
Misalnya Dimas Fakhruddin. Dia dosen Departemen Industri Kreatif dan Digital Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB), yang juga ketua ADGI Malang. Dalam membuat logo IKN, dia diperkuat satu periset dan copywriter serta dua desainer grafis.
Logo IKN yang dibuatnya mengambil konsep tridaya atau konsep cipta, rasa, dan karsa. Logo itu merupakan gambaran rumah untuk masyarakat. “Maksudnya adalah bisa menciptakan sinergi yang berkelanjutan,” jelas Dimas.
Dalam logonya dia menggunakan tiga warna dasar. Warna hijau sebagai inspirasi utama menggambarkan hutan dan hutan lindung di Kalimantan. Warna emas melambangkan IKN sebagai cikal bakal role model kota dunia. Dan warna jingga sebagai simbol kebersamaan atau sinergi yang berkelanjutan antara stakeholder, masyarakat, dan pemerintah.
Dimas yakin logonya masih relevan sampai 20 tahun ke depan. “Ya kita berjuang keras agar logo IKN benar-benar terasa sampai 2045 nanti,” tambahnya.
Aulia Akbar juga dosen desain grafis di Institut Teknologi Nasional (ITENAS) dan Pixel Ninja. Dia adalah co-founder POT Branding House dan anggota aktif ADGI Bandung.
Makna dan arti logo “Pohon Hayat Nusantara” yang dibuatnya terinspirasi oleh bentuk penghayatan simbolisme pohon dari barat sampai timur Indonesia. Juga sumber kehidupan sekaligus kekayaan hayati yang melimpah di ekologi Indonesia.
Rancangan Nusantara yang dibuat Aulia disuarakan oleh font “IKN Sutasoma” yang terinspirasi oleh aksara Pallawa, salah satu aksara tertua di Asia Tenggara yang ditemukan di Kutai, Kalimantan Timur.
TAK ADA KALTIM
Tidak diketahui apakah dari 500 desainer yang ikut pemilihan logo IKN terdapat peserta dari Kaltim sebagai “tuan rumah” lokasi IKN. Sejauh ini saya tak mendapatkan informasi. Tapi seorang tokoh Dayak Kalimantan di Balikpapan, Dr Abriantinus mengaku sedih dan miris karena tak melihat ada konsep budaya Kalimantan di logo yang terpilih.
“Sebagai seorang pemimpin adat tentu saya berharap seyogianya ada konsep kearifan lokal Kalimantan terlihat dalam logo IKN yang dipilih. Tentu wajar karena IKN-nya ditetapkan Presiden di Kalimantan,” kata Panglima Komando Pengawal Pusaka Adat Dayak (Koppad) Borneo ini.
Dia menunjuk ornamen suku Dayak yang tertera di baju adat, topi, bangunan, patung dan lukisan sebenarnya sangat kuat diangkat sebagai logo IKN. “Selain bernilai seni yang tinggi, juga punya kekuatan magis dari para leluhur,” jelasnya.
Abriantinus menyayangkan tim penilai kurang memperhatikan unsur tersebut. “Kalau bisa direvisi kembali dengan memasukkan unsur kearifan lokal, ornamen Dayak atau unsur asli Kalimantan tanpa menghilangkan unsur kebhinekaannya,” katanya mengusulkan.
Rektor Universitas Balikpapan (Uniba) Dr Isradi Zainal malah tidak sependapat dilakukannya pemilihan logo IKN yang baru. “Harusnya tetap dipakai yang sudah ada karena itu sangat bersejarah,” katanya ketika saya hubungi kemarin.
Dia menunjuk topi IKN yang dikenakannya ketika ke lokasi IKN Sepaku. Di situ tertulis “ikn ibu kota nusantara.” Semuanya ditulis tanpa huruf kapital dengan dasar warna putih. Komposisinya tulisan “ikn” di sebelah kiri dalam ukuran besar dan sebelah kanannya tulisan “ibu kota nusantara” ditulis tiga baris dengan size kecil. “Ini sudah dipakai sejak awal termasuk dalam dokumen-dokumen resmi. Jadi sangat bersejarah dan resmi, karena itu tak perlu ada logo baru,” tandasnya.
Seorang warga di Sepaku mengaku tidak tahu ada pemilihan logo IKN. “Wah, Mas, mana saya tahu? Tapi kalau benar Bapak Presiden Jokowi menyediakan hadiah motor listrik, kalau bisa motornya saja yang dibagi-bagi buat kenang-kenangan kami di sini,” kata Slamet tertawa. (*)