spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Pertikaian Berdarah di Palaran Dipicu Perebutan Lahan sejak 5 Tahun Lalu, Ditembak saat Korban Berusaha Lari

SAMARINDA – Lubis masih sibuk melayani seorang pembeli ketika dikagetkan oleh sebuah teriakan. Laki-laki 45 tahun yang biasa berjualan pentol bakar di sebelah Kantor Lurah Handil Bakti, Palaran, Samarinda, tersebut, segera berlari menuju sumber suara. Nampak dari kejauhan seorang pria terhuyung-huyung menuju kantor lurah.

“Punggung saya tertembak,” kata laki-laki yang terluka itu dengan napas tersengal seperti ditirukan Lubis kepada repoter kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com. Lubis sempat melihat luka yang menganga di belakang tubuh lelaki itu.

Sabtu (10/4/2021) siang kekerasan pecah di Handil Bakti. Laki-laki barusan adalah satu dari enam orang yang tertembak dalam kejadian tersebut. Warga yang mendengar letusan senjata berlarian ke segala arah. Beberapa dari mereka menuju kantor lurah yang hanya berjarak ratusan meter untuk menyelamatkan diri.

Kejadian ini diduga dilatarbelakangi permasalahan kepemilikan lahan. Media ini menemui tiga warga yang mengaku diserang untuk menyusun runtun perkaranya. Tiga warga ini menceritakan kronologi versi mereka seraya meminta agar nama mereka tak ditulis atas alasan keamanan.

Sabtu itu, matahari baru saja merangkak ketika ratusan orang berkumpul di sebuah lapangan sepak bola di Handil Bakti. Warga yang berhimpun mengaku sebagai pemilik ratusan hektare lahan yang berjarak 3 kilometer dari lapangan tersebut.

[irp posts=”12788″ name=”Bentrok Berdarah di Palaran, Dipicu Perebutan Lahan, Satu Tewas Enam Luka”]

Mereka mencari ketua dari Kelompok Tani EJ (inisial kelompok tani) yang belakangan mengklaim kepemilikan di lahan yang sama. Menurut rencana, warga ingin mengajak ketua kelompok tani ke kelurahan setempat. Di kantor lurah-lah, legalitas yang dipegang masing-masing pihak ditunjukkan.

Kumpulan warga lantas didatangi 20-an orang yang mengaku dari Kelompok Tani EJ. Seorang anggota kelompok yang mengenakan topi putih meminta warga bersabar. Laki-laki itu mengatakan, segera memanggil ketuanya. Ketiga narasumber mengaku, punya firasat buruk ketika itu. Seorang di antara warga lantas mengajak mundur ke kantor lurah. Akan tetapi, pria bertopi tadi bersikeras meminta warga bertahan.

Tak sampai 15 menit, masih menurut versi warga, datang lagi 15 orang dari arah pematang. Beberapa di antaranya membawa senapan dan senjata tajam. Letusan terdengar di udara. Ratusan warga yang tadi berkumpul langsung pecah. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.45 Wita.

“Warga ditembaki saat berlari menjauhi kelompok tersebut. Makanya, luka tembak rata-rata di bagian punggung,” ucap seorang dari ketiga sumber tadi.

Peristiwa ini menyebabkan enam orang terluka. Tiga orang adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, tiga lainnya bukan tetapi masih pemilik kebun. Satu orang meninggal dunia, berinisial Bhr, terkena sabetan senjata tajam di leher.

[irp posts=”12822″ name=”Bersembunyi di Sempaja, Pelaku Bentrok di Palaran Ditangkap, Ngaku Gorok Korban dengan Mandau”]

Narasumber media ini menjelaskan, Bhr adalah warga Mangkupalas, Samarinda Seberang, yang turut memiliki tanah di Handil Bakti. Kepolisian tiba di lokasi pada pukul 11.00 Wita atau 15 menit selepas penyerangan. Kepala Kepolisian Sektor Palaran, Ajun Komisaris Polisi Roganda, mengatakan bahwa senjata yang dipakai sejenis penabur berpeluru gotri. Senjata itu sering disebut senapan getel atau shotgun yang biasa dipakai dalam olahraga air gun.

Dalam keterangan terdahulu kepada media nasional, Ketua Umum Persatuan Olahraga Airsoft Seluruh Indonesia (Porgasi), Setyo Wasisto, mengatakan bahwa peluru gotri cukup berbahaya. Jika peluru bulat berdiameter 6 mm yang terbuat dari besi itu ditembak ke dada dari jarak 3 meter, bisa menyebabkan kematian. Daya tekanan air gun memang kuat melontarkan peluru.

Kembali ke Kapolsek Palaran, AKP Roganda membenarkan bahwa berdasarkan keterangan saksi, sekitar 20 orang lebih yang menyerang warga. Para korban yang tertembak telah dilarikan ke Puskesmas Palaran dan RSUD IA Moeis. Sementara korban tewas berinisial Bhr telah dibawa ke rumah sakit pada Sabtu sore.

Empat jam setelah penyerangan, Direktorat Reserse Kriminal Umum, Kepolisian Daerah Kaltim, segera menerjunkan tim buru sergap dari Sub Direktorat III Kejahatan dan Kekerasan. Tim berangkat dari Balikpapan di bawah pimpinan Ajun Komisaris Besar Polisi Agus Puryadi. Sesampainya di Markas Polsek Palaran, tim meminta keterangan sejumlah saksi.

Berdasarkan informasi, tim Polda Kaltim mendapatkan satu nama yang diduga menembak dan menyabetkan senjata tajam. Insialnya AR, laki-laki berusia 53 tahun. AR diketahui bersembunyi di sebuah rumah sewa di Kecamatan Sempaja. Ahad (11/4/2021), pukul tiga dini hari, petugas menemukannya di rumah tersebut.

“Tersangka berhasil kami amankan kurang dari 15 jam,” jelas Kepala Sub Direktorat III Jatanras, Ditreskrimum, Polda Kaltim, AKBP Agus Puryadi.

Di muka aparat, AR yang tinggal di Palaran mengakui perbuatannya. Dia telah menembak secara brutal dan mengayunkan senjata tajam yang menyebabkan Bhr tewas. Senjata tajam yang diduga dipakai AR ditemukan petugas di belakang jok mobilnya. Akan tetapi, petugas belum mendapati senapan penabur.

“Tersangka kami serahkan kepada Polresta Samarinda untuk diperiksa lebih lanjut dan ditahan di sana,” jelas AKBP Agus.

DUDUK PERKARA VERSI WARGA

Tidak banyak warga yang bersedia menyampaikan keterangan disertai dengan identitas ketika media ini menanyakan ihwal sengketa lahan. Yang jelas, sebagaimana disampaikan Ketua Forum Handil Bakti Bersatu, Hairani Effendi, perselisihan ini sudah berlangsung sejak 2016. Hairani mengatakan, Kelompok Tani EJ semula memang berdiri di Kelurahan Handil Bakti.

“Namanya dulu (menyebutkan nama kelompok tani berinisial IJS). Mereka punya lahan sekitar 30 hektare. Sekarang ini, pewarisnya (anak ketua kelompok tani) bilang, lahan milik mereka sampai 3.000 hektare,” terangnya.

Ketua RT 01, Kelurahan Handil Bakti, Abdul Lasa, mengatakan bahwa beberapa warga telah mengadukan sengketa lahan yang terhampar di dekat jalan tol Balikpapan-Samarinda itu. Warga merasa, tanah mereka direbut oleh sebuah kelompok tani. Dari semua aduan, menurut catatan RT 01, lahan warga yang diserobot mencapai 300 hektare.

“Padahal, warga memegang sertifikat dan SPPT (surat pernyataan penguasaan tanah),” terangnya. Sampai artikel ini diturunkan, wartawan masih berupaya mengonfirmasi kelompok tani yang bersangkutan. (kk)

MEDIA KALTIM EDISI 12 APRIL 2021

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti