spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Perjuangan Hidup “Boneka Beruang“ Museum Mulawarman, Kais Rezeki Demi Kuota  Internet Anak

TENGGARONG – Video viral pada Kamis (18/3/2021), diunggah ke media sosial oleh Fauzan Faturahman (30). Memperlihatkan seseorang mengenakan kostum boneka beruang berwarna cokelat, berdiri di pinggir jalan dekat pintu masuk Kompleks Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Video tersebut menuai banyak perhatian warganet. Ramai-ramai mendoakan orang di balik kostum tersebut tetap tegar dan diberikan berkah. Mengingat Museum Mulawarman, lokasinya mengais rezeki, tak beroperasi karena pandemi Covid-19. Kunjungan wisatawan di Tenggarong juga tengah merosot karena wabah yang belum berakhir.

Selang 24 jam, sosok di balik kostum tersebut kembali ramai di media sosial. Setelah satu akun Instagram memperlihatkan bahwa pemakai kostum boneka beruang itu ternyata seorang wanita paruh baya. Jumiati namanya.

Jumiati merupakan seorang ibu rumah tangga. Sehari-hari, mengais rezeki dengan menjadi badut jalanan di Kompleks Museum Mulawarman. Akhir pekan biasanya menjadi waktu paling dinanti, karena umumnya ramai orang-orang berwisata. Meski masih dalam pembatasan pada masa pandemi, Jumiati tetap tak pernah absen. Seperti ketika ditemui kaltimkece.id, jejaring mediakaltim.com pada Minggu (21/3/2021).

BACA JUGA :  Tak Terima Ditegur, Penjaga Konter Bergelut dengan Jukir, Aksinya Terekam CCTV

Jumiati menyadari selama pandemi, kunjungan kawasan wisata tersebut sangat merosot. Bahkan mereka yang datang hanya dalam hitungan jari. Situasi tersebut, jelas jadi pukulan telak bagi perekonomian keluarganya. Mengingat seorang anaknya, juga berjualan suvenir di salah satu kios kompleks Museum Tenggarong.

Kawasan tersebut sudah sejak lama menjadi lokasi keluarganya mengais rezeki. Namun bagi Jumiati pribadi, belum begitu lama ia turun langsung menjadi badut jalanan di tempat ini. Sebelumnya, Jumiati sehari-hari adalah ibu rumah tangga. Baru pada 2017 lalu profesi tersebut dilakoninya.

Semula, kostum boneka beruang yang sehari-hari dikenakannya tersebut, adalah milik anak perempuannya bernama Rahmiyatul Fitri. Anaknya itu juga yang saban hari menjadi badut jalanan di Museum Mulawarman.

Keadaan berubah pada pertengahan 2017. Anak sulung dari pasangan Junaidi dan Jumiati itu mengembuskan napas terakhirnya karena kanker tenggorokan pada usia 27 tahun. Meninggalkan sepasang orangtua dan dua saudara laki-laki.

Sepeninggalan Fitri, peran sebagai badut jalanan dilanjutkan Jumiati. Selain tuntutan ekonomi, dengan ini pula ia bisa merasa dekat dengan anaknya yang telah tiada. Jumiati juga khawatir kostum peninggalan anaknya tersebut rusak jika tak pernah dipakai.

BACA JUGA :  Dinkes Pastikan Kukar Bebas Penyakit Frambusia

Di satu sisi, Jumiati tak punya banyak pilihan. Kebutuhan ekonomi sangat mendesak untuk dipenuhi. Sang suami, Junadi, telah berusia 66 tahun dan sakit-sakitan. Lebih banyak berdiam di rumah di Jalan Kejawi, Kelurahan Kampung Baru, Tenggarong.

Situasi makin pelik karena pandemi Covid-19 membuat pos pengeluaran keluarga bertambah. Anaknya yang paling kecil, masih duduk di bangku kelas II SMP, harus mendapat pasokan paket internet untuk dapat belajar daring setiap hari.

“Dulu suami saya juga sering ikut menjadi boneka badut bersama saya. Kami ‘kan punya dua kostum. Namun sekarang suami tidak bisa ikut lagi karena sedang sakit,” terang Jumiati.

Dengan keadaan tersebut, peran sebagai tulang punggung keluarga, dijalankan oleh Jumiati dan anak laki-lakinya yang setahun belakangan berjualan suvenir di Kompleks Museum Tenggarong. Sehari-hari, Jumiati mengumpulkan rata-rata Rp 30 ribu. Didapat dari pengunjung yang tetap datang meski hanya bisa mengakses halaman dan area luar museum.

Sebelum pandemi, Jumiati bisa mendapat Rp 50—100 ribu pada Sabtu atau Minggu. Namun belakangan, serupiah pun belum tentu ada dalam seminggu. “Berapa pun saya dikasih, saya terima karena tidak ada patokan harga. Cukup bayar seikhlasnya, tidak dibayar pun tidak apa-apa,” terangnya.

BACA JUGA :  Kebakaran Hanguskan Satu Rumah di Klamono 1 Balikpapan

“Walau kondisi saat ini sangat menyulitkan saya dan keluarga, saya merasa bersyukur, dengan pekerjaan yang saya lakukan,” sambungnya.

Keadaan membaik bagi Jumiati dan keluarganya selepas video dirinya viral di media sosial. Beberapa orang yang tidak ingin disebutkan namanya, menyerahkan sejumlah uang untuk membantu. “Sampai-sampai ada yang menyumbang buat saya dari daerah Lampung, Sumatra, dan Kutai Barat,” ungkapnya.

“Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh masyarakat. Semoga virus corona cepat berlalu agar kita bisa hidup normal lagi,” pungkas Jumiati. (kk)

 

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img