spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Perjalanan Rasa : Pecel Rawon, Uniknya Perpaduan Dua Menu Utama

SAMARINDA – Samarinda merupakan kota dengan luas wilayah 716 km persegi. Banyak spekulasi perihal asal mula Kota Samarinda, beberapa mengatakan Samarinda berarti Sama Rendah yang secara geohidrologi berarti permukaan air dan daratan sama rendahnya.

Namun berbeda dengan sosiologi, Sama Rendah merupakan pemaknaan dari rumah-rumah yang berdiri sama tinggi sama rendah. Kemudian mereka tidak memiliki batasan kelas sosial antara para bangsawan serta orang-orang biasa.

Terlepas dari itu, kota yang dibelah Sungai Mahakam ini mempunyai banyak keanekaragaman. Bagaimana tidak, berbagai suku saling hidup-menghidupi secara rukun satu sama lain. Ada kampung Bugis, kampung Jawa, Kampung Banjar, Kampung Toraja, Kampung Madura, Kampung Buton, hingga Kampung Dayak.

Sebagai kota multikultural, Samarinda juga memiliki kekayaan rasa hasil dari perpaduan resep nusantara, salah satunya adalah Pecel Rawon.

Biasanya rawon dan pecel disajikan sebagai menu utama yang terpisah. Rawon sendiri merupakan makanan yang berasal dari Ponorogo, Jawa Timur. Kuah hitam dari kluwek serta aroma yang cukup pekat, jadi ciri khas makanan tersebut. Bahkan rawon juga dinobatkan sebagai makanan sup terenak di dunia.

Sedangkan pecel adalah makanan berbahan utama kacang yang dihaluskan. Biasanya sambal kacang disiram di atas daun-daun rebusan, seperti daun singkong atau daun pepaya. Lalu Peyek jadi pelengkap paling khas dari pecel itu sendiri.

Namun bagaimana jika dua hidangan tersebut dihidangkan di satu piring yang sama. Tentunya itu membuat penasaran lidah para pecinta kuliner di Samarinda.

Di Jalan Gunung Arjuna, Kelurahan Kampung Jawa, Samarinda, ada satu warung pertama yang menyajikan menu pecel rawon. Warung Makan Kali Urip namanya, di situlah kami bertemu dengan Pak Basuki dan Bu Ani, pemilik Warung Makan tersebut.

BACA JUGA :  Beraksi di 15 TKP, Residivis Pencurian Ditangkap di Samarinda saat Nikmati Sabu

Pak Basuki menjelaskan bahwa warung makannya sudah berdiri bahkan sejak ia masih kecil. Dari penuturannya, ibunya sudah berjualan sejak 50 tahunan lalu.

“Waktu saya TK, ibu saya sudah berjualan pecel di daerah sini. Mungkin sekitar tahun 80-an,” jelasnya.

Tak heran tulisan “Warung Pecel Legendaris” terpampang jelas di depan bangunan warungnya. Ibu Tomblok, panggilan ibu Pak Basuki, memang dikenal sebagai penjual pecel di kalangan masyarakat Kampung Jawa. Sudah sedari dulu jadi langganan banyak warga disana.

Seiring waktu berlalu, warung itu diwariskan ke Pak Basuki. Hingga saat ini warung Bu Tomblok masih buka dari jam 6 pagi sampai jam 9 malam dengan menu yang lebih banyak.

Perpaduan Eksentrik Rasa Pecel Rawon

Saya memesan satu porsi pecel rawon yang baru pertama kali saya temukan di Samarinda. Tak butuh waktu lama, sekitar 5 menit pesanan itu tiba di meja saya.

Bu Ani menghidangkan satu piring pecel rawon dan satu mangkuk berisi peyek. Untuk tampilan luar dari makanan ini memang sangat menggugah selera. Betapa tidak, aroma rawon langsung merebak ke hidung saya. Belum lagi tampilan daging dan pecel di atas nasi yang panas. Sungguh rasa penasaran tidak mungkin bisa ditahan.

Di awal suapan mungkin masih terasa asing. Rasa kacang dan kuah rawon cukup berhasil meledakkan mulut saya. Di suapan seterusnya, pecel rawon mulai terasa nikmat. Ada rasa pedas dari pecel dan ada rasa segar dari kuah rawon.

BACA JUGA :  Drama Kelam TPPO, Wanita Dijual oleh Suami dan Rekannya di Hotel Samarinda

Ternyata pecel rawon tidak seburuk yang saya kira. Rasanya unik, campuran antara kuah dan kacang sangat memanjakan lidah saya. Kondisi makanan yang masih panas, menambah selera hingga terus menerus ingin menyuap.

Tidak berhenti di situ, dengan selingan peyek, pecel rawon begitu nikmat disantap. Kemudian rasa dagingnya yang bercampur saus kacang, itu terasa gurih dan enak sekali.

Kesan pertama menyantap makanan ini adalah eksentrik. Siapa yang mengira, ternyata percampuran dua menu itu cocok sekali. Ada rasa lembut dari kuah rawon tapi juga ada tekstur padat dari remahan kacang. Seporsi pecel rawon saya kira bisa membuat para pecinta kuliner Samarinda tergugah oleh rasa yang ditawarkan.

Cerita Di Balik Pecel Rawon Samarinda

Basuki awalnya melihat video di tik-tok bersama ponakannya. Pertama, Basuki merasa heran akan rasa dari dua makanan yang biasanya disajikan terpisah itu.

“Saya kebetulan jual pecel dan rawon, jadi kenapa tidak dicoba,” kata Basuki.

Percobaan Basuki pun membuahkan hasil, ponakannya yang waktu itu pertama kali mencoba langsung menyetujui ide itu. Tak perlu banyak percobaan, Basuki memberanikan diri untuk berinovasi di warungnya.

“Ini salah satu usaha saya berinovasi di warung saya, saya berani bilang, kalau orang yang pertama kali menjual pecel rawon di Samarinda itu disini,” ujar Basuki.

Meski begitu, Basuki juga mengakui bahwa menu ini tidak dicetuskan langsung olehnya. Pecel Rawon pertama kali diketahui berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Ia hanya mencoba melaksanakan ide itu di Samarinda.

BACA JUGA :  4 Rumah di Jalan Abdul Muthalib Samarinda Hangus

“Kebetulan di Samarinda belum ada yang menjual, jadi tidak ada salahnya saya coba,” terusnya.

Sudah setahun lebih menu itu ia jual di warungnya, hasilnya pun lumayan, setiap hari ada saja peminatnya. Belum lagi orang-orang yang penasaran, mereka sengaja datang untuk mencoba pecel rawon secara langsung.

“Sudah hampir dua tahun saya jual, yang banyak membeli biasanya orang-orang cina. Mereka kalau agak malam datang, pasti pesannya itu (pecel rawon),” lanjut Basuki ditemani Ani.

Warung Kali Urip juga menerima permintaan pecel rawon yang tidak ditambahkan daging. Bisa saja diganti dengan ikan, ayam, ataupun telur. Bahkan ada yang hanya minta dikuahi saja.

Basuki juga tidak mengira awalnya kalau pecel rawon punya peminat di Samarinda. Hanya saja ia tetap mensyukuri bahwa inovasinya tetap diterima bahkan sampai dipromosikan oleh banyak foodvlogger di Samarinda.

Kaya Rasa Tapi Harga Sederhana

Untuk menikmati seporsi pecel rawon, pelanggan cukup membayar sebesar 30 ribu rupiah. Satu porsi itu sudah bersama peyek, pecel, daging hingga rawon. Itu belum termasuk minum.

Tempatnya-pun cukup luas bisa menampung 20 orang di dalamnya. Tempat cuci tangan, tisu, asbak disediakan oleh Basuki.

Selain pecel rawon, pelanggan juga bisa memesan pecel saja, rawon saja, atau ayam, ikan laut dan aneka menu lainnya.

Rp 30 ribu per porsi untuk rasa penasaran yang terpuaskan tidak terlalu mahal. Apalagi pecel rawon ternyata bisa memanjakan lidah, bagi para pecinta kuliner Samarinda, tidak ada salahnya untuk mencoba.

Pewarta: Khoirul Umam
Editor : Nicha R

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img