SAMARINDA – Menjadi salah satu komoditi unggulan Kalimantan Timur (Kaltim) tanaman Lada atau Merica sempat menduduki masa kejayaan di era tahun 90-an.
Pada masa itu daerah Loa Janan menjadi salah satu sentra pengembangan tanaman Lada di Benua Etam. Bahkan pada era kejayaan tanaman itu, para pekebun bisa mendapatkan keuntungan yang sangat besar.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Kaltim, Ahmad Muzakkir saat dihubungi, Selasa (28/11) kemarin.
“Saat itu banyak muncul Orang Kaya Baru (OKB), utamanya di daerah sentra pengembangan tanaman seperti di Loa Janan banyak pekebun yang bisa menunaikan ibadah haji dengan hasilnya,” beber Muzakkir.
Kejayaan perkebunan Lada di Kaltim juga ditandai dengan berdirinya pabrik pengolahan Lada dengan merek terkenal yaitu ‘Ladaku’.
“Karena produksi Ladanya yang melimpah dengan kualitas terbaik memiliki cita rasa yang berbeda dengan komoditi Lada daerah lainnya,” ungkap Muzakkir.
“Tetapi seiring dengan berjalannya waktu masa kejayaan itu lambat laun mulai menghilang dikarenakan adanya alih fungsi lahan,” tambahnya.
Kata Muzakkir banyak pekebun yang mengalih fungsikan lahannya menjadi kebun kelapa sawit atau komoditi pertanian lainnya seperti buah naga dan nenas.
Ditambah lagi serbuan Landak Kuning (alat berat tambang batubara) yang membuat pekebun rela menjual kebunnya dengan iming-iming harga jualnya yang sangat tinggi.
Menurut Kepala Disbun Kaltim, upaya dalam mengatasi penurunan luas areal dan produksi komoditi perkebunan tersebut ialah dengan peremajaan kebun rakyat serta melakukan intensifikasi dalam meningkatkan produktivitas.
“Tahun 2023 untuk Lada kita programkan perluasan 100 ha di Kutai Barat, serta intensifikasi 200 ha di berau, samarinda, kukar dan PPU,” tandasnya. (adv/ disbun kaltim)
Editor : Nicha Ratnasari