Beranda OPINI Penggunaan Bahasa Sehari-hari Pada Anak Milenial

Penggunaan Bahasa Sehari-hari Pada Anak Milenial

0
Nurizky Sheren Devany

Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia yang dalam sehari-hari digunakan secara lisan maupun tulisan. Menghubungkan satu sama lain, agar dapat mengerti baik suasana hati, perasaan, apa yang diinginkan dan sebagainya adalah fungsi dasar dari komunikasi begitupun bahasa.

Halnya bahasa indonesia sebagai bahasa negara memiliki fungsi-fungsi sebagai bahasa pengantar antar satu suku, bahasa resmi negara, dan alat penghubung nasional. Oleh sebab itulah bahasa indonesia sangatlah penting sebagai perisai pelindung bagi bangsa dan negara Indonesia agar jati diri nya tidak pudar dan tetap kokoh.

Bahasa Indonesia yang telah kita gunakan selama ini untuk berkomunikasi telah memiliki peran yang penting di berbagai aspek kehidupan. Di dalam kehidupan sebagai generasi milenial dimana banyak terdapat kesempatan untuk meningkatkan komunikasi yang baik, media bermutu dan juga di teknologi digital, penggunaan bahasa sehari-hari terus mengalami perubahan. Hal ini telah ada sejak dahulu, menjadi tradisi turun-temurun dan tentu saja terulang agi pada generasi yang telah berusia 15-30 tahun ini.

Tentu saja, sedikit banyaknya hal ini menimbulkan masalah bagi perkembangan bahasa Indonesia sendiri, situasi saat ini membuat mudahnya bahasa-bahasa asing untuk menginisiasi atau mengubah fungsi bahasa Indonesia menjadi bahasa asing, bahkan di era sekarang banyak terdapat praktik penyisipan kata dalam bahasa asing yang sering terjadi.

Walaupun ada kesamaan dalam bahasa Indonesia, tergantung pada sifat imannya tentu saja perlu ditinjau kembali,. Pada saat ini, pendidikan mengenai bahasa asing yang lebih mudah didapatkan dan alasan kemudahan komunikasi di era milenium ini menjadi alasan utama adanya perubahan-perubahan bahasa Indonesia oleh para kaum milenial terutama remaja.

Kata generasi milenial bahkan menjadi marak saat ini dan semakin banyak diucapkan atau terlihat terutama di media sosial. Netizen (sebutan bagi warga negara yang aktif menjelajahi internet) sering disebut sebagai ‘kids jaman now’.

Bahasa Indonesia Di Era Milenial
Bahasa Menunjukan identitas dari suatu Negara, inilah penggambaran yang sudah ada dalam diri kita sebagai warga negara Indonesia. Bahasa Indonesia bukan hanya merupakan identitas, melainkan juga menjadi bahasa yang berjasa dalam sejarah bangsa indonesia. Namun, semakin berkembangnya zaman, dapat terlihat samar sudah penerapan berbahasa indonesia yang sesuai dengan kaidahnya.

Keinginan untuk belajar logat asing bagi warga kita malah semakin meningkat dan membuat bahasa Indonesia tersingkirkan. Saat ini, sudah masyarakat milenial yang lebih fasih dalam berbahasa asing daripada berbahasa Indonesia sendiri, bahkan ada yang sudah diajarkan bahasa asing dari kecil oleh orang tua mereka, seakan-akan jika kita bisa menguasai bahasa asing akan membuat kita terlihat pintar, keren dan jenius.

Tidak ada yang salah dengan menguasai bahasa asing, tentu saja ini justru sesuatu yang baik dan akan menjadi nilai poin bagi diri namun ada baiknya dibarengi dengan kemampuan bahasa indonesia dan kecintaan akan bahasa Indonesia juga.

Keadaan bahasa indonesia pada era milenial banyak bercampur dengan bahasa-bahasa asing, dilihat dari bagaimana penggunaan berbagai istilah yang muncul entah dari mana yang sering dibuat-buat sendiri lah yang  semakin menghilangkan wujud asli dari bahasa Indonesia sendiri, bahkan tak jarang ada beberapa masyarakat yang baru mengetahui bahasa Indonesia yang benar dari kalimat yang sering mereka ucapkan.

Adanya istilah aneh yang didapat dari pencampuran bahasa indonesia dengan bahasa asing dan pengucapan-pengucapan terkait kosakata di dalam bahasa indonesia sudah banyak bermunculan. Contohnya adalah kata ‘santai’ yang pada saat ini, digantikan dengan kosakata baru yaitu ‘sans’ yang merupakan kata ‘santai’ namun dengan cara pengucapan kata tidak selesai. Serta, masih banyak lagi istilah-istilah kata yang sebelumnya tidak dikenal.

Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar
Penggunaan bahasa yang baik adalah yang harus sama dengan area bahasa itu sendiri. Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penilaian berbahasa yang baik, antara lain:

  1. Orang yang menjadi komunikator ;
  2. Orang yang  menjadi komunikan
  3. Keadaan sekitar yang formal atau nonformal
  4. Hal yang jadi pembicaraan (topik atau masalah).

Dalam berbahasa yang baik dan benar haruslah bahasa yang sesui dengan kaidah yang ada, aturan serta bentuk yang sesuai. Jika halnya berbahasa indonesia yang baku maka sudah seharusnya struktur dari kalimat tersebut sudah mengikuti aturan-aturan yang telah tertulis di sesuai dengan yang tercantum di dalam buku-buku tata bahasa indonesia.

Begitu juga jika menggunakan dialek dari salah satu suku atau lingkungan di daerah seperti contoh dialek Jakarta maka haruslah benar-benar menggunakan dialek bahasa Jakarta layaknya seperti yang digunakan oleh penduduk asli Jakarta.

Meninggalkan atau bahkan melupakan bahasa asli yang telah menjadi tradisi turun temurun bisa memberikan dampak yang besar bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat kita.

Selain hilangnya identitas, dampak negatif yang dirasakan salah satunya adalah berkurang bahkan menghilangnya nilai-nila kesopanan pada remaja kepada yang seseorang lebih tua. Tidaklah sulit di era sekarang, kita menemukan anak-anak remaja berumur belasan tahun yang berbicara atau mengobrol dengan orang dewasa menggunakan kalimat yang terlalu santai, biasa disebut dengan “friendly” oleh anak di era sekarang.

Namun tentu saja hal ini tidak sepenuhnya baik. Hal ini jelas sekali dianut dari budaya barat dan sangat jarang ditemukan pada budaya di negara-negara daerah timur. Hal ini jika dilihat secara jauh ke masa depan, pasti akan merusak bahasa nasional dan menyebabkan hilangnya identitas bangsa Indonesia.

Pentingnya Meningkatkan Minat Berbahasa Indonesia
Banyak cara yang bisa kita lakukan agar remaja kita memilih untuk meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia yang benar, yaitu dengan aksi yang nyata yang dipertegas dari diri sendiri, lalu dibantu oleh masyarakat serta pemerintah.

Hal itu menjadi bagian untuk memulai perubahan baik dari diri kita, masyarakat sekitar dan juga indonesia kita sendiri agar dapat membangun kembali dan memiliki rasa bangga terhadap bahasanya sendiri.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahasa indonesia sendiri menjadi hal terpenting dalam sejarah peradaban indonesia, selai sebagai identitas, dan lambang kebanggaan bangsa indonesia. Oleh karena itu sudah sepatutnya kita menanamkan rasa cinta pada tanah air kita ini.

Pada dasarnya, bahasa Indonesia secara resmi telah digunakan sebagai bahasa negara, sebagai bahasa dalam tingkat nasional, sebagai bahasa yang digunakan dalam transaksi niaga, bahasa pengantar pendidikan serta menjadi bahasa dalam mengembangkan, membina, melindungi dan memanfaatkan IPTEK, seni, dan media massa.

Semakin meningkat Berbahasa yang baik dan sesuai dengan kaidah, maka bahasa kita tercinta ini akan dapat dikenal masyarakat luar. Hal ini dapat menjadi kesempatan besar lam upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia. Maka dari itulah, berbahasa yang baik, bisa kita lakukan mulai dari diri kita terlebih dahulu, kemudian menyebar ke lingkungan sekitar, dan akan semakin luas penggunaannya.

Sumber :

  • Gunawan, Desi. “Bahasa Indonesia.” scribd.com, https://www.scribd.com/document/435934416/Bahasa-Indonesia.
  • “Ragam Bahasa Indonesia Baku – Ragam, Laras, dan Variasi Bahasa.” 123dok,             https://123dok.com/article/ragam-bahasa-indonesia-baku-ragam-laras-variasi-           bahasa.y8pvv35z. Accessed 20 December 2021.
  • Safa’ati, Herlinda Rizqi. “Bahasa Indonesia Di Kalangan Generasi Muda.” DUNIA PGMI, 23 September 2019, https://www.duniapgmi.com/2019/09/bahasa-indonesia-di- kalangan-generasi.html. Accessed 20 December 2021.
  • Wahyuni, Sri, et al. “Penggunaan Bahasa Indonesia DI Kalangan Generasi Milenial –        Nofitasari.” StuDocu, https://www.studocu.com/id/document/universitas-  jember/bahasa-indonesia/penggunaan-bahasa-indonesia-di-kalangan-generasi-    milenial-nofitasari-dkk/13546756. Accessed 20 December 2021.

 Oleh : Nurizky Sheren Devany R. P.; Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Mulawarman

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version