Banyak cerita menarik yang dihadapi Panitia Pengawasan Kelurahan/Desa (PKD) saat mengawasi pencocokan dan penelitian (coklit) oleh Panitia Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP). Seperti dialami Ngieding, PKD Desa Long Wehea, Kecamatan Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur. Perjalanan yang jauh, sulitnya medan yang ditempuh, hingga tak bisa menemui warga yang di-coklit, menjadi tantangan tersendiri.
Minggu, 19 Juli 2020, sasaran pengawasan coklit adalah salah satu wilayah di perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Astra Tbk. Lokasi perkebunannya cukup jauh. Perjalanan harus ditempuh dengan menyeberangi Sungai Wahau yang memisahkan antara Kampung Long Wehea dengan Kampung Long Wehea Seberang. Sungai dengan lebar 135 meter ini memang menjadi satu satunya akses menuju Long Wehea Seberang. Lokasinya tidak bisa ditempuh dengan jalan darat.
Untuk menyeberang ke Long Wehea Seberang, PKD dan PPDP harus menyewa perahu milik masyarakat. Tarifnya, Rp 25.000 untuk satu sepeda motor. Lama perjalanan sekitar 15 menit. Waktu tempuh bisa lebih lama, jika menghadapi arus sungai yang deras.
Setelah sampai di Long Wehea Seberang, kendala dihadapi semakin berat. Wilayah perusahaan yang terdiri dari puluhan afdeling atau satuan wilayah dalam perkebunan, menyulitkan petugas untuk mencari alamat rumah warga yang akan di-coklit. Sementara jarak antara satu afdeling dengan afdeling yang lain adalah 7 sampai 10 kilometer. “Makanya sehari petugas PPDP hanya bisa mencoklit sekitar 1- 2 afdeling saja,” ujar Ngieding Pengawas Desa Long Wehea.
Untuk mengatasi kendala di lapangan, Ngieding banyak memberikan masukan kepada PPDP. Salah satunya berkoordinasi dengan pihak perusahaan agar dapat memberikan informasi tentang keberadaan karyawan perusahaan yang akan di-coklit. “Kami sudah imbau kepada petugas coklit berkoordinasi dengan pihak perusahaan agar bisa memberikan informasi terkait keberadaan karyawan perusahan tersebut,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Penwas Kecamatan Muara Wahau, Aswadi berharap kendala pengawasan yang dihadapi PKD maupun jajaran pengawas di lapangan bisa menjadi pemicu melakukan kreativitas pengawasan. “Salah satunya membangun komunikasi yang baik dengan berbagai pihak, termasuk perusahaan sekitar agar ikut mensukseskan hajatan Pilkada Kutai Timur tahun 2020,” harap Aswadi. (*/nas/red)