BALIKPAPAN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur didukung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terus mengembangkan penerapan ekonomi hijau di wilayah Kalimantan Timur. Pasalnya, hingga bulan November 2022 ini, wilayah Kaltim mampu meraup penghasilan senilai USD 20,9 juta dari World Bank dari penjualan karbon.
Hal ini disampaikan Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni saat membuka kegiatan Desiminasi Kajian Aspek Sosial Demografi dalam Praktik Ekonomi Hijau, di Kota Balikpapan, Kalimantan timur, Rabu (23/11/2022).
Sri Wahyuni menjelaskan, hasil kajian BRIN ini sangat bermanfaat, karena bisa menjadi masukan bagi Pemprov Kaltim yang saat ini tengah menyusun Rencana Pembangunan Daerah untuk periode 2024-2025. Pasalnya, ekonomi hijau harus menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Daerah.
“Kegiatan ini tentu sangat memberikan manfaat dan tentu menjadi masukan bagi kita, yang sedang memetakan Rancangan Pembangunan Daerah untuk periode 2024 – 2025. Bahwa ekonomi hijau harus menjadi bagian dari rencana pembangunan daerah,” ujar Sri Wahyuni.
Selain itu, hasil-hasil dari kajian desiminasi dari BRIN ini juga akan menjadi salah satu tolok ukur bagi Pemprov Kaltim, untuk terus melakukan penajaman dalam menyusun rancangan pembangunan daerah, yang harus melibatkan masyarakat sehingga bisa menghasilkan kebijakan yang berbasis pada ekonomi hijau.
“Hasil dari kajian desiminasi BRIN ini juga akan menjadi sebuah tolok ukur bagi Pemprov Kaltim untuk terus melibatkan masyarakat dalam menyusun suatu kebijakan yang berbasis ekonomi hijau,” jelasnya.
Sri menambahkan, Pemprov Kaltim telah menerapkan ekonomi hijau yang terkait dengan pengurangan emisi karbon. Sebab, Kaltim menjadi satu-satunya daerah yang menjadi pilot project kerja sama dengan World Bank atau Bank Dunia. Kaltim juga sudah mewujudkan komitmen itu yang mana telah menghasilkan perdagangan karbon senilai USD 20,9 juta dari Bank Dunia.
“Hingga November 2022 ini, Kaltim telah menerapkan kebijakan ekonomi hijau yang salah satunya terkait dengan pengurangan emisi karbon. Di mana Kaltim menjadi satu-satunya daerah di tanah air, yang mampu menghasilkan USD 20,9 juta dari perdagangan karbon bersama Bank Dunia atau World Bank,” tambahnya.
Menurutnya, Kaltim menjadi satu-satunya di tanah air yang mampu menyerap emisi karbon terbesar, dan stok karbon di wilayah Kaltim masih memungkinkan untuk dilakukan perdagangan selama beberapa tahun kedepan. (Bom/adv/diskominfokaltim)