PASER– Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Paser tengah mengupayakan penurunan kasus stunting melalui dua intervensi. Pertama, intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung, serta intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
Hal itu dijelaskan Wakil Bupati Paser, Syarifah Masitah Assegaf usai mengikuti Rapat Koordinasi (rakor) penguatan kelembagaan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan progres capaian kinerja penurunan stunting Provinsi Kaltim 2022.
“Upaya-upaya ini dilakukan di semua tingkatan, guna meningkatkan kesadaran publik dan perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting di Kabupaten Paser,” kata Masitah lewat keterangan resmi Minggu (18/12/2022).
Lebih lanjut, termasuk memperkuat konvergensi melalui koordinasi dan konsolidasi program dan kegiatan pusat, daerah dan desa. Selain itu, meningkatkan akses terhadap makanan bergizi dan mendorong ketahanan pangan.
Tak hanya itu, Masitah juga menargetkan agar meningkatkan pemantauan dan evaluasi sebagai dasar untuk memastikan pemberian layanan yang bermutu. Hal itu berdasarkan hasil pencatatan terhadap pelaporan gizi.
“Data riil hasil pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat presentase di Kabupaten Paser tahun 2020 yaitu 15,44 persen, tahun 2021 14,85 persen, dan tahun ini 16,3 persen,” jelas Masitah.
Diketahui, Kabupaten Paser telah menetapkan lokus stunting di 20 desa yang tersebar pada 8 kecamatan yang memiliki kasus stunting terbanyak. Dalam Rangka percepatan penurunan stunting, telah dikembangkan kampung keluarga berkualitas (kampung KB).
“Tahun ini Desa Olung, Kecamatan Longikis masuk dalam 5 besar nasional untuk kampung KB,” pungkas Masitah
Syarifah Masitah Assegaf menyampaikan pula, Rakor juga membahas perihal peningkatan validasi data stunting. Kemudian peningkatan kerjasama penthahelix (pemerintah, masyarakat dunia usaha, perguruan tinggi dan media).
“Dalam pencegahan dan penurunan stunting di kabupaten/kota di Kaltim kita libatkan semua pihak,” terangnya. (rls/bs)