BOGOR – Komoditas kelapa sawit di Indonesia berperan penting dalam mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan, melalui pelaksanaan program mandatory biodsiesel berbasis kelapa sawit sejak tahun 2015. Melalui program tersebut pemerintah dapat melakukan penghematan devisa negara sebesar Rp 122,65 triliun dan berkontribusi dalam mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 27,8 juta ton CO2.
Untuk pelaksanaan mandatory program biodiesel tersebut pada tahun 2023, pemerintah menargetkan dapat memberikan penghematan devisa mencapai US$10,75 miliar atau setara Rp 161 triliun, menyerap 1,65 juta tenaga kerja dan mengurangi emisi GRK sebesar 35 juta ton CO2.
Akan tetapi, keunggulan minyak sawit ini dianggap beberap pihak telah mengganggu eksistensi dari minyak nabati lainnya sehingga menimbulkan persaingan bahkan memicu aksi untuk menahan perkembangan kelapa sawit di Indonesia. Salah satunya adalah kampanye negatif dan kebijakan hambatan perdagangan untuk minyak kelapa sawit.
Menanggapi kondisi tersebut, pemerintah, pengusaha hingga akademisi menggelar focus group discussion (FGD) #SawitBaik di Swiss-Belhotel Bogor, Kamis (2/11/2023).
Tujuan kegiatan ini antara lain menyamakan persepsi kegiatan kerjasama pembentukan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap sawit melalui sistem pendidikan yang berkelanjutan.
Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia, Paristiyanti Nurwardani selaku Ketua Pelaksana FGD mengatakan, dalam hal ini turut melibatkan 47 orang sekaligus menjadi narasumber dan pembahas yang merupakan para ahli/pakar di bidang industri kelapa sawit, ilmu sosial budaya, lingkungan, kesehatan, pendidikan, psikologi, dan komunikasi.
“Peranan tenaga pendidik sangat penting dalam menanamkan sikap positif terhadap sawit sejak dini,” terang Paris–sapaan akrabnya.
Menurutnya, hal ini juga sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.
Direktur Utama PT Daya Mitra Bersama Global (DMB Global) yang juga Ahli Psikologi, Benny Bernardus mengungkapkan bahwa proses membentuk sikap positif tentang sawit perlu dilakukan pada 2 kondisi. Pertama, kondisi pembentukan sikap yang dilakukan sejak usia dini yang belum tercemar oleh kampanye negatif tentang sawit. Kedua adalah kondisi pembentukan sikap pada orang yang sudah memperoleh informasi negatif tentang kelapa sawit.
“Untuk itu dilakukan dengan mengacu pada konsep dasar sikap yang terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif, afektif, dan konatif,” tuturnya.
Sementara itu, Komite Litbang BPDP-KS dan dosen pascasarjana SB-IPB, Bustanul Arifin, juga memaparkan bahwa ada 6 strategi yang dapat dilakukan untuk membangun reputasi sawit Indonesia. Yakni, terkait dengan kecermatan dalam keputusan kebijakan di dalam negeri, adanya konsumsi biodiesel sawit Uni Eropa yang cenderung turun apabila jika gugatan Indonesia ke Uni Eropa tidak dikabulkan dalam sidang WTO.
Strategi lainnya adalah pencarian pasar CPO baru di Asia Timur, Asia Tengah dan lain-lain, pendampingan dan pemberdayaan petani untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, promosi kelapa sawit sebagai investasi masa depan.
“Benchmark untuk membangun diplomasi “sawit baik” juga dapat dilakukan melalui benchmark kepada Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA),” pungkasnya.
Pewarta : Nicha Ratnasari
