SANGATTA – Kondisi sepinya pelanggan di Pasar Induk Sangatta menjadi sorotan Wakil Ketua II DPRD Kutai Timur (Kutim), Prayunita Utami, setelah mendengarkan langsung keluhan para pedagang saat kunjungan kerja pada Minggu (6/10/2024). Para pedagang mengeluhkan penurunan jumlah pengunjung yang terjadi setiap hari, terutama setelah pandemi Covid-19.
Prayunita menilai, penyebab utama sepinya pasar tradisional ini adalah persaingan dengan pasar online yang semakin marak akibat perkembangan teknologi digital. Namun, ia menegaskan bahwa peralihan dari pasar tradisional ke online bukanlah sesuatu yang bisa dihindari.
“Peralihan dari pasar tradisional ke pasar online saat ini memang tidak bisa dicegah. Namun, pemerintah daerah perlu mengambil langkah-langkah inovatif agar pasar tradisional tetap dapat bersaing dan diminati masyarakat,” ujar Prayunita.
Ia menyarankan agar pemerintah daerah segera melakukan perbaikan infrastruktur pasar, termasuk peningkatan fasilitas, penataan ruang, serta penyediaan layanan yang lebih baik. Selain itu, edukasi terkait kebersihan dan kenyamanan di pasar tradisional juga perlu disosialisasikan secara masif.
“Pasar online sering menjadi pilihan karena lebih praktis, masyarakat tidak perlu keluar rumah. Namun, kita bisa berinovasi dengan memperbaiki kualitas pasar tradisional dan memperkenalkan layanan yang lebih memanjakan pembeli,” katanya.
Prayunita juga menyarankan agar pedagang pasar tradisional memanfaatkan teknologi digital sebagai alat bantu untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
“Sekarang akses teknologi sudah memungkinkan pembeli bertransaksi dengan pedagang pasar tradisional tanpa harus meninggalkan rumah. Pedagang perlu beradaptasi dengan perkembangan ini,” ungkap politisi Partai NasDem tersebut.
Ia menegaskan bahwa digitalisasi adalah keniscayaan yang harus dihadapi oleh semua sektor, termasuk sektor perdagangan tradisional. Oleh karena itu, pasar tradisional juga harus mengikuti perkembangan zaman dengan membuka akses penjualan online.
“Penjualan secara online perlu diterapkan oleh pedagang pasar tradisional. Dengan begitu, mereka bisa melayani pembeli secara langsung maupun melalui platform digital,” lanjutnya.
Menurut Prayunita, para pedagang yang menjual makanan dalam bentuk kemasan mengalami penurunan jumlah pelanggan, berbeda dengan pedagang di pasar basah seperti penjual daging dan ikan, yang masih memiliki pembeli setia.
“Penjualan online perlu diintegrasikan dengan transaksi di pasar tradisional agar kedua model ini bisa berjalan beriringan dan tetap melayani seluruh kalangan pembeli,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga kualitas dan higienitas pasar tradisional, sekaligus meningkatkan layanan dengan beradaptasi pada ekosistem digital.
Sebelumnya, salah satu pedagang di Pasar Induk Sangatta, Sri, mengeluhkan penurunan jumlah pelanggan yang semakin parah sejak masa pandemi Covid-19.
“Sejak pandemi Covid-19, pasar mulai sepi. Belum lagi orang-orang lebih memilih belanja lewat online,” tutupnya. (Ref)
Pewarta: Ramlah
Editor: Agus S