SAMARINDA – Tangannya bengkak bekas luka, jaketnya bolong-bolong tergesek aspal, tetapi senyum tetap merekah di bibirnya. Dialah Pak Kusnari, seorang ayah yang rela menempuh jarak jauh menggunakan sepeda motor dari Kutai Barat menuju Samarinda.
Ia ingin melihat anak laki-lakinya dikukuhkan sebagai Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Provinsi Kalimantan Timur di Lamin Etam, Jalan Gajah Mada, Samarinda, oleh Pj Gubernur Kaltim, Akmal Malik.
“Tidak apa-apa, walaupun perih, saya tetap bangga sebagai orang tua,” ujarnya sambil tetap semangat.
Kusnari berprofesi sebagai kuli bangunan, sementara istrinya adalah pedagang jamu. Bisa dibilang, hidupnya sederhana, tapi kesederhanaan tidak lantas membuat keluarganya gagal mengambil peran di hari kemerdekaan.
Aditya Ananda Syahputra, yang masih duduk di kelas 2 Sekolah Menengah Atas (SMA), berhasil lolos menjadi salah satu dari empat orang terpilih dari 140 siswa seantero Kubar.
“Senang rasanya dia bisa terpilih untuk hari kemerdekaan ini,” lanjut Kusnari.
Perjalanan dari Tanjung Isuy ke Samarinda memakan waktu sekitar 8 jam. Ia menggunakan motor Vario, padahal ia tidak cakap menggunakan motor matic. Alhasil, ia sedikit ragu dan takut selama perjalanan.
“Wong biasanya kan kita pakai motor gigi, kalau matic ini saya takut-takut,” jelasnya.
Benar saja, luka di tangannya adalah bekas jatuh di daerah Jambuk, Kubar. Tidak hanya sekali, ia terjatuh dua kali hingga jaketnya pun ikut terkoyak.
“Sudah pijat tadi dua kali, ya saya tidak mau kelihatan pincang di depan anak saya. Jadi saya berusaha tetap seperti biasa,” ungkapnya.
Meski terluka, dirinya penuh rasa bangga. Betapa tidak, ia sendiri tidak pernah menyangka bahwa anak kesayangannya bisa membanggakan keluarga.
Ia sendiri masih asing dengan Samarinda, dan dari pengakuannya, hanya beberapa kali saja ke Samarinda, itu pun hanya sekadar lewat.
“Saya takut tidak menemukan alamat Lamin Etam, jadi saya dari sore memutuskan untuk jalan, daripada nanti terlambat gara-gara tersasar,” kata Kusnari sembari tertawa.
Saat itu, kami bertemu masih pukul 4 sore, sedangkan acara pengukuhan terjadwal jam 8 malam.
Pak Kusnari memilih duduk di sekitar Kantor Gubernur sembari menunggu waktu malam tiba. Ia adalah sosok ayah yang teguh dan penuh rasa sayang.
“Kangen ya pasti, sudah sebulan tidak ketemu karena karantina,” ucapnya.
Demi sang anak, itulah alasan Pak Kusnari. Walaupun ia harus mengambil cuti dari kerja membangun rumah seseorang, ia tetap rela menghabiskan waktu dan terluka demi melihat anaknya memakai seragam kebanggaan.
“Kalau bisa pulang cepat, saya mau pulang cepat. Ini saya sempat-sempatkan. Karena ya saya tetap harus menyelesaikan rumah orang,” lanjutnya.
Terlepas dari kewajibannya, ia begitu sumringah, perasaan campur aduk menguasai benaknya, begitu yang ia sampaikan kepada kami. Sebagai orang tua, sudah sepatutnya meluangkan waktu.
Sebenarnya, ia sendiri agak kecewa, sebab pemerintah provinsi tidak memfasilitasi orang tua Paskibraka soal transportasi.
“Ya seharusnya bisa disewakan travel atau apalah,” harapnya.
Tapi sekali lagi, ia tidak ingin mempersoalkan itu lebih jauh. Sepertinya ia sudah kadung bahagia anaknya terpilih sebagai Paskibraka Provinsi Kalimantan Timur yang akan mengibarkan bendera di Stadion Utama Kaltim, Palaran, Samarinda, pada 17 Agustus ini.
Senyum di bibir Pak Kusnari tak sedikit pun memudar, meski tangannya cukup gemetar menahan rasa sakit. Bangga memiliki Aditya sebagai Paskibraka, tetapi juga bangga Aditya memiliki ayah seperti Pak Kusnari.
Di hari kemerdekaan, memang sepatutnya dihadapi dengan sikap patriotisme dan rasa bangga bahwa Indonesia telah merdeka selama 79 tahun.
“Bangga bisa berguna untuk negara,” tutup Pak Kusnari. (KM)
Pewarta: Khoirul Umam
Editor: Agus S