spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Orangutan Berkeliaran di Jalan, Diduga Tergusur Tambang dan Perkebunan Sawit

SANGATTA – Sebuah video memperlihatkan seekor orangutan berdiri di pinggiran jalan beredar di media sosial beberapa hari lalu. Dalam video berdurasi sekitar semenit itu, orangutan berbulu lebat terlihat kebingungan. Bibirnya tampak tidak normal seperti terluka. Keberadannya di situ menjadi perhatian sejumlah pengendara yang melintas. Bahkan, ada seorang lelaki melemparkan makanan ke dekat satwa ini.

Belum diketahui kapan video itu dibuat. Yang pasti, kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kaltim, Ivan Yusfi Noor, peristiwa terjadi di Kutai Timur. Persisnya di Kilometer 5, jalan poros Kecamatan Bengalon-Wahau atau sekitar 30 kilometer dari Sangatta, ibu kota Kutim.

Sehari setelah video ramai di jagad maya, Ahad, 30 Januari 2022, tim dari BKSDA Kaltim melakukan pemeriksaan di lapangan. Hasil pemeriksaan, beber Ivan, didapatkan sejumlah dugaan penyebab hewan bernama latin Pongo pygmaeus itu keluar dari habitatnya. Dugaan pertama, orangutan muncul di jalanan untuk mencari makan. Dugaan lainnya, mencari pasangan.

Sebagai informasi, sekeliling jalan poros tersebut adalah hutan sekunder. Kawasan ini disebut areal segitiga tepian langsat Sangatta-Bengalon. “Ada populasi yang cukup besar di situ, tapi kami belum tahu angkanya,” kata Ivan kepada kaltimkece.id jaringan mediakaltim.com, Rabu, 2 Februari 2022. Hanya saja, dia memperkirakan, ada lebih 500 ekor orangutan di hutan tersebut.

BACA JUGA :  83 Calon Jamaah Haji di Kutim Siap Berangkat ke Tanah Suci

Selain itu, sambungnya, di areal hutan tadi ada pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Kedua aktivitas ini memunculkan dugaan  lain kenapa orangutan ke luar dari habitat. “Saat tambang dibuka, kebun dibuka, hilanglah sebagian sumber pakannya,” jelasnya.

Meski demikian, Ivan memastikan, belum ada orangutan mati akibat gangguan dari kegiatan pertambang dan sawit. Kalau sampai ada, BKSDA dipastikan meminta pertanggungjawaban dari perusahaan. Mengingat, perusahan memiliki tanggung jawab mereklamasi lubang bekas pengerukan batu bara.

“Kami meminta perusahaan membuat dan menjalankan program yang bisa menjaga orangutan yang hidup di areal kerja tambang,” kata Ivan.

Orangutan ke luar dari habitat bukan kali ini saja terjadi di Kutim. Informasi yang dihimpun kaltimkece.id, orangutan muncul di jalan poros Kutim-Berau pernah terjadi pada 18 November 2021. Kemudian pada 13 Desember 2021, orangutan kurus yang tengah menggendong anaknya muncul di area pertambangan di Kutim. Ada juga seekor orangutan dewasa melintasi jalanan dan masuk Desa Spaso Selatan, Bengalon, Kutim, pada Oktober 2021. Mundur dua bulan sebelumnya, Agustus 2021, seekor orangutan masuk pertambangan juga di Kutim.

BACA JUGA :  Pemerintah Hapus Tenaga Honorer, Sekda Kutim Sebut Masih Dibutuhkan

Ivan menyebut, BKSDA sudah memasang rambu-rambu peringatan di jalanan yang rawan kemunculan orangutan. Upaya ini untuk meminimalisasi hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan orangutan. Ia mengimbau, masyarakat tidak memberikan makanan jika bertemu orangutan.

“Karena bisa membahayakan si pemberi makan dan agar tidak terbiasa. Kalau dia terbiasa (mendapat makan), dia akan sering ke jalan,” ujarnya.

Arif Hadiwijaya berencana ke jalan poros Kutim-Berau pada Jumat, 4 Februari 2022. Tujuanya, mencari penyebab tingginya frekuensi kemunculan orangutan di lokasi tersebut. Gagasan ini muncul setelah Manajer Habitat Orangutan dari Centre for Orangutan Protection (COP) itu berdiskusi dengan BKSDA Kaltim.

Untuk sementara, Arif sependapat, orangutan muncul di Kilometer 5, jalan poros Kecamatan Bengalon-Wahau, karena diduga masalah makanan. Dasarnya, berkaca dari kasus serupa pada November 2021. Saat itu, orangutan muncul di jalan poros Kutim-Berau karena makanan di hutan yang menjadi habitatnya, diduga menipis.

“Makanya, dia sering muncul untuk mencari buah. Kebetulan, pucuk buah banyak dipinggir jalan,” kata Arif.

BACA JUGA :  Masalah Sampah di Kutim Terkendala Armada

Soal kepastian masalah makanan itu menjadi agendanya nanti di jalan poros Kutim-Berau. Selain itu, ia akan memeriksa aktivitas pertambangan batu bara di hutan. “Ada juga kemungkinan habitatnya mulai berkurang. Itu masalah klasik yang terus berlanjut,” sebutnya.

Arif turut membeberkan solusi mengatasi masalah ini. Yakni mencarikan hutan lain jika habitat yang ditempati orangutan sekarang sudah tidak layak. “Kami belum tahu kalau ada pergerakan tambang dan sebagainya di situ,” ungkapnya. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti