spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Museum Etnografi Sendawar: Menjaga Warisan Budaya Dayak di Kubar, Buka Setiap Hari Kerja

KUTAI BARAT – Museum Etnografi Sendawar adalah museum pertama di Kabupaten Kutai Barat (Kubar). Museum ini didirikan berdasarkan Peraturan Bupati Nomor 06 Tahun 2010. Selasa, (28/5/2024).

Museum Etnografi Sendawar menyimpan ratusan jenis koleksi berupa peninggalan etnografi dari enam sub-etnis Dayak di Kabupaten Kutai Barat, yaitu Etnis Tunjung, Benuaq, Bahau, Aoheng, Kenyah, dan Melayu.

Pada tahun 2016, pengelolaan Museum Etnografi Sendawar dialihkan ke Unit Pelaksana Teknis Daerah. Diharapkan, museum ini dapat mendorong kaum muda agar peduli dengan kebudayaan Suku Dayak Kalimantan Timur dan merasa bangga dengan budaya leluhur mereka.

Sejak tahun 2010, museum ini telah dibuka untuk umum. Terletak di belakang kantor Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutai Barat, Jalan Sendawar Raya I, komplek perkantoran Pemkab Kubar, Kelurahan Barong Tongkok, Kecamatan Barong Tongkok.

Kepala UPT Museum Etnografi Sendawar, Yosep Suparno, mengatakan bahwa pengunjung museum sejauh ini masih didominasi oleh kalangan pelajar, selain pengunjung dari luar daerah dan mancanegara.

Menurut Yosep, museum ini juga masuk ke dalam cagar wisata daerah Kutai Barat sebagai tempat edukatif untuk kegiatan rekreasi bagi masyarakat umum. Tidak heran jika museum menyimpan koleksi benda-benda bersejarah sebagai bentuk upaya melestarikan kebudayaan masyarakat Dayak Kutai Barat.

BACA JUGA :  Menuju Tertib Usaha dan Penyelenggaraan, Bupati Kubar Buka Kegiatan Forum Jasa Konstruksi

Terkait jam pelayanan, museum dibuka dari Senin hingga Jumat, sementara Sabtu dan Minggu tetap tutup.

“Ke depan kami upayakan untuk penambahan SDM guna memfasilitasi keinginan masyarakat atau pengunjung, sehingga di hari Sabtu dan Minggu museum dapat dibuka,” terangnya.

Yosep Suparno menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya meningkatkan kunjungan masyarakat ke museum. Baik oleh masyarakat umum, wisatawan, maupun para pelajar dan mahasiswa.

“Puji Tuhan, sejauh ini sudah ada peningkatan kunjungan, mulai dari kelompok masyarakat, wisatawan, dan kelompok pelajar dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi,” jelasnya.

Menurutnya, paling banyak kunjungan terjadi ketika ada kunjungan dari satuan pendidikan atau sekolah, dimana para pelajar sangat antusias ingin mengenal koleksi-koleksi di Museum Etnografi Sendawar.

“Bahkan tidak sedikit tenaga pendidik juga terlibat ingin mengetahui lebih dalam tentang kebudayaan di Kutai Barat melalui koleksi-koleksi yang ada di museum ini,” ungkapnya.

Untuk wisatawan mancanegara, biasanya mereka datang berkelompok, baik sebagai turis maupun peneliti. Terutama mereka yang meneliti seni, budaya, serta kearifan lokal hingga tradisi suku Dayak di Kutai Barat.

BACA JUGA :  3.724 Petugas KPPS di Kubar Siap Bertugas di 532 TPS

Keberadaan museum ini diharapkan mampu menjadi bagian dari wisata edukasi di Bumi Tana Purai Ngerimaan. Apalagi di dalam ruangan Museum Etnografi Sendawar, banyak tersimpan berbagai benda bersejarah dan benda bernilai kearifan lokal turun temurun, peninggalan dari leluhur suku Dayak.

Seperti senjata tradisional, alat menangkap ikan, alat pertanian, alat ritual bersejarah, ornamen-ornamen buatan suku Dayak dahulu, dan masih banyak lagi koleksi yang tersimpan dan tertata rapi di dalamnya,” tutup Yosep Suparno, Kepala UPT Museum Etnografi Sendawar.

Pewarta: Ichal
Editor: Agus S

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img