spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Moda Transportasi IKN Diprediksi Picu Kecemburuan Daerah Lain

SAMARINDA – Kementerian Perhubungan telah menguraikan konsep besar dari moda transportasi di ibu kota negara (IKN). Sistem transportasi IKN yang mengedepankan teknologi cerdas, ramah lingkungan, dan hemat energi dianggap cenderung sektoral. Lebih dari itu, perencanaan belum memuat konektivitas antar-provinsi yang dapat melahirkan kecemburuan dari wilayah sekitar Kaltim.

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, Prof Agus Taufik Mulyono, menilai beberapa visi pengembangan transportasi IKN. Menurutnya, dalam Webinar Sistem Transportasi Cerdas di Ibu Kota Negara: Pembangunan dan Kebutuhan Penerapannya, Selasa, 25 Mei 2021, IKN perlu mengedepankan konsep inklusi sosial yang modern dan transportasi yang humanis.

Lebih dalam lagi, Agus merasa perlu penjelasan lebih detail mengenai posisi IKN. Pemerintah membangun IKN hanya sebagai pusat pemerintahan atau berfungsi sebagai wilayah aglomerasi besar seperti Jabodetabek. Jika seperti Jakarta dan kota-kota satelitnya, IKN tidak bisa sekadar dibangun di Kaltim. Pemerintah harus melihat indikator konektivitas antarwilayah dan provinsi yang meliputi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

“Sekarang memang tidak menimbulkan kecemburuan, tapi saya yakin, 10-15 tahun lagi ada persoalan. Komoditi ketahanan pangan tidak hanya dari Kaltim tapi dari Kalsel dan lainnya,” kata dia. Agus menyarankan, adanya kerja sama pengembangan ekonomi baru antara IKN dengan Kaltim sebagai daerah penyangga. “Kalau tidak ada kerja sama, nanti terlalu membebani daerah itu. Terutama aglomerasi wilayah antarperkotaan antarprovinsi,” sarannya.

[irp posts=”15213″ name=”Bus Amfibi, Bandara VVIP, hingga Kereta Listrik, Membedah Moda Transportasi IKN yang Futuristik”]

Agus menemukan kontradiksi dalam pembangunan IKN. Yang ia pertanyakan adalah IKN yang membangun Kalimantan atau IKN yang dibangun di Kalimantan. Menurutnya, kalau cuma dibangun, berbeda dengan membangun. “Tapi ini tidak bisa dijawab sekarang,” jelasnya.

Pemaparan konsep moda transportasi oleh Kemenhub juga dianggap cenderung sub-sektoral. Agus mengatakan, tidak ada penjelasan konektivitas antarmoda transportasi. Padahal, perlu dipertimbangkan jumlah jaringan dan simpul konektivitas wilayah pendukung moda transportasi.

“Mumpung masih baru, alangkah indahnya dipertimbangkan. Tadi, ‘kan bicara sendiri-sendiri. Baik itu darat, kereta, udara, maupun laut. Tidak ada yang berbicara mengenai pengendalian indeks konektivitas wilayah,” ingatnya.

Sebelumnya, dalam webinar ini, Kemenhub memaparkan sejumlah konsep moda transportasi di IKN. Moda transportasi darat menggunakan konsep jalur listrik (electric road). Kendaraan zero emission seperti autonomous rail transit, light rapid transit, dan bus rapid transit beroperasi di kawasan inti pusat pemerintah (KIPP). Seluruh wilayah IKN dihubungkan dengan kota/kabupaten menggunakan bus tanah air (amphibian bus) dan urban water shuttle bertenaga surya. Dipakai juga intelligent transport system untuk mengatur lalu lintas.

Dua bandara existing yakni SAMS Sepinggan dan Bandara APT Pranoto juga dikembangkan. Landasan pacu kedua bandara diperpanjang. Runway SAMS Sepinggan menjadi 3.250 meter dan APT Pranoto 3.000 meter. Direncanakan juga pembangunan bandara VVIP baru.

Perencanaan turut memuat lima layanan angkutan perkeretaapian pada 2045 di IKN. Kelimanya yakni KA Bandara Sepinggan-KIPP, KA Penumpang Antar-Kota (Trans Kalimantan), KA Barang Antar-Kota (Trans Kalimantan), KA Perkotaan Internal KIPP, dan KA Perkotaan Balikpapan dan sekitarnya.

Vice President Intelligent Transport System Indonesia, Resdiansyah, menyebutkan tantangan implementasi teknologi transportasi cerdas di Kaltim. Menurutnya, kondisi geografis IKN menjadi hambatan dalam perencanaan infrastruktur. Kesulitan yang lain dari implementasi teknologi cerdas adalah sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, dan budaya.

Contoh konkretnya adalah budaya mengemudi dan perilaku pengemudi yang mungkin ditemukan di IKN kelak. Meskipun perencanaannya sudah sangat baik, sistem transportasi cerdas di dalam kawasan perkotaan yang cerdas baru bisa berjalan jika masyarakatnya juga cerdas.

Menanggapi rencana besar moda transportasi di IKN, Gubernur Kaltim, Isran Noor, mengklaim ketersediaan infrastruktur Kaltim sudah memadai. Kaltim yakin, kata dia, pemindahan IKN akan memberikan banyak manfaat kepada daerah. Akses yang lebih merata akan membawa pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa. Konsep pembangunan Jawasentris akan diorientasi ulang menjadi Indonesiasentris. “IKN adalah simbol bangsa dan negara serta menjadi kota percontohan masa depan,” ucap Isran dalam webinar.

Gubernur mengatakan, ada lima infrastruktur existing yang telah dibangun dan akan dikembangkan. Infrastruktur tersebut akan memperkuat akses dan konektivitas IKN. Beberapa di antaranya adalah Bandara SAMS Balikpapan dan bandara APT Pranoto Samarinda. Isran mengatakan, standar dan kualitas kedua bandara akan ditingkatkan untuk menyongsong IKN. Demikian halnya Pelabuhan Peti Kemas Kariangau dan Terminal Peti Kemas Palaran serta Pelabuhan Semayang.

Isran lantas membeberkan bahwa 214 kilometer jalan di Kaltim dalam kondisi sedang. Adapun jalan yang rusak ringan mencapai 101 kilometer, sementara rusak berat sekitar 196 kilometer. Hanya 408 kilometer jalan yang dalam kondisi sangat baik. Tingginya jalan yang rusak, ucap Isran, memengaruhi kuantitas angkutan barang dan manusia dari pusat-pusat produksi.

Gubernur menambahkan, status jalan kebanyakan di bawah kewenangan pemerintah pusat. Isran berharap, pusat bisa memberi solusi seperti peningkatan kondisi infrastruktur Kaltim dan sarana-prasarana moda transportasi alternatif seperti kereta api.

“Banyak hal (yang perlu dibahas) mengenai rencana pembangunan rencana IKN. Terutama, rencana pembangunan sistem transportasi, baik dari IKN menuju daerah lain. Tapi ini adalah kewenangan atau urusan Pak Menhub,” tuturnya. “Tapi Pak Menteri, pada prinsipnya masyarakat Kaltim siap mendukung program apapun yang Bapak rencanakan di sekitar IKN. Terutama transportasi modern yang ramah lingkungan,” tutup Isran. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti