spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Mitra Binaan Badak LNG di Tihi-tihi, Menuju Kemandirian Ekonomi dan Wisata Pesisir Bontang

BONTANG – Di hari Minggu pagi (8/9/2024). Pagi-pagi sekali, tim CSR Badak LNG akan melakukan kegiatan di perkampungan Tihi-tihi, Kelurahan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Tim CSR Badak LNG akan melakukan kegiatan sosialisasi pembuatan dan pemanfaatan sensor kebocoran pelampung pipa FRP di perkampungan Tihi-tihi.

Perkampungan Tihi-tihi merupakan area buffer zone Badak LNG sehingga sering dikunjungi dan mendapatkan program dari Badak LNG.  Minggu pagi itu, tim CSR Badak LNG berangkat ke Tihi-tihi yang dimulai dari tempat boat house penyeberangan kapal. Terletak di wilayah Pantai Marina Badak LNG untuk menggunakan kapal motor speedboat. Tim CSR Badak LNG berangkat pukul 09.15 Wita dan sampai pukul 09.37 Wita. Tim kemudian terlebih dahulu melihat pengerjaan sensor kebocoran pelampung di Bagan Apung program Menara Marina (menuju nelayan ramah lingkungan mandiri dan sejahtera).

Usai mengecek pengerjaan sensor kebocoran pelampung dan mengumpulkan dokumentasi, tim CSR Badak LNG kemudian menuju perkampungan Tihi-tihi yang tidak jauh dari Bagan Apung milik kelompok nelayan untuk melaksanakan program CSR Badak LNG.

Program sosialisasi sedang berjalan, ketua kelompok nelayan Menara Marina Tihi-tihi, Indra ditemui dan menceritakan awal mula Badak LNG memulai program-program CSRnya di perkampungan Tihi-tihi. “Di awal bulan empat (April) 2023, kami mengenal Badak LNG untuk pertama kalinya,” kata Indra, ketua kelompok nelayan Menara Marina Tihi-tihi, Minggu (8/9/2024) lalu.

Indra menceritakan kelompok nelayan Menara Marina merupakan gabungan dari beberapa kelompok nelayan yang ada di perkampungan Tihi-tihi. Ia mengatakan Badak LNG pertama melihat kondisi awal kampung Tihi-tihi. Sebelum CSR Badak LNG masuk dengan program-programnya, belum ada perkembangan dan belum terlihat seperti saat ini.

“Pada bulan empat tahun 2023 itu awal dibentuk kelompok nelayan Menara Marina. Karena belum ada yang memperhatikan kampung di sini,” ungkap Indra dengan rasa bangga.

Indra yang mengenakan baju biru muda, lanjut menceritakan program pertama CSR Badak LNG di Tihi-tihi yakni KAPSURULA. Ia menyebutkan program Kapsurula untuk membuat pelampung yang dibuat sebagai pelampung rumput laut yang bisa bertahan lama dan bertahan hingga 30 tahun lamanya. “Selama ini kita menggunakan botol-botol bekas untuk usaha rumput laut. Kita adakan Kapsurula, bahan-bahan pelampung juga menggunakan bahan-bahan dari pabrik Badak LNG,” terangnya.

Ketua kelompok nelayan Menara Marina, Indra, bercerita tentang awal mula kerja sama dengan Badak LNG. (Media Kaltim/Yahya)

Beberapa program CSR Badak LNG di perkampungan Tihi-tihi seperti Resto Apung, keramba apung dan program bibit usaha rumput laut dari Takalar. Terakhir program Bagan Apung dan kapal wisata.

Indra menjelaskan program Bagan Apung akan diunggulkan menjadi program CSR Badak LNG yang dapat dimanfaatkan masyarakat kelompok nelayan Menara Marina sebagai bentuk kemandirian nelayan di Tihi-tihi. Selain menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, Bagan Apung milik kelompok nelayan Menara Marina menggunakan teknologi canggih seperti sensor kebocoran pipa yang menggunakan Fiberglass Reinforced Plastic (FRP) sebagai bahan ramah lingkungan dan menggunakan teknologi canggih yang dapat mengecek kebocoran dan kemiringan dengan menggunakan gadget (gawai) atau yang dikenal dengan Bagan Apung Jaka Samudra (Jaringan Kawasan Sistem Pelampung Akuakultur Modern Ramah Lingkungan). “Bagan Apung itu sebelumnya hanya menggunakan drum plastik bekas. Dengan program CSR Badak LNG telah diganti dengan menggunakan pipa FRP yang tahan terhadap air laut dan memiliki ketahanan jauh lebih lama digunakan dalam Bagan Apung,” ungkapnya.

Setelah program CSR Badak LNG ada di Tihi-tihi, Indra mengatakan perkampungan Tihi-tihi jauh lebih berkembang dibanding dengan sebelumnya. Beberapa pihak pun telah melirik dengan menjadikan Tihi-tihi sebagai wisata laut di Bontang Lestari. Ia mengatakan pemerintah tergerak untuk melihat Tihi-tihi menjadi wisata.

“Pemerintah mulai melihat dan konsen sejak Badak LNG masuk ke Tihi-tihi akan dijadikan wisata. Sebelumnya, tidak ada wacana Tihi-tihi dijadikan wisata,” katanya.

Sementara, ia mengatakan untuk penghargaan yang didapatkan dari kelompok nelayan Menara Marina, yaitu dapat berkontribusi dengan penghargaan program CSR Badak LNG yang mendapatkan Proper emas di bidang lingkungan. “Karena kita bawakan atas nama perusahaan untuk menggandeng kelompok Nelayan Menara Marina, Badak LNG dapat mempertahakan Proper emas Badak LNG,” sebutnya bangga.

Indra katakan, program pengembangan ke depannya di bidang usaha seperti Bagan Apung dan pembangunan fasilitas di Tihi-tihi agar dapat dibantu. Fasilitas umum yang ada di Tihi-tihi sendiri seperti bank sampah dari Badak LNG, ada posyandu, ada Perpustakaan milik pemerintah, sekolah dan penjemuran rumput laut dari Badak LNG. “Banyak juga fasilitas umum yang ada. Ada juga yang bantuan fasilitas umum dari Badak LNG,” urainya.

Melihat perkampungan Tihi-tihi pertama kalinya atau saat pertama kali menginjakkan kaki di Tihi-tihi disambut dengan gerbang utama dari tempat berlabuhnya speedboat. Disambut dengan tulisan ‘Selamat Datang, Kampung Terapung Tihi-Tihi’. Papan-papan lantai perkampungan dicat dengan warna-warni membuat mata yang melihatnya terkesan indah. Ada papan-papan penunjuk arah di bagian depan sebelum masuk ke perkampungan Tihi-tihi. Juga papan informasi yang dibuat Badak LNG mengenai Community Development Badak LNG yang ada di depan pintu masuk gerbang perkampungan Tihi-tihi. Papan informasi itu memuat program CSR Badak LNG yang menggunakan bahan-bahan non B3 sebagai bahan dalam program mitra binaan yang dilaksanakan Badak LNG.

Halaman depan gapura selamat datang di Kampung Terapung Tihi-tihi, Kelurahan Bontang Lestari. (Media Kaltim/Yahya)

Dengan keberhasilan Badak LNG menjalankan programnya di Tihi-tihi, Indra menginginkan ke depannya Tihi-tihi memiliki tempat penyimpanan perlengkapan wisata dikarena telah membuat informasi mengenai office center terkait perlengkapan wisata. “Akan fokus ke Bagan Apung dulu. Kita juga sudah buat informasi center penyimpanan peralatan wisata,” katanya. Program lainnya, bibit rumput laut bantuan dari Badak LNG yang diberikan sebanyak 1 ton bibit yang dihasilkan dan dibudidaya.

“Kalau rumput laut ada tempat penampungannya. Dijual juga, setelah dikembangkan dan panen, kemudian dijual,” katanya.

Ia mengungkapkan ada sedikit kendala di awal, dengan kesibukan kelompok nelayan saat melaksanakan kerja bakti untuk pelaksanaan program CSR Badak LNG. Kelompok nelayan Menara Marina sendiri terbentuk dari kumpulan kelompok nelayan di Tihi-tihi. “CSR Badak LNG yang bentuk. Begitu masuk program Badak LNG, mereka bentuk kelompok nelayan Menara Marina dari semua kelompok nelayan Tihi-tihi. Di sini kan’ ada lima kelompok yang dijadikan satu sebagai mitra binaan Badak LNG. Berdirinya itu tanggal 20/4/2023 seinggat saya,” ungkapnya mengingat awal terbentuknya kelompok nelayan Menara Marina.

Setelah mengajak Indra berbincang mengenai awal mula CSR Badak LNG memulai program di Tihi-tihi, tim kemudian diajak menikmati hidangan di restoran Apung milik kelompok nelayan. Nama Resto Apung yang dimiliki kelompok nelayan yakni Samudra Rasa yang berada tidak jauh dari perkampungan Tihi-tihi sebagai alternatif wisatawan saat ingin menikmati masakan laut atau seafood olahan kelompok nelayan. Di samping resto apung, ada keramba apung yang dijadikan tempat untuk mengambil olahan seperti ikan, cumi, dan udang yang juga bagian dari program Badak LNG.

Pengembangan Program CSR Badak LNG di Pesisir Bontang

Setelah tim CSR Badak LNG melaksanakan program sosialisasi, kemudian menikmati makan siang di Resto Apung Samudra Rasa binaan Badak LNG yang juga bagian dari binaan CSR Badak LNG. Manager CSR & Relations Badak LNG, Putra Peni Luhur Wibowo saat ditemui dan menceritakan program-program CSR Badak LNG di Tihi-tihi.

Putra Peni Luhur wibowo bercerita mengenai awal mula CSR Badak LNG di Tihi-tihi, Kelurahan Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan, Kota Bontang, Kalimantan Timur. Ia mengatakan Badak LNG selalu melakukan mitra binaan berkelanjutan yang sebelumnya telah dilakukan di beberapa tempat di Kota Bontang. Mitra binaan berkelanjutannya yang ada sebelumnya yakni kelompok Salin Suara di Kelurahan Satimpo untuk bank sampah, kemudian Telihan Recycle di Kelurahan Telihan yang mengelola sampah aluminium non B3 menjadi baling-baling kapal yang pernah mengikuti lomba Posyantek di Lampung dan menjadi juara 1 nasional. Ada juga kelompok Tanjung Mamat Fiberglass mitra binaan di Bontang Kuala yang membuat kapal atau perahu dari limbah non B3 Poliuretan.

“Berkelanjutannya itu dari kelompok mitra binaan yang sudah ada kemudian dilanjutkan di Tihi-tihi. Di Tihi-tihi ini merupakan perkampungan di atas laut yang masih berada di wilayah Bontang Lestari, Kecamatan Bontang Selatan yang masih ring satunya Badak LNG. Kenapa baru tahun 2023 menjadi mitra binaan, karena berawal dari pulau Selangan yang sebelumnya telah dijalankan mitra binaan selama tiga tahun. Kita membina mitra binaan minimal selama tiga tahun sampai exit. Maksudnya exit (sudah dapat mandiri dan sudah tidak tergantung perusahaan) dengan ekonomi meningkat,” ungkap Luhur di sela-sela bercengkrama bersama tim CSR Badak LNG di resto Apung Samudra Rasa, (8/9/2024) lalu.

Luhur juga mengatakan CSR Badak LNG telah memiliki 16 mitra binaan di Kota Bontang, salah satunya perkampungan di Tihi-tihi dengan kelompok nelayan Menara Marina. Motivasi awal dalam membina mitra binaan di Tihi-tihi agar perkampungan atas laut Tihi-tihi dapat maju dan meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. “Mereka juga ingin meningkatkan taraf ekonomi, yang bisa membuat wisata, guest house, dan tempat rekreasi hingga tempat sandar kapal. Dengan meyakinkan masyarakat dan sosialisasi sejak tahun 2023 yang dapat dibantu di Tihi-tihi dengan mengadakan forum grup diskusi. Masyarakat membutuhkan budidaya rumput laut, peningkatan tangkap ikan untuk dijual,” sebutnya.

Selain itu dengan usaha CSR Badak LNG di Tihi-tihi, terus berupaya melakukan peningkatan budidaya rumput laut dengan bekerjasama bersama dinas terkait seperti Dinas Ketahanan Pangan, Perikanan dan Pertanian dan Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Bontang untuk tujuan pengembangan wisata. Bekerja sama dengan Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar di Sulawesi Selatan untuk budidaya Rumput Laut.

“Kita beli bibitnya rumput laut dari sana (Takalar) penghasil rumput laut yang besar. Selama ini nelayan hanya menggunakan botol plastik sebagai pelampung rumput laut yang dapat menghasilkan mikroplastik akibat degradasi. Pada tahun 2023 itu, kami punya inisiatif membuat KAPSURULA (Kapsul Pelampung Rumput Laut Ramah Lingkungan) yang terbuat dari poliuretan yang dibungkus fiber, itu yang kami inovasikan. Karena telah terbukti dapat bertahan lebih kurang 40 tahun yang dapat digunakan dan bertahan dengan kondisi air laut,” terang Luhur bercerita.

Ia mengatakan beberapa program yang dibuat dan dikembangkan CSR Badak LNG seperti bank sampah di Tihi-tihi, keramba tancap, mengembangkan resto Apung bagi wisatawan yang datang ke Tihi-tihi. Pada tahun 2024 ini, Luhur mengatakan objek wisata yang telah dikembangkan dengan melakukan sertifikasi snorkeling dengan pelatih tersertifikasi. Selain keramba tancap, ada juga keramba apung yang digunakan dari pelampung.

“Tahun ini (2024) apa yang bisa diinovasikan di Tihi-tihi yakni Bagan Apung. Ini masih terus berlanjut. Bagan Apung ini juga menjadi mimpi masyarakat Tihi-tihi yang dapat menambah penghasilan dari tangkapan ikan masyarakat. Inovasi Bagan Apung menggunakan pipa FRP non B3 yang dapat bertahap dengan kondisi air dan ombak di laut. Pelampung pipa FRP menggunakan teknologi sensor kebocoran yang dapat mendeteksi kebocoran air yang dijadikan peringatan di telepon seluler,” jelas Luhur.

Bagan Apung yang dibuat CSR Badak LNG ini merupakan program berkelanjutan pada mitra binaan Badak LNG di Tihi-tihi yang dapat digunakan nelayan untuk menghasilkan tangkapan ikan yang lebih banyak dari pada dengan cara tradisional. Dengan cara menjaring atau dengan cara tradisional lainnya. Bagan Apung juga menjadi tempat untuk kelompok nelayan untuk bergantian dalam menggunakan Bagan Apung sebagai tambahan penghasilan menangkap ikan.

“Bagan Apung juga menggunakan solar cell (sel surya) dalam keperluan listrik. Ini sudah menjadi ramah lingkungan dengan hemat energi. Kelompok nelayan saling bekerja sama dalam menggunakan Bagan Apung. Harapannya, dengan pengelolaan nelayan ini, dapat membuat Bagan Apung sendiri sehingga tidak hanya memiliki satu Bagan Apung saja. Kelompok nelayan semakin sejahtera. Itu yang kita inovasi pada tahun ini,” kata Luhur.

Selain peningkatan ke kelompok nelayan, Luhur juga menyebutkan pengembangan wisata di Tihi-tihi dengan berkolaborasi dengan perusahaan lainnya dan stakeholder hingga pemerintah. Pegembangan wisata di Tihi-tihi juga ingin ditingkatkan agar Tihi-tihi dapat menjadi tujuan destinasi wisata di Kota Bontang. “Akan ada FGD lagi, bagaimana pengembangan wisata yang dibutuhkan. Pembuatan guest house yang akan dibangun secara berkolaborasi dengan perusahaan lainnya,” ungkapnya.

Luhur mengatakan dengan 99 Kepala Keluarga (KK) yang tergabung dalam kelompok nelayan yang ada di Tihi-tihi dapat meningkatkan perekonomian keluarga. Juga bekerja sama dalam memperkenalkan Tihi-tihi sebagai desa wisata binaan Badak LNG. Dengan harapan ke depannya melalui mitra binaan berkelanjutan Badak LNG, bukan hanya Badak LNG yang mendapatkan bentuk positif, namun juga masyarakat yang terlibat dan pemerintah serta perusahaan yang berkolaborasi bersama Badak LNG.

Panen rumput laut dan pengenalan KAPSURULA oleh kelompok nelayan Menara Marina di Tihi-tihi. (Media Kaltim/Yahya)

Dukungan Pemerintah Kota Bontang dalam Program CSR Badak LNG

Dukungan pemerintah juga terus dilakukan kepada program binaan Badak LNG di Tihi-tihi. Promosi Tihi-tihi juga terus dilakukan pemerintah Kota Bontang. Dinas terkait telah mengambil bagian dalam kemajuan Tihi-tihi dengan pembangunan fasilitas air PDAM dan pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Wakil wali Kota Bontang, Najirah memberikan tangggapannya terkait adanya program-program mitra binaan Badak LNG di Tihi-tihi seperti program KAPSURULA. Di mana Kapsurula ini memiliki fungsi ganda yakni sebagai pelampung untuk budidaya rumput laut dan kedua alat navigasi jalur trasportasi di wilayah laut Tihi-tihi.

“Saya mengapresiasi inovasi Kapsurula untuk mencegah pencemaran botol plastik di laut,” kata Najirah waktu lalu, dikutip dari dokumen Badak LNG.

Penulis: Nur Yahya
Editor:  Agus S

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti