spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Minim Penerangan dan Bergelombang, Kritik Wakil Rakyat dan Akademisi soal Kondisi Tol Balsam

Meskipun jalan tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) telah beroperasi penuh, masih ada beberapa hal yang mengganjal. Mulai masih ada jalan yang belum mulus, ketiadaan penerangan di beberapa titik, hingga tarif yang dianggap tinggi. Padahal, infrastruktur ini diyakini membawa dampak ekonomi yang besar bagi Kaltim.

Pada Senin (6/9/2021) sore, PT Jasamarga Balikpapan-Samarinda (JBS) mengadakan sosialisasi dan edukasi pengoperasian tol Balsam di aplikasi Zoom, YouTube, dan Instagram. Sejumlah kalangan hadir mulai pemerintah, pelaku swasta, hingga akademikus.

Pemaparan pertama disampaikan Ketua Badan Pembina Yayasan Pendidikan Tinggi Dharma Wirawan Kaltim, Universitas Balikpapan, Rendi Susiswo Ismail. Ia menilai bahwa kehadiran jalan tol membawa dampak positif yaitu ketahanan pangan Kaltim makin baik. Tol sepanjang 98,35 kilometer itu disebut memudahkan mobilisasi pangan. Walaupun, kata Rendi, masih ada sejumlah masalah di jalur bebas hambatan tersebut.

Sejumlah titik jalan di Tol Balsam, sebut Rendi, masih ada yang bergelombang. Selain itu, beberapa kawasan masih gelap karena belum ada penerangan jalan. “Semoga ini bisa menjadi perhatian pengelola,” harap Rendi.

Ketua Umum Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD Hipmi) Kaltim, Bakri Hadi, juga memberikan pendapat. Menurutnya, kehadiran tol Balsam menciptakan peluang bisnis atau industri baru. Contohnya bisnis perumahan berskala menengah ke bawah. Tol ini terhubung sejumlah fasilitas seperti Bandara Sultan AM Sulaiman, Bandara APT Pranoto, Kawasan Industri Kariangau, hingga pelabuhan peti kemas di Kariangau dan Palaran. “Bagi pengusaha, hal ini sangat menguntungkan terutama sektor properti,” jelas Bakri.

BPD Hipmi Kaltim tidak mempermasalahkan tarif tol. Harga tersebut dianggap wajar karena pembangunan dan perawatan tol membutuhkan biaya besar. Keefektifan dan efisiensi waktu menjadi alasan berikutnya. Menggunakan tol, kata Bakri, jelas lebih aman dan cepat sehingga harga bukan masalah besar. Tapi, ia sadar, tidak semua orang bisa menganggap tarif tersebut lumrah.

“Sebagian orang, seperti pengusaha travel atau taksi, tarif Rp 86 ribu itu pasti cukup tinggi,” ulas pria kelahiran Sangasanga, Kutai Kartanegara, ini.

Suara selanjutnya datang dari Iwan Wahyudi, anggota DPRD Balikpapan. Iwan menyampaikan sejumlah keluhan warga yakni penerangan jalan dan jalur yang belum mulus. Iwan juga berharap, stasiun pengisian bahan bakar umum dan pusat kuliner bisa dibangun di jalan tol yang menelan biaya pembangunan Rp 11,89 triliun itu.

“Kami juga berharap, pemerintah mengkaji ulang besaran tarif tol Balsam karena masih memberatkan sejumlah masyarakat,” pinta wakil ketua Komisi IV, bidang Pendidikan dan Kesejahteraan Rakyat.

Secara umum, Rendi, Bakri, dan Iwan, kompak bersyukur atas terbangunnya tol Balsam. Terima kasih yang besar mereka sampaikan kepada Awang Faroek Ishak, Gubernur Kaltim periode 2008-2018. Berkat gagasan Faroek, masyarakat Kaltim kini bisa menikmati tol.

Menjawab keluhan tarif, Asisten II Bidang Perekonomian dan Administrasi Pembangunan, Setprov Kaltim, Abu Helmi mengatakan,  sudah ada pengkajian. Menurut Abu Helmi, hasil kajian menunjukkan bahwa tarif saat ini disebut bahkan tidak mengembalikan modal pembangunan dan perawatan Tol Balsam.

“Tetapi, demi pelayanan kepada publik, pemerintah tetap membangun tol ini,” terang Abu. Atas nama Pemprov Kaltim, ia menghaturkan terima kasih kepada pemerintah pusat dan PT JBS yang sudah ikut serta merampungkan pembangunan seksi I dan V tol Balsam.

Direktur Utama PT Jasamarga Balikpapan-Samarinda, Jinto Sirait, membeberkan sejumlah rencana pembangunan untuk masa depan tol Balsam. Dia menyampaikan bahwa program gratis penggunaan seksi I dan V Tol Balsam sudah tidak berlaku lagi terhitung Rabu, 8 September, pukul 00.00 Wita. Seluruh pengendara yang masuk dari pintu mana pun akan dikenakan biaya.

Mantan Direktur Operasi Jalan Tol Cinere-Jagorawi, Depok, itu, juga memaparkan jumlah pengguna seksi I dan V Tol Balsam. Setelah diresmikan Presiden Joko Widodo, kedua seksi tersebut dilewati 7.000 kendaraan pada Rabu, 25 Agustus 2021. Jumlah tersebut meningkat pada Sabtu dan Minggu, 28-29 Agustus 2021. Pada kedua hari itu, jumlah pengendara menembus 10.000 pengguna.“Boleh dikatakan, masyarakat Kaltim sangat antusias dengan kehadiran tol ini,” ucap Jinto.

Dia mengakui, sejumlah titik di Tol Balsam masih minim penerangan. Contohnya di Kilometer 36 kawasan Samboja, kemudian beberapa titik di seksi I dan V atau kawasan Manggar (Balikpapan Timur) dan Karang Joang (Balikpapan Utara). Jinto menyampaikan bahwa pembangunan fasilitas penunjang Tol Balsam masih terus dilengkapi.

“Tentu, ini menjadi evaluasi bagi kami. Nanti, bisa saja kami tambah penerangan jalan,” terang peraih Magister Teknik Sipil, Universitas Indonesia. PT JBS juga berencana membangun SPBU dan beberapa pusat kuliner di rest area Kilometer 36. Tol Balsam dari Kilometer 16 juga direncanakan dibangun sampai ibu kota negara di Penajam Paser Utara. (kk)

spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
16.4k Pengikut
Mengikuti