ADA Dirut Bank Kaltim (sebelum menjadi Bankaltimtara) yang sangat populer. Namanya adalah Drs H Abdul Madjidhan. Dia menjadi pemimpin di bank milik daerah itu sejak masa pemerintahan Gubernur Erry Soepardjan.
Pak Madjidhan pada awal tahun 70-an bekerja sebagai direktur PT Maritim Timber & Industries. Perusahaan kayu milik Mustafa Kemal. Gubernur Abdul Wahab Sjahranie yang menariknya menjadi pegawai Pemprov Kaltim. Dia ditempatkan sebagai kepala Bagian Pemasaran Hasil Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim hingga Desember 1979.
Setelah itu, pada awal Januari 1980 Gubernur Erry Soepardjan memercayainya sebagai direktur III Bank Kaltim. Atas pertimbangan teknis, dia juga merangkap jabatan sebagai direktur utama hingga memasuki masa pensiun tahun 1991.
Saya hanya sekilas mengenal Pak Madjidhan. Saya masih kuliah meski sudah mulai menjadi wartawan. Yang saya ingat, penampilan lelaki kelahiran Pangkalan Bun, Kalteng ini gagah dan keren. Rumah pribadinya di Jl Juanda sangat eksklusif. Sesekali Pak Madjidhan dengan gagahnya mengendarai mobil antiknya keliling kota. Dia mengenakan baju loreng. Jadi penampilannya lebih jreng.
Bank Kaltim saat itu juga lagi berkembang. Maklum di masa banjir kap alias era eksploitasi hutan besar-besaran. Banyak orang kaya mendadak dan banyak menyimpan uangnya di bank. Selain juga banyak yang meminta kredit untuk mendirikan pabrik plywood.
Setelah pensiun tahun 1991, dia bersama anak istrinya hijrah ke Ibu Kota. Dia kembali ke bisnis kayu menjadi presdir Rimba Segara Lines. Sekali-sekali pulang ke Samarinda untuk melepas rindu dengan sanak keluarga dan kolega. Beliau meninggal dunia di Jakarta, 24 Februari 2015 dalam usia 84 tahun.
Istri Pak Madjidhan, Hj Srie Asniwati, Sabtu (18/5) lalu merayakan milad ke-77 di kediamannya, Jl Pinang Merah 5 SC 6, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tampak ceria dan bahagia. Dia ternyata wanita kelahiran Balikpapan, 18 Mei 1947.
Mata Bu Srie berkaca-kaca ketika para kerabat yang hadir menyanyikan lagu Happy Birthday to You dan Selamat Ulang Tahun. Di sela tepuk tangan dan ciuman, dia juga didaulat meniup lilin kue ultah. “Makasih, makasih,” katanya penuh bahagia.
Ketiga anaknya, Dhini, Inna, dan Adhi juga hadir. Mereka semua sudah berkeluarga. Dhini (Ramah Dhini) menikah dengan Jan Wilhem Grythe, tinggal di Oslo, ibu kota Norwegia. Suaminya orang pemerintahan di sana dan pernah menjadi wakil dubes di beberapa negara Asia. Dhini-Grythe dikaruniai satu anak, Selina Alexandra Grythe.
Setahu saya, Oslo adalah kota layak huni di Eropa, tapi biaya hidupnya termahal kedua di dunia setelah Tokyo. Oslo didesain menjadi ibu kota pertama di dunia yang memakai sistem transportasi umum serba listrik. Tujuan mereka agar Oslo menjadi kota bebas emisi pertama di dunia pada 2030 mendatang.
Peristiwa terkenal dari sini di antaranya Perjanjian Oslo yang menghasilkan pengakuan Israel oleh PLO dan pengakuan PLO oleh Israel sebagai wakil rakyat Palestina. Oslo juga dikenal sebagai tempat penyerahan anugerah Nobel Perdamaian.
Inna (Amalia Medina) menikah dengan Archibaid Hugh Fraser dikaruniai satu putri. Yaitu Andina Firassha Zahra. Mereka tinggal di Sydney, Australia. Suaminya pengusaha di kota tersebut. Sydney adalah kota terbesar di Negeri Kanguru. Dijuluki “the Harbour City.” Bangunan terkenalnya Sydney Opera House dan Sydney Harbour Bridge. Saya pernah ke sana nonton Sydney Open, pertandingan tenis pemanasan sebelum Australia Open di Melbourne.
Sedang Adhi lengkapnya Gautama Adi Dharma, jadi pengusaha cafe di Jakarta. Hasil perkawinannya dengan Deviana Doana, mereka dikaruniai 2 putra. Yaitu Ananda Muhammad Mikail dan Muhammad Ihsan.
Untuk bernostalgia suasana di Samarinda, Bu Srie Madjidhan sengaja menjamu tamu dan kerabatnya dengan makanan khas Kaltim. Di antaranya nasi kuning iwak haruan dan juga nasi kebuli. Lalu mereka diberi cenderamata tas purun cantik dari Banjar berisi sajadah dan mukena.
ADA TETENG DAN DENDI
Selain anak dan cucu, datang juga sejumlah kerabat. Di antaranya Dr Hj Meiliana alias Bu Mei, mantan Plt Sekdaprov Kaltim. “Aku berteman dengan Bu Madjidhan sejak tugas di protokol,” jelasnya. Bu Mei sempat bertemu Bu Itje, istri mantan kepala Bank Bumi Daya (BBD) Samarinda, Yusuf Hadi.
Direktur Kredit Bankaltimtara Siti Aisyah yang akrab disapa Bu Aay juga hadir. Dia menyampaikan salam dari Dirut M Yamin dan semua keluarga besar Bankaltimtara. “Kami mendoakan Ibu selalu sehat mendapat berkah dari Allah,” katanya.
Bu Aay salah satu eksekutif bank daerah terbaik. Dia dianugerahi “Top 100 Most Outstanding Women 2023” oleh Majalah Infobank karena dinilai memberikan kontribusi terbaik kepada institusi tempatnya berkarier.
“Para pimpinan Bankaltimtara terdahulu termasuk Pak Madjidhan memberi motivasi dan inspirasi bagi kami yang mendapat tugas mengembangkan Bankaltimtara di masa sekarang dan ke depannya,” kata Bu Aay bersemangat.
Datang juga sesepuh Kaltim di Jakarta. Dia adalah Syaiful Teteng, mantan sekprov Kaltim tahun 1997-2008 di era Gubernur Soewandi, HM Ardans, Suwarna AF sampai Awang Faroek Ishak.
Perjalanan karier Pak Teteng cukup menarik. Dia sempat berseteru dengan Awang Faroek ketika dia diberhentikan sebagai sekprov sebelum turunnya SK Pemberhentian dari Presiden. Teteng melawan karena menganggap tidak sesuai aturan. Tapi Awang juga ngotot dan menunjuk Asisten Ekonomi Pembangunan Sulaiman Gafur sebagai Plt.
Ketika masih menjadi mahasiswa Universitas Mulawarman, dia bersama 4 mahasiswa lainnya termasuk saya sempat ditahan 12 hari oleh Laksusda Kodam VI/MW di Balikpapan. Itu buntut melaksanakan aksi demo di kampus Jl Flores menentang Orde Baru.
Pada saat berakhirnya masa jabatan Yurnalis Ngayoh sebagai gubernur Kaltim 25 Juni 2008, Teteng ditetapkan sebagai Pelaksana Harian (Plh) Gubernur Kaltim selama 8 hari (25 Juni 2008-3 Juli 2008) sebelum Presiden melantik Tarmizi Abdul Karim sebagai Penjabat (Pj) Gubernur selama 5 bulan lebih.
Mantan Danrem 091/ASN Brigjen TNI Dendi Suryadi juga datang memberikan ucapan selamat. Dendi saat ini digadang-gadang menjadi calon bupati Kutai Kartanegara (Kukar). Dia memang bubuhan etam, yang diharapkan memenangi Pilbup Kukar 2024.
Ada juga Awang Bahrin, mantan Dubes Indonesia di Ankara, Turki. Merangkap juga Azerbaijan. Tampak masih segar. Dia bertugas di sana 2006 sampai 2010. Kalau tidak salah, ayahnya, Awang Bari pernah menjadi kepala Kantor Perwakilan Kaltim pertama di Jakarta.
Turki secara resmi bernama Republik Turki (Turkiye Cumhuriyeti). Presidennya saat ini Recep Tayyip Erdogan. Mustafa Kemal Ataturk sangat terkenal sebagai Bapak Turki Modern. Sangat menginspirasi Bung Karno dalam perjuangannya. Turki adalah negeri indah, yang berideologi sekuler.
Saya lihat ada juga teman sekolah di SMEA Samarinda yang hadir. Dia Johan dan istrinya, Yati. Pensiunan dari Kantor Imigrasi. Terkadang saya lihat penampilannya di grup WA mirip ustaz. Ada Syafei Dahlan, putra sulung almarhum Oemar Dahlan, wartawan tiga zaman di Kaltim. Syafei sudah purnatugas dari Kantor Pemprov DKI Jaya.
Rencananya Minggu (26/5) depan digelar halal bihalal Kerukunan Masyarakat Kaltim di Jakarta. Acaranya berlangsung di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat. Mulai pukul 08.00-14.00. Pengundangnya Isran Noor sebagai ketua pembina, Fauzie Darwis sebagai ketua Yayasan Bina Ruhui Rahayu dan Zainul Arifin sebagai ketua panitia.
Suasana milad Bu Srie Madjidhan menjadi ramai karena juga disediakan keyboard musik. Bu Mei langsung menyanyi. Salah satunya lagu Rungkad. Bubuhannya langsung berjoget ria. Awang Bahrin juga jago menyanyi. Banyak lagu-lagunya di Youtube. Termasuk Inna, putri kedua Bu Srie. Mat Milad Bu Srie. Nenek yang sehat dan bahagia selalu. (*)
Catatan Rizal Effendi