SAMARINDA – Pulau Kakaban di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur (Kaltim), menyimpan keajaiban alam yang tak tertandingi oleh negara lain. Di tengah perairan jernihnya, terdapat koloni ubur-ubur purba tanpa sengat yang telah bertahan selama jutaan tahun, menjadikannya sebagai daya tarik global yang mengagumkan.
Namun, keindahan alam ini perlu dijaga dengan baik agar tetap lestari. Konsep ekowisata, menurut Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim, Sri Wahyuni, bukan hanya soal menarik wisatawan, tetapi juga tentang edukasi dan pelestarian alam.
“Ekowisata tidak hanya daya tarik, tetapi juga memiliki cerita di baliknya. Ada nilai sejarah dan edukasi yang harus dipahami pengunjung,” ujarnya saat Marfish Seminar Series 01 di Universitas Mulawarman beberapa hari lalu.
Ubur-ubur Kakaban adalah contoh nyata bagaimana keunikan alam dapat menjadi daya tarik global. Seperti halnya moluska di Maluku, ubur-ubur tanpa sengat di Kakaban memiliki nilai ilmiah dan konservasi tinggi, bahkan berpotensi menjadi bagian dari jaringan geopark dunia.
Namun, pesona ini juga menghadapi tantangan. Banyak destinasi ekowisata di dunia memberlakukan pembatasan kunjungan, termasuk Nepal yang menerapkan seleksi ketat bagi wisatawan. Konsep ini, menurut Sri Wahyuni, bisa diterapkan di Kakaban demi menjaga keseimbangan ekosistem.
“Bayangkan, di Nepal, orang harus menunggu lebih dari tiga bulan untuk bisa masuk kawasan ekowisata. Hal seperti ini bisa kita terapkan di Kakaban agar nilai konservasi tetap terjaga,” jelasnya.
Penulis: Hanafi
Editor: Nicha R